Menhut Kunjungi STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta

Dalam rangka peresmian kampus terpadu STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta dan pembukaan tanwir ‘Aisyiyah I, Menteri Kehutanan RI, Zulkifli Hasan, SE., MM menyempatkan untuk mengunjungi kampus STIKES ‘Aisyiyah, Jumat (19/10)

Dalam kunjungannya, Zulkifli meninjau beberapa area kampus, salah satunya adalah Klinik Fisioterapi. Klinik ini merupakan salah satu unggulan dari STIKES ‘Aisyiyah yang rencananya akan melayani masyarakat umum. Klinik terabagi dalam beberapa ruang antara lain pediatri, hydroterapi, gymnasium dan sebagainya.

Selain mengunjungi klinik, menhut menyempatkan diri untuk menyalami para tamu undangan dan mahasiswa.

Konsumen Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Konsumen dinilai berperan penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian nasional. Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan, pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia tahun ini cukup tinggi, yakni lebih dari enam persen.

Pertumbuhan yang tinggi tersebut, kata dia, tidak lepas dari peran masyarakat yang kontribusi konsumsi domestiknya mencapai 60 persen. “Dengan memilih produk dalam negeri, maka masyarakat sebagai konsumen telah membantu para pengusaha lokal dalam mengembangkan produk dan usahanya,” kata Gita, dalam acara Sidang Tanwir Aisyiyah di Yogyakarta, Jumat (19/10/2012).

Gita menjelaskan, pemerintah telah menetapkan kebijakan strategis dalam mengembangkan produk lokal, yