Membangun Jejaring Global untuk Pengembangan Organisasi yang Kompetitif

Globalisasi adalah suatu proses integrase internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran dan aspek kebudayaan lainnya. Fenomena globalisasi telah menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat, demikian juga pendidikan tinggi atau universitas. Kesadaran ini menjadi pendorong bagi banyak universitas untuk membuka diri kepada dunia global. Mengapa kerjasama global menjadi penting? Karena jaringan kerjasama global bertujuan untuk meningkatkan kualitas organisasi dan kualitas akademis universitas secara menyeluruh. Hal ini disampaikan oleh Supriyatiningsih, kandidat doctor yang sedang studi doktoralnya di Jerman dalam Pengajian Ramadhan UNISA Yogyakarta (28/4).
Apa tiga isu pokok dalam dunia global? 1. Inovasi, 2. Penguatan motivasi intrinsic (empowerment) pada karyawan, 3. Tonjolkan kekuatan organisasi kita sebagai organisasi yang siap berkolaborasi. Hindari isu-isu yang mempertajam perbedaan. Kesehatan reproduksi, menolong kaum miskin, adalah nilai-nilai yang bisa kita sinergikan. Mulailah dari starting poin “berpikir positif”. Lambat atau cepat, kita akan berada di era persaingan. Demikian papar dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta siang itu.
“Jangan pernah sejengkal pun merasa tidak ingin maju ke depan. Majulah dan lakukan terobosan yang luar biasa,” tutur perempuan yang akrab disapa Dokter Upi. “Apa  tantangannya?” tanya beliau. “Tantangannya adalah teknologi informasi, teknologi komunikasi dan teknologi industri, Tantangannya ada yang negative, ada pula tantangan positif,” jawabnya.
“Apa yang harus disiapkan?” tanya beliau lagi. Beliau pun menjelaskan, “Change your mind! Perubahan mendasar yang ditimbulkan oleh globalisasi ialah keterbukaan. Karena itu jangan menutup diri, jangan apriori, dan belajarlah untuk menghargai orang lain. Apabila manusia menutup dirinya, pergaulannya akan terbatas dan pengalaman solidaritasnya sulit berkembang.

Peliharalah Tempatmu Bekerja, Jaga Nama Baiknya

Sumber Daya Manusia yang berkompeten merupakan aset penting yang dimiliki oleh Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta. Oleh karenanya, dalam proses bekerja perlu dilandasi oleh spirit rasa syukur, ibadah dan amanah. Hal ini disampaikan oleh dr. H. Agus Taufiqqurahman, M. Kes., Sp.OG pada momen Pengajian Ramadhan UNISA Yogyakarta (29/4).
“Mari kita ingat bahwa bukan kebahagiaan yang membuat kita bersyuur. Tetapi bersyukur yang membuat kita bahagia. Maka marilah senantiasa bersyukur dengan nikmat bisa kerja. Karena tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama seperti kita” Agus Taufiqqurahman menambahkan.
Perlu dicermati bahwa terdapat relasi antara agama (mencari Ridho Allah) dan etos kerja sehingga dapat membentuk pola pikir SDM yang unggul. Bekerja dengan ikhlas dengan senantiasa dilandasi oleh etos kerja yang tinggi. Maka hakikatnya akan membawa manfaat bagi tempat kita bekerja.
“Peliharalah tempat kamu bekerja, jagalah nama baiknya. Walaupun tidak membuat kaya tapi setidaknya dari sanalah kalian hidup. Maka, mari bekerja dengan senang hati seperti piknik yang dibayar” tutup Agus Taufiqqurahman dalam paparan materinya.

Kampus Harusnya Menjadi Pusat Pengembangan Kepribadian Muslim yang Berwawasan Kebangsaan

Perguruan Tinggi ‘Aisyiyah (PTA) merupakan amal usaha yang dijiwai dan dilandasi oleh nilai-nilai Islam Berkemajuan dalam tatanan Ideologis, filosofis dan praksis-aplikatif. Nilai-nilai tersebut menjadi menjadi salah satu kekuatan untuk kelangsungan dan kesinambungan ‘Aisyiyah sebagai Gerakan dakwah dan tajdid yang melintasi jaman.
Dalam kegiatan Pengajian Ramadhan (28/4) yang diselenggarakan oleh Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta. Shoimah Kastolani menyampaikan bahwa semua Civitas Akademika punya tugas untuk menjadikan Kampus sebagai pusat pengembangan kepribadian muslim yg ber-Muhammadiyah dan berwawasan kebangsaan dengan mengintegrasikan  ilmu dan amal.
PTA khususnya UNISA Yogyakarta mempunyai ikatan struktural, fungsional, dan kultural langsung maupun tidak langsung dengan visi ‘Aisyiyah. Oleh karenanya, PTA perlu menumbuhkan nuansa keislaman di kampus. Misalnya dengan menggemakan Al Quran, melaksanakan Pengajian secara rutin dan tetap menjaga Kebersihan kampus.
“Untuk mendukung pengembangan kepribadian Muslim, seluruh elemen Kampus juga perlu memiliki loyalitas. Merasa bagian dari sistem, taat pada regulasi dan memberi kontribusi nyata bukan hanya sekedar menuntut” Ujar Shoimah Kastolani. Selain nilai akademik, juga perlu ditumbuhkan nilai kepribadian muslim pada seluruh Civitas. Sehingga PTA sebagai Amal Usaha dapat tetap terawatt dan terjaga.
 
 

Praksis Sosial Gerakan Perempuan dan Media

Di antara problematika perempuan dan media adalah citra perempuan dalam media, kekerasan berbasis gender online, akses perempuan dalam dunia digital, kurangnya literasi digital, maraknya hoaks dan fakes news dan problem influencer Islam Wasathiyah. Media mereproduksi stereotype perempuan, melakukan pelabelan feminitas dan maskulinitas dan perempuan sebagai penggoda. Media juga mengukuhkan domestifikasi perempuan. Adapun kekerasan berbasis gender online meningkat 300 persen di masa pandemi. Hal ini disampaikan oleh Dr. Tri Hastuti Nur Rochimah, M.Si., Sekretaris Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, dalam Pengajian Ramadhan UNISA Yogyakarta (28/4).
Pentingnya influencer Islam Wasathiyah mengingat wacana Islam Liberal mendominasi dunia media social, minimnya influencer perempuan dengan pandangan Islam Wasathiyah, dan pengelolaan media social pandangan Islam Wasathiyah secara lebih professional. Demikian penjelasan Tri Hastuti yang pernah menjabat sebagai Dekan FEISHum Unisa Yogyakarta tahun 2017-2019.
Strategi yang bisa digunakan adalah kritis terhadap media, meningkatkan pengetahuan digital dan ketrampilan digital. Adapun tantangan yang dihadapi perempuan antara lain: (1) fenomena Buzzer, (2) kemampuan (biaya dan SDM) dan kompetensi (content creator) untuk mengelola dakwah Islam Wasathiyah menggunakan media social secara professional, (3) kolaborasi, (4) implementasi kebijakan pemerintah mendukung literasi digital perempuan.

Agenda Sosialisasi dan Aktualisasi Pandangan Islam Wasathiyah Berkemajuan di PTMA

Islam Wasathiyah yaitu: (1) Tawasuth (jalan tengah), (2) Tawazun (berkeseimbangan), (3) I’tidal (lurus dan tegas, proporsional), (4) Tasamuh (toleransi), (5) Musawah (egaliter non diskriminatif), (6) Syura (musyawarah), (7) Ishlah (reformasi), (8) Aulawiyah (mendahulukan yang prioritas), (9) Tathawur wa ibtikar (dinamis dan inovatif), (10) Tahadhdhur (berkeadaban). Hal ini disampaikan oleh Bapak Dr. H. Agung Danarto, M.Ag., Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, di hari kedua Pengajian Ramadhan 1442 H Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, Rabu (28/4).
Lebih lanjut dijelaskan Islam Berkemajuan: (1) Memiliki spirit untuk maju, (2) Membawa masyarakat kepada era yang lebih modern dan lebih maju, (3) Selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, (4) Memiliki etos masyarakat modern: professional, disiplin, kerja keras, rasional, team work, jejaring dan sinergi, open mind, demokratis, memanfaatkan kemampuan teknologi, (5) Memberikan manfaat untuk masyarakat luas: etos “Rohmah” untuk menyelamatkan umat manusia, etos “al-Ma’un” untuk kepedulian kepada masyarakat dhuafa, keterpaduan iman dan amal shalih, (6). Mentradisikan amal shalih.
Adapun agenda aktualisasi Islam Wasathiyah Berkemajuan di PTMA antara lain: (1) PTMA sebagai pusat pendidikan unggul. Tidak bisa ditawar lagi, kita semua harus berbenah, (2) PTMA sebagai pusat keunggulan saintek. Kita perlu menyiapkan pakar, dan menyiapkan riset centre, (3) Tatakelola PTMA yang baik (good governance), (4) Laboratorium Pengembangan Persyarikatan di PTMA, (5) PTMA sebagai Pusat Pengembangan Masyarakat, (6) Pengembangan unit bisnis untuk menopang pembiayaan., (7) Pembinaan AIK yang intensif di kampus, di asrama/ kost dan di masyarakat untuk mahasiswa, karyawan dan dosen, (8) Pengarusutamaan paham Islam Wasathiyah Berkemajuan di kampus melalui seminar, kajian, pengajian, baitul arqam, peraturan, kurikulum AIK.

Pengembangan Keilmuan Bagi Perempuan Berkemajuan di Era Klasik dan Kontemporer

Kalau kita ingin mengetahui transisi era klasik ke era  modern, maka lihatlah Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau dikenal Hamka. Tahun 1930-an Hamka sudah jadi tokoh Muhammadiyah di Bukit Tinggi, Padang Panjang. Dia telah menulis “Tenggelamnya Kapal van der Wijck”. Pergumulan klasik – modern ada di diri Hamka. Hal tersebut di sampaikan oleh Prof. Dr. HM Amin Abdullah, dalam kegiatan Pengajian Ramadhan 1442 H di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (UNISA),  Rabu (28/4).
Muhammadiyah hadir abad ke-20 (1912) setelah mengenal model pendidikan agama saja (pesantren, dayah, surau) dan pendidikan umum saja (sekolah), Zending-Kristen bersama kehadiran Portugis-Belanda. Kemudian, Muhammadiyah memadukannya menjadi agama-umum (madrasah).
Pandangan keilmuan keislaman di era disruptif yaitu cara atau model pembelajaran, berpikir dan beragama yang mampu: (1) menyatupadukan informasi, data, teknik, alat-alat, perspektif, konsep, (2) untuk memajukan pemahaman fundamental atau (3) untuk memecahkan “permasalahan tertentu” yang pemecahannya berada di luar wilayah jangkauan satu disiplin tertentu atau wilayah praktik penelitian tertentu.
Adapun cara berpikir dan beragama yang bercorak multidisiplin, interdisiplin dan transdisiplin yaitu: (1) Melibatkan berbagai pendekatan, (2) Mampu memecah kebekuan dan kejenuhan disiplin ilmu (sains, social, humaniora, agama) yang berdiri sendiri-sendiri, (3) Mampu melunakkan batas-batas kaku antara berbagai disiplin ilmu, (4) Menciptakan ruang intelektual-spiritual baru.

