Program Studi Fisioterapi STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta melangsungkan seminar nasional pada Sabtu, ( 8/6). Seminar yang dilaksanakan di Kampus Terpadu STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta mengambil tema ”Pendidikan Fisioterapi di Asia”.
Ketua STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, Warsiti, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat, dalam sambutannya mengatakan bahwa program Fisioterapi merupakan salah satu program studi yang termuda di STIKES ‘Aisyiyah. Berdiri pada tahun 2012, program fisioterapi ini menjadi salah satu dari 7 program fisioterapi di Indonesia. Visi kami adalah menjadi program studi fisioterapi excellent dan melahirkan lulusan profesional yang meningkatkan kualitas hidup manusia, kemanusiaan dan lingkungan pada tahun 2016.
Seminar nasional kali ini menghadirkan Profesor Mantana Vongsirinavarat dari Mahidol University Thailand. Kedatangannya di STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta ini merupakan langkah perintisan kerjasama antara STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta dengan Fakultas Fisioterapi Mahidol University Thailand. Mantana Vongsirinavarat menjelaskan bahwa ada enam kerangka pendidikan tinggi fisioterpi di Thailand yaitu mengenai etika & moral, pengetahuan, keterampilan kognitif, ketrampilan interpersonal dan responbility, kemampuan analisis dan komunikasi serta ketrampilan profesional. Semua kerangka tersebut harus dimiliki oleh seorang sarjana sehingga ketika menjalankan tugasnya sebagai fisioterapis pada khususnya mampu memberikan pelayanan yang terbaik dan berkualitas. Namun ada pula tantangan yang dihadapi untuk menuju hal tersebut antara lain mengenai kekurangan tenaga pengajar, pasar bebas dan globalisasi. Mantana juga menjelaskan mengenai kondisi pendidikan fisioterapi di thailand bahwa di Thailand memiliki enam belas sekolah fisioterapi, empat perguruan tinggi yang memiliki program master dan tiga perguruan tinggi yang menggelar program doktor.
Sementara itu kandidat doktor Mahidol University, Wahyudin, SST., M.Sc menjelaskan mengenai situasi pendidikan fisioterapi di Indonesia, bahwa pendidikan fisioterapi ada dibawah dua kementrian yaitu kementrian pendidikan dan kebudayaaan yang memiliki program vokasi dan akademik. Untuk program vokasi terdiri dari 23 program DIII Fisioterapi dan 4 program D4. Program Akademik terdiri dari 7 program S1 dan 1 program S2. Sedangkan Kementrian Kesehatan memiliki 2 program D3 dan 3 program D4. Sebaran pendidikan tinggi fisioterapi tersebut 59% tersebar di pulau Jawa dan 64,1 % adalah program DIII Fisioterapi.
Lebih lanjut Wahyudin menerangkan mengenai Kongres Nasional di Medan, 6 Juni 2012 lalu bahwa mulai tahun 2016 program studi fisioterapi yang direkomendasi adalah pogram entry level 4 tahun atau program sarjana. Konsekuensinya program diploma tiga (DIII) tidak dapat teregistrasi sebagai fisioterapis dan tidak dapat praktik. Dengan demikian peluang bagi lulusan S1 semakin besar, bisa masuk dalam sektor pemerintah, swasta, pendidikan, wirausaha, peneliti dan sebagainya. Wahyudin mengharapakan generasi fisioterapi berprestasi berikutnya akan lahir dari STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.



