Perpus UNISA Yogya Hadirkan Pengurus Perpustakaan Sekolah se-Kota Madya dan Sleman

Memiliki dua lokasi kampus berbeda, Perpustakaan UNISA Yogya mengundang pengurus perpustakaan sekolah pada region Kota Madya dan Kabupaten Sleman, dalam agenda Seminar Nasional, Rabu (27/07). Dengan mengambil tema “Strategi dan Inovasi Promosi Perpustakaan Sekolah Guna Mendukung Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Tahun Ajaran 2022/2023 di Akhir Pandemi Covid-19” dan agenda Reborn Himpusma Kota, yang digelar secara luring dan daring, menjadikan peserta yang bergabung semakin luas hingga total 200 peserta. Serta dihadiri pula oleh Rektor UNISA Yogya dan ketua DIKDASMEN PP Muhammadiyah Kota Yogya.

Irkhamiyati, MIP., Ka.Perpustakaan UNISA Yogya sekaligus Ketua FPPTMA, menyampaikan dalam sambutannya, pada akhir pandemi ini  diharapkan perpustakaan akan terus berkembang walaupun dengan berbagai variasi keadaan. “Dan setelah ini kita akan melakukan Reborn HIMPUSMA (Himpunan Pengelola Perpustakaan Sekolah Muhammadiyah,-red) Kota dan semoga dengan lahir kembali dan bergerak bersama-sama dan berkontribusi untuk institusi masing-masing,” tutup Irkhamiyati.

Dalam Seminar Nasional, Perpustakaan UNISA Yogya menghadirkan Muhammad Ikhsanudin (Ketua PP Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah Indonesia ( ATPUSI)),  Abdul Wahid Aziz, S.IPus. (Ka.Perpustakaan SMA Muhammadiyah 1 Yogya), dan Cintatyo Yosi Putri, SIP. (Ka.Perpustakaan SD Tumbuh Yogya), sebagai narasumber. Dalam pemaparannya, Yosi Putri memiliki cara jitu dan unik dalam menggait minat ‘sahabat kecil’ untuk memiliki minat baca dan tentunya mengunjungi perpustakaan sekolah. Beberapa cara yang dilakukan oleh Yosi seperti mengklasifikasikan jenis buku mulai dari yang penuh gambar, teks dan gambar sebanding, dan sudah mulai lebih banyak teks. Hal tersebut dilakukan untuk menyesuaikan usia pembaca, selain itu juga dilakukan pembuatan karya seni yang didasari dari materi-materi pada buku.

Bahas Rencana Pembukaan Fakultas Kedokteran Dalam RKAT Unisa Yogya 2022

Badan Perencanaan dan Pengembangan (BPP) Universitas `Aisyiyah Yogyakarta mengadakan Rapat Kerja Akhir Tahunan (RKAT) 2022 yang akan diadakan selama satu bulan dari tanggal 27 Juli – 27 Agustus 2022 di ruang pertemuan gedung Siti Moendjijah lantai 4.

Tahun 2022 merupakan tahun kedua pelaksanaan Renstra, sehingga RKAT digunakan sebagai sarana monitoring dan evaluasi serta menindak lanjuti capaian tahun sebelumnya (2021/2022). Tahun 2022 juga telah disahkan perubahan statuta UNISA Yogyakarta sehingga RKAT harus dapat mengakomodasi kebutuhan perubahan perencanaan jangka panjang (Renip), jangka menengah (Renstra) dan jangka pendek (Renop atau rencana kerja dan anggaran tahunan).

Rektor Unisa Yogyakarta Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat dalam pembukaan RKAT mengatakan target kedepan yang akan dicapai oleh Unisa Yogyakarta salah satunya mengenai pembukaan Fakultas Kedoktera, S3 Kebidanan dan S2 Fisioterapi

“Dari target Renstra tahun kemarin, Alhamdulillah kita sudah mencapai 100% bahkan melebihi target, saat ini kita akan fokuskan ke pembukaan Fakultas Kedokteran, S3 Kebidanan serta S2 Fisioterapi” ujar Warsiti. Kegiatan RKAT ini dihadiri 60 peserta dari masing- masing biro dan prodi yang ada dilingkungan Unisa Yogyakarta.

Ishadi SK: Televisi Tidak Akan Pernah Tereliminasi Oleh Perkembangan Teknologi

Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta kembali adakan DIBKOM#11.  Tema Dibkom kali mengangkat tema “Televisi, Distrubsi dan Migrasi”. Pakar Televisi Indonesia sekaligus Komisaris Transmedia, Ishadi S K hadir sebagai narasumber. DIBKOM edisi kali ini di selenggarakan secara hybrid di Laboratorium terpadu Program studi Ilmu komunikasi unisa Lt 2 gedung Siti Bariyah pada Rabu (27/7).

Ishadi SK dalam paparan materinya menyampaikan Indonesia saat ini sedang dalam tahap proses migrasi ke arah TV Digital. “Indonesia adalah salah satu negara yang belum melakukan siaran TV Analog Switchoff, dan negara yang menemani Indonesia adalah Timor Leste. Kementrian Kominfo akan mempercepat proses migrasi tersebut, dengan memasukan migrasi siaran digital ke RUU Omnibus Law,” jelas Ishadi SK saat menyampaikan materinya. Berbagai alasan dan kendala kenapa Analog SwitchOff (ASO) di Indonesia diberlakukan secara bertahap, mulai dari mengurangi kompleksitas masalah ASO, Evaluasi dan Penyempurnaan ASO di kota kota besar, serta pemilihan kota tiap tahapan ASO yang muncul.  Kesiapan migrasi Group Tv di Indonesia pun sudah matang dari beberapa tahun belakang, dan akan mulai diterapkan ASO di Indonesia bulan November tahun ini, tutupnya.

Meningkatkan Semangat Berwirausaha, UNISA Yogyakarta Gelar Kelas Pakar Kewirausahaan

Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta  menggelar Kelas Pakar untuk mata kuliah Kewirausahaan Semester genap dengan tema “Creating Business idea, Creating The future”. yang diadakan melalui zoom meeting, sabtu (23/7).

Pada kelas pakar kali ini menghadirkan Anggita Pamularsi, S.Ak. owner Aprha Closet, merupakan perintis bisnis sejak sekolah menengah pertama (SMP).

Anggita berujar bahwa dalam berbisnis harus mempunyai semangat yang tinggi, tidak pantang menyerah dan juga selalu melakukan inovasi untuk meningkatkan branding toko dan memberikan ciri khas pada produk yang diproduksi.

 “Semakin tinggi teknologi, jangan lupa juga dimanfaatkan, yaitu dengan membuat konten dimedia sosial, dan jika ada rejeki bisa endorse influencer, bisa juga share ke grup chat, status dan lain sebagainya, pokoknya melakukan promosi itu wajib baik itu berbayar maupun tidak, karena promosi adalah salah satu hal paling penting dalam menarik minat pembeli,” kata Anggita. Kelas pakar ini diikuti kurang lebih 200 mahasiswa semester genap Universitas Aisyiyah Yogyakarta  dan acara ini berjalan lancar dari awal hingga akhir.

FIKES dan FEISHUM Unisa Yogyakarta Implementasikan program interdisciplinary homecare sebagai bagian dari MBKM

Interdisciplinary care merupakan konsep yang berfokus problem proses, sharing dan bekerja secara bersama dalam tim kesehatan untuk menyelesaikan permasalahan kesehatan. Seiring dengan adanya program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) serta adanya pengembangan dan pelaksanaan program interprofesional education (IPE) di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (UNISA Yogyakarta) yang menitik beratkan pada pembelajaran kolaborasi intrerdisipline, dan sertauntukmemberikan kesempatan diskusi keilmuan antar dan lintas profesi/keilmuan, maka upaya implementasi kolaborasi secara nyata telah dilakukan dalam bentuk layanan homecare yang saat ini melibatkan 4 Profesi kepada masyarakat yang membutuhkan layanan dalam waktu yang relative lama (Longterm care)

Kolaborasi dilakukan oleh Program Studi Keperawatan, Fisioterapi, Gizi (FIKES) dan Psikologi (FEISHUM) UNISA Yogyakarta yang didukung oleh pusat layanan Homecare RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Program ini merupakan bagian dari program Hibah Riset Kemanusaian LPDP tahun 2021-2022. Melalui program ini diharapkan adanya sebuah inovasi pembelajaran berbasis kemanusaian yang mengintegrasikan system pembelajaran yang sekaligus memberikan pelayanan kesehatan/pengabdian masyarakat yang melibatkan mahasiswa secara (aktive) langsung, dan sebagai model kegiatan kemanuasian yang dapat di adopsi sebagai model pemebelajaran berbasis interdisipline berdasarkan kasus secara langsung pada pasien. Program ini memberikan pengalaman secara langsung kepada mahasiswa dan mengakomodir pemenuhan kebutuhan layanan kesehatan bagi pasien yang membutuhkan.

Tercatat 12 pasien homecare dengan berbagai masalah kesehatan (seperti luka deabetik, luka decubitus, kelemahan dan gangguan mobilitas, gangguan eliminasi) yang didampingi dalam kurun waktu rerata 6 bulan untuk mendapatkan perawatan dan lelayanan kesehatan secara komprehensif yang ditinjau dari aspek fisik dan psikologis. Perawatan dilakukan oleh Perawat layanan homecare PKU Muhammadiyah Yogyakarta, dan delapan mahasiswa terlibat secara langsung dan berperan sesuai dengan bidang kompetensi profesinya masing-masing. Program ini juga didukung oleh dosen internal prodi UNISA Yogyakarta dan praktisi yang terlibat sebagai expert dan superfisor untuk mendampingi dan memberikan pemahaman yang comprehensive kepada mahasiswa peserta terkait dengan permasalahan yang ada pada pasien yang tergabung dalam pelayanan homecare.

Kedepan program interdiscipline ini akan terus diadaptasi untuk kemudian menjadi program yang berkelanjutan dengan melakukan pengembangan kolaborasi profesi sesuai dengan kebuthan layanan kesehatan yang dibutukan oleh pasien dan keluarga (patient centered care). Salah satu program kelanjutan yang akan dilakukan adalah Program Long Interdisciplinary Community Care Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (PoLICe_Unisa) yang telah mendapatkan hibah dari Kemendekbud Ristek pendanaan tahun 2022. Oleh: Wantonoro, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.M.B., PhD

Menuju Unggul, Program Studi D3 Radiologi Mendapatkan Monev dari LAMPT-Kes

Program Studi D3 Radiologi Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta mendapatkan monitoring evaluasi (monev) pasca akreditasi dari lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAMPTKES), Selasa (20/7) secara daring melalui zoom.

Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Kesehatan Unisa Yogyakarta, Dr. Ismarwati, SST., MPH,  dalam sambutannya menyampaikan sangat menyambut baik monitoring evaluasi ini sebagai suatu hal perbaikan untuk prodi Radiologi. Oleh karena itu seluruh tim prodi telah menyiapkan data dan kegiatan ini dengan maksimal.  Harapannya akreditasi yang akan datang akan meraih predikat unggul.

Sementara itu, Asesor LAMPTKES, Jeffri Ardiyanto, M.App.,SC, mengatakan bahwa monev ini sebagai upaya LAMPTKES agar institusi melakukan perbaikan secara berkala. Adanya rekomendasi dari akreditasi yang lalu harapannya sudah ditindaklanjuti. Pada hari ini asesor akan melakukan verifikasi dokumen dan mengecek perkembangan yang telah dilakukan oleh prodi Radiologi.  Harapannya, monev ini bukan hanya keharusan karena akan dilaksanakan re akreditasi, namun dapat dimaknai sebagai proses budaya mutu yang berkelanjutan. Dalam monev ini program studi menyampaikan presentasi  mengenai perkembangan program studi sekaligus bukti dokumen tindak lanjut.

Dosen Unisa Yogyakarta Bersama Mahasiswa Usung “DAHSAT” sebagai solusi mengatasi Stunting

Apa itu Stunting?

Saat ini sudah banyak yang membahas tentang Stunting. Namun apakah benar semua sudah mengetahui apa itu stunting? Stunting merupakan gangguan pertumbuhan pada anak. Gangguan tersebut disebabkan karena kekurang gizi dalam jangka waktu yang lama (kronis), yakni tinggi badan anak lebih rendah dari standar usianya.

Salah satu prioritas pemerintah saat ini adalah penanganan stunting. Upaya yang sedang digencarkan di Indonesia merupakan bentuk pencegahan agar stunting tidak lagi terjadi. Oleh karena itu, perlu kerjasama dan kesadaran warga masyarakat akan pentingnya memutus mata rantai stunting. Kita berharap anak-anak Indonesia tanpa stunting akan tumbuh optimal, kreatif, cerdas, dan mampu bersaing secara global. Menurut Menkes RI, ada tiga hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah stunting, yaitu perbaikan pemenuhan nutrisi, pola asuh anak, sanitasi lingkungan dan akses air bersih.

Sebagai salah satu upaya tersebut, Dosen Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, Ririn Wahyu Hidayati dari Program Studi Gizi melakukan pendampingan kader dan penyuluhan di Dusun Klaci I, Kelurahan Margoluwih, Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman. Kegiatan ini diksanakan bersama dengan tim mahasiswa KKN Tematik Stunting Unisa Yogyakarta yang diketuai oleh Shafa Ramadhita dari Program Studi Gizi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Kegiatan dilakukan selama satu bulan dari 13 Juni 2022 sampai 11 Juli 2022.

Rangkaian kegiatan diawali dengan kegiatan “DAHSAT” (Dapur Sehat Atasi Stunting) tanggal 28 Juni 2022 bersama kader dan orang tua balita, khususnya balita yang terdiagnosa stunting.  Hasil kegiatan ini selanjutnya dibuatlah booklet menu “DAHSAT. Kegiatan selanjutnya adalah pendampingan kader posyandu dalam menerapkan prinsip 5 meja pada tanggal 4 Juli 2022 dan dilanjutkan praktik langsung pada saat pelaksanaan Posyandu tanggal 5 Juli 2022. Kegiatan dilakukan secara berkesinambungan dengan harapan informasi dapat langsung diterapkan oleh kader. “Kegiatan ini kami susun bersama mahasiswa KKN Unisa Yogyakarta, sedemikian rupa berurutan dengan harapan materi yang sudah disampaikan itu dapat langsung diaplikasikan,” ujar Ririn Wahyu Hidayati.

Sebagai tanggapan, Kepala Dusun Klaci I menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Ririn Wahyu Hidayati dan tim KKN Tematik Stunting Unisa Yogyakarta yang telah memberikan kontribusi besar untuk para kader, dan masyarakat pada umumnya. Terutama dalam hal mengatasi stunting di Dusun Klaci 1, yang berupa pendampingan kader posyandu, penyuluhan Kesehatan, mengembangkan menu hingga pembuatan booklet. “Alhamdulillah, terimakasih banyak ilmunya untuk masyarakat kami, InsyaAllah ini semua sangat bermanfaat untuk kami bisa berkembang lebih baik ke depannya,” ujarnya. Perlu digarisbawahi bahwa kondisi stunting tidak hanya secara estetik badan pendek saja, namun kondisi ini sangatlah berkaitan dengan kemampuan berfikir. Kondisi anak stunting, susunan syaraf otak tidak dapat berkembang optimal. Sedangkan otak sebagai pengatur kerja tubuh. Dapat dibayangkan, jika otak tidak berkembang dengan baik maka perintah yang disampaikan ke seluruh tubuh tidak akan tersampaikan dengan baik. Akibatnya tubuh akan tumbuh tidak optimal sesuai dengan usianya. Stunting menjadi PR bersama, kita pustus mata rantai stunting dari berbagai arah melalui “DAHSAT”.

FEISHum Unisa Yogyakarta Adakan Workshop Penelitian Lintas Disiplin Ilmu

Kegiatan penelitian semakin dituntut untuk memberikan kontribusi secara langsung ke masyarakat. Riset-riset yang sedang berkembang saat ini adalah riset multidisiplin. Riset multidisiplin dinilai mampu meberikan manfaat penelitian yang lebih luas. Penelitian kedepan juga harus mampu menjawab permasalahan secara komperehensif. Jawabannya tidak hanya dari satu bidang ilmu saja melainkan dari pendekatan berbagai disiplin ilmu, dari latar belakang keahlian dan fungsi yang berbeda.

Fakultas Ekonomi, Ilmu Sosial dan Humaniora (FEISHum) Universitas `Aisyiyah Yogyakarta menggelar Workshop penelitian lintas disiplin ilmu dan publikasi Internasional bagi dosen yang ada di lingkungan Unisa Yogyakarta, kegiatan tersebut memiliki tema “Mengulas Metodologi Penelitian Lintas Disiplin Ilmu di Bidang Kewirausahaan Menuju Publikasi Internasional Bereputasi.” Di ruang sidang Gedung Siti Moendjijah, 19 – 20 Juli 2022.

Plt. Dekan FEISHum Unisa Yogyakarta Nur Fitri Mutmainah, S.I.P., M.PA dalam sambutanya mengatakan bahwa Tridharma Perguruan Tinggi (PT) ada 3 komponen wajib yang harus dipenuhi oleh PT untuk mewujudkan kualitas PT yang baik, dan tentunya kontribusi dari civitas akademik mempunyai tanggung jawab untuk mewujudkan dan melaksanakan pencapaian tersebut.

“Dosen bagian penting dalam pencapaian tersebut, mempunyai peranan yang sangat besar untuk menciptakan pengembangan keilmuan, yang relevan dan inovatif demi mewujudkan generasi muda yang berkualitas,” ucap Iin.

Dalam kegiatan Workshop kali ini mengundang 2 narasumber yaitu Prof. Nurul Indarti,
Sivilokonom., Cand.Merc., Ph.D dari Universitas Gadjah Mada (UGM) yang memaparkan mengenai penelitian lintas disiplin ilmu di bidang kewirausahaan serta memberikan Identifikasi bidang ilmu yang terkait dengan tema penelitian kewirausahaan, narasumber kedua Hafiez Sofyani, S.E., M.Sc, Ph.D (Cand) dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). 50 peserta hadir dalam Workshop yang diadakan Offline dihari pertama dan diadakan secara Online dihari kedua.

UNISA Support Pendidikan Inklusi di Yogyakarta Melalui Pelatihan Guru Reguler

Istilah inklusi menggambarkan suatu filosofi pendidikan dan sosial, yaitu kepercayaan bahwa semua orang merupakan bagian yang berharga dalam kebersamaan masyarakat (apapun keadaannya). Jika dikaitan dengan pendidikan, dapat diartikan bahwa semua anak berhak menyatu dalam komunitas sekolah yang sama (apapun latar belakangnya). Dalam filosofi inklusi penuh, tidak dipermasalahkan apakah anak dapat mengikuti program pendidikan regular / umum, akan tetapi lebih melihat pada guru dan sekolah beserta sistemnya untuk mau dan mampu melakukan adaptasi atau modifikasi program pendidikan sesuai dengan kebutuhan anak tersebut (Mangunsong, 2009).

Di Indonesia, penerapan pendidikan inklusi dilandasi oleh nilai – nilai luhur Pancasila yang dimanifestasikan dalam wujud Bhineka Tunggal Ika. Filosofi ini sebagai wujud pengakuan kebhinekaan manusia, baik secara vertical maupun horizontal yang mengembang misi sebagai umat Tuhan di muka bumi (Abdurrahman, 2003). Penyelenggaraan pendidikan inklusi dijamin oleh Undang Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 51:“Anak penyandang cacat fisik dan/atau mental diberikan kesempatan yang sama dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan biasa dan pendidikan luar biasa”.

Sementara di Yogyakarta penyelenggaraan pendidikan inklusi dipayungi oleh Peraturan Gubernur DIY Nomor 21 Tahun 2013 Tentang Sistem Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Pasal 1 ayat 2, “Sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya”.

Undang-undang dan Peraturan Daerah tersebut telah menggerakkan masyarakat, terutama orangtua yang memiliki ABK untuk menyekolahkan anaknya di sekolah reguler di berbagai jenjang pendidikan, termasuk pada jenjang pendidikan nonformal Taman Kanak-Kanak. Dari 1,6 juta ABK di Indonesia, 18 % sudah mendapatkan layanan pendidikan. Sekitar 115 ribu ABK sekolah di SLB dan 299 ribu sekolah di sekolah reguler / inklusi (www.kemendikbud.go.id, 2017). Jumlah tersebut cukup banyak, namun belum dibarengi dengan penyiapan SDM terutama guru yang memahami tentang pendidikan inklusi. Guru regular banyak yang belum memiliki basic pendidikan inklusi, sehingga belum mampu menemu kenali / mendeteksi siswa berkebutuhan khusus, sehingga dapat menimbulkan judgement ke siswa. Selain itu, kurangnya kompetensi pedagogik sebagai guru inklusi menjadikan guru kelas cenderung menangani siswa berkebutuhan khusus masih disamakan dengan siswa reguler lainnya.

Berangkat dari permasalahan tersebut, Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta melalui program pengabdian kepada masyarakat memberikan “Pelatihan Kompetensi Pedagogik Guru Sekolah Inklusi” yang diselenggarakan di SD 2 Petir yang merupakan salah satu sekolah penyelenggara pendidikan inklusi di Yogyakarta. Pelatihan ini dilaksanakan 2 hari tanggal 7- 8 Juli 2022.

Pelatihan diawali dengan pretest untuk mengetahui wawasan guru terkait dengan pendidikan inklusi dan dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh narasumber. David Sulistyawan Aditya, S.Pd.,M.Hum selaku narasumber pertama memaparkan mengenai konsep pendidikan inklusi dan karakterstik Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Narasumber menjelaskan tentang konsep pendidikan di Iindonesia yang sampai detik ini masih berada di equality (persamaan) bukan equity (keadilan). Apabila kita terus memberikan hak yang sama kepada individu yang berbeda, tentu tidak sama atau adil. Akan tetapi, jika kita memberikan hak yang sesuai dengan keadaan setiap individu yang berhak menerima, tentu akan memberikan keadilan diantara yang berbeda. ABK merupakan bagian terpenting dari sistem penyelenggaraan pendidikan inkusi. ABK bukan lagi sebagai objek pendidikan melainkan sebagai subjek pendidikan, sehingga harus diperlakukan seperti siswa pada umumnya dan mendapatkan hak yang sesuai kebutuhan ABK tersebut. Berdasarkan kategorisasi yang ditinjau dari sudut pandang psikologi dan layanan pendidikan, maka ABK terdiri dari tunanetra, tunarungu-wicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, autis, tunaganda, ADHD, gangguan belajar spesifik, CIBI, indigo, dan anak kurang beruntung.

Setelah guru memahami secara teoritis mengenai konsep pendidikan inklusi dan juga karakteristik ABK, narasumber kedua Komarudin, M.Psi.,Psikolog mengajarkan guru untuk melakukan deteksi dini terhadap siswa yang dicurigai sebagai ABK dengan menggunakan instrument observasi yang sudah terstadardisasi. Guru – guru tampak autusias dalam mengisi lembar observasi dengan membayangkan siswa yang diamati saat proses pembelajaran di kelas. Selanjutnya para peserta berhasil menyusun profile siswa yang dicurigai sebagai ABK sebagai bentuk deteksi dini. Hasil deteksi dini ini diharapkan dapat digunakan pihak sekolah dalam merekomendasikan siswa untuk diasesmen lebih lanjut oleh pihak yang kompeten, sehingga tidak akan muncul lagi justifikasi terhadap siswa di sekolah inklusi.

Reaksi guru-guru ketika diberikan pelatihan tentang pendidikan inklusi dan praktik pendeteksian dini ABK sangat bersemangat dan mereka bertukar cerita kepada narasumber tentang siswa-siswa yang menunjukkan gejala-gejala ABK. Beberapa guru, mengatakan bahwa penjelasan narasumber mengenai pendidikan inklusi dan praktik deteksi dini ABK sangat bermanfaat bagi mereka karena dengan adanya pelatihan tersebut, para guru menjadi lebih paham bukan hanya tentang pendidikan inklusi tetapi memahami karakteristik ABK, menjadi paham apa langkah selanjutnya untuk menindak lanjuti pelayanan terhadap ABK, dan menghasilkan asesmen ABK yang baru untuk menambah ilmu mereka tentang ABK. Kepala sekolah SD 2 Petir, Ibu Ekowati Purwaningsih, S.Pd mengatakan bahwa suasana workshop yang tidak tegang tetapi hidup seperti sedang diskusi serius tetapi dibalut dengan kehangatan didalamnya. Beliau berharap adanya pelatihan ini terus dilaksanakan karena meberikan kebermanfaatan antara UNISA Yogyakarta dengan SD 2 Petir. Peneyelenggaraan pelatihan ini juga didukung oleh pengawas SD kapanewon Piyungan Bapak Muhammad Jamroni, S.Pd yang turut hadir dan memberikan motivasi kepada tim penyelenggara dan peserta. Beliau juga berharap UNISA Yogyakarta semakin maju dan selalu menjadi pilihan masyarakat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

Komitmen Tingkatkan Mutu, Program Studi Fisioterapi UNISA Yogyakarta Mendapatkan Monev dari LAMPTKES

Program Studi S1 Fisioterapi dan Pendidikan Profesi Fisioterapi Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta mendapatkan monitoring evaluasi (monev)  pasca akreditasi dari lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan (LAMPTKES), Senin (18-19/7) secara daring melalui zoom.

Wakil Rektor 1 Unisa Yogyakarta, Taufiqur Rahman, MA., Ph.D,  dalam sambutannya menyampaikan bahwa monitoring evaluasi pasca akreditasi ini sebagai bagian komitmen Unisa Yogyakarta untuk terus beruapaya meningkatkan mutu pembeajaran, pendidikan dan juga upaya  continous improvement untuk prodi S1 Fisioterapi. Oleh karena itu seluruh tim prodi telah menyiapkan data dan kegiatan ini dengan maksimal.  Harapannya akreditasi yang akan datang akan meraih predikat unggul.

Taufiq juga menyampaikan Prodi Fisioterapi mengalami perkembangan yang luar biasa, banyak meraih prestasi antara lain yang paling terbaru adalah mendapatkan hibah Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) dari Kemendikbud Ristekdikti yang saat ini masuk tahun kedua. Ini merupakan bukti kepercayaan pemerintah terhadap fisioterapi untuk mendorong percepatan kualitas di prodi S1 Fisioterapi.

Sementara itu, Asesor LAMPTKES, Dr. Tiar Erawan., S.Ft., Physio., M.Kes, mengatakan bahwa monev ini sebagai upaya LAMPTKES agar institusi melakukan perbaikan secara berkala. Adanya rekomendasi dari akreditasi yang lalu harapannya sudah ditindaklanjuti. Pada hari ini asesor akan melakukan verifikasi dokumen dan mengecek perkembangan yang telah dilakukan oleh prodi S1 Fisioterapi. Dalam monev ini program studi  menyampaikan presentasi  mengenai perkembangan program studi sekaligus memberikan bukti nyata berupa dokumen untuk proses verifikasi.