Refreshing Spiritual via Virtual, UNISA Yogya Gelar Pengajian Ramadhan 1442 H

Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menggelar Pengajian Ramadhan 1442 H dengan tema “Agenda Praksis Perempuan Berkemajuan”. Pengajian resmi dibuka oleh Rektor UNISA Yogya, Warsiti,S.Kp., M.Kep., Sp.Mat., Senin (27/04). Pengajian diikuti oleh dosen dan tenaga kependidikan selama 3 hari, 27-29 April 2021.
Warsiti dalam pembukaan menjelaskan, topik-topik pengajian sangat relevan untuk mewujudkan misi UNISA Yogya, yaitu mengembangkan kajian dan pemberdayaan perempuan dalam kerangka Islam berkemajuan. Isu-isu yang akan dibahas seperti Islam Wasathiyah Berkemajuan di Tengah Paham Lain, Spiritual Beauty, Pandangan Fiqih Perempuan Berkemajuan, Perempuan dan Spiritual Beauty, dan lain sebagainya pada hari selanjutnya.
Hadir pula Dr.Siti Noordjannah Djohantini.,M.M.,M.Si, selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, yang juga memberikan keynote speech tentang Agenda Praksis Perempuan Berkemajuan. “Pengajian Ramadhan ini menjadi kegiatan untuk  bisa merefleksikan bagaimana kehidupan kita di dalam menjalankan amanah di UNISA Yogya yang dibutuhkan komitmen bersama.” Ujar Siti Noordjannah.
Noordjanah mengatakan bahwa, visi yang akan dicapai adalah berkembangnya perempuan berkemajuan di lngkungan umat islam dan bangsa insan pelaku perubahan menuju peradaban utama. Unisa Yogyakarta merupakan amal usaha sebagai pilar strategis bagi Aisyiyah dan pimpinan serta civitas akademika ini sebagai pelaku Gerakan Dakwah Aisyiyah.
‘’Unisa Yogyakarta merupakan amal usaha Aisyiyah yang unggul sehingga harapannya mampu menopang tercapainya perempuan berkemajuan’’, jelas Noordjanah.
Diantara keynote speech dan materi pengajian, UNISA Yogya juga meluncurkan logo Milad UNISA Yogya ke-30 yang mengusung tema “Gerakan Inovatof Kolektif dalam Adaptasi Kebiasaan Baru”. Logo yang melambangkan usia ke-30 dan New Normal ini diresmikan oleh Rektor UNISA Yogyakarta.
 

Muhammadiyah Gerakan Wasathiyah Islam Berkemajuan

Wasathiyah Islam Muhammadiyah adalah Gerakan wasathiyah Islam yang berdasarkan kepada ajaran dan nilai-nilai Al-Qur’an dan As-Sunnah. Unsur-unsur peradaban seperti keindahan, kebersihan, ketinggian ilmu terkandung dalam ajaran Islam di dalam Alquran maupun di dalam hadis Nabi Muhammad. Hal tersebut di sampaikan oleh Prof. Dr. Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, dalam kegiatan Pengajian Ramadhan 1442 H di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (UNISA),  Selasa (27/4).
Mu’ti mengatakan, tujuh nilai Islam Wasatiyah yang tertuang dalam ‘Bogor Message on Wasatiyah Islam’ dapat menjadi prioritas. Bogor Message atau deklarasi Pesan Bogor merupakan hasil kesepakatan para ulama, yang merumuskan tujuh nilai universal yang diterima di seluruh dunia Islam.
Dalam Pesan Bogor tersebut ditekankan tujuh nilai utama dalam Islam Wasatiyah, di antaranya Tawazun  (seimbang dalam meraih hal yang material dan spiritual), I’tidal (berperilaku proporsional dan adil dengan penuh tanggung jawab), Tasamuh(memahami dan menghormati perbedaan dalam semua aspek kehidupan), Shura (bermusyawarah dan berusaha menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan Bersama-sama ), Islah (senantiasa meningkatkan  dan memperbaharui perilaku untuk kebaikan bersama ), Qudwah (menjadi teladan, pelopor dan senantiasa mengambil prakarsa untuk menciptakan kesejahteraan Bersama ), dan Muwathanah  (mengakui eksistensi negara dan menjadi warga negara yang patuh terhadap hukum dan peraturan).
Mu’ti menambahkan, seyogyanya umat muslim memahami posisi mereka sebagai khairu ummah (umat terbaik) dan umat tengahan (wasathiyah) dengan menghadirkan apa yang dirasakan oleh orang lain sebagai bagian dari ciri peradaban. Cirinya antara lain umat terbaik yang keindahan dan kebaikannya teramati secara fisik; berilmu dan bertindak bijaksana dengan ilmunya; mengamalkan ajaran agama secara wajar, sesuai yang diajarkan, tidak berlebih-lebihan; melaksanakan dan menegakkan hukum secara adil; mengambil jalan tengah dalam menyelesaikan masalah; moderat dalam menyikapi perbedaan.
“Maka dengan pengertian ini, Islam yang sempurna itu yang tampilan lahiriahnya indah, menyenangkan, dan mempunyai daya tariknya sendiri karena keindahan itu. Karena Islam wasathiyah harus menampilkan Islam yang membuat orang senang dengan apa yang dilakukan oleh kaum muslimin itu apakah dari perilakunya, atau secara fisik bisa diamati,” jelasnya.
 

Belajar dari Kisah Sukses Nurhayati Subakat, Perempuan dengan Spiritual Beauty

Kesuksesan brand Wardah sebagai produk kosmetik tidak lepas dari sosok Nurhayati Subakat. Wanita kelahiran Padang Panjang Sumatera Barat ini juga merupakan salah satu kader organisasi Islam Perempuan Berkemajuan Aisyiyah. Pada momen Pengajian Ramadhan Universitas Aisyiyah Yogyakarta (27/4), Nurhayati Subakat berbagi kisah bagaimana dia membangun bisnisnya.
Nurhayati Subakat menjadi sosok kunci di balik kesuksesan perusahaan besar PT Paragon Technology & Innovation (PTI) yang menghadirkan 3 brand kosmetik lokal seperti Wardah, Emina, dan Make Over.
“Di dalam Islam tidak ada kejadian tanpa seizin Allah, dengan ikhtiar Insha Allah akan ada kemudahan dari Allah. Kuncinya adalah kolaborasi dan inovasi dengan tetap menjalankan 5 nilai utama di dalam paragon. Yaitu Ketuhanan, kepedulian, kerendahan hati, ketangguhan dan inovasi” Ujar Nurhayati Subakat dalam penyampaian materinya.
Nurhayati Subakat menambahkan, tujuannya menjalankan perusahaan bukan hanya sekedar untuk mencari uang. Namun bagaiamna kita bermanfaat untuk orang lain. Yang terpenting adalah kolaborasi dan menghargai perbedaan. Dari Nurhayati Subakat kita bisa belajar bahwa dengan ikhtiat, tekun dan inovasi maka akan dapat mendatangkan hasil yang maksimal.
 

Kecantikan Spiritual Mendorong Hadirnya Sifat Teladan Perempuan Berkemajuan

Al-Quran telah menjelaskan bagaimana Kecantikan tidak hanya bersumber dari fisik semata.  Namun kecantikan spiritualitas dapat mendorong hadirnya teladan bagi kaum perempuan. Hal ini disampaikan oleh Muhammad Rofiq, Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Amerika Serikat dalam Pengajian Ramadhan UNISA Yogyakarta (27/4).
“Kita dapat membaca beberapa kisah Perempuan dengan Spiritualitas Teladan dalam Al-Quran. Misalnya Maryam yang diberi sifat cantik  bukan karena fisiknya saja, tetapi karena spiritualitasnya” Ujar Rofiq dalam pemaparan materinya.
Muhammad Rofiq menambahkan, jika merujuk pada Al-Qur’an, Kecantikan fisik dalam Al-Quran semuanya mengacu kepada makhluk surga. Namun, kita boleh hanya melihat Al-Quran dengan cara dan sudut pandang yang patriakis.
Al-Quran tidak memberikan sedikitpun sosok figure perempuan dengan perangai yang buruk. Sehingga Al-Qur’an tidak pernah menampilkan cerita buruk tentang. Kisah Perempuan yang ditampilkan hanya tentang kebaikan. Seperti kisah Doa Ratu Bilqis, Doa Maryam, dan Doa Siti Aisyah. Perempuan ditampilkan sebagai sosok mulia dan teladan dalam Al-Quran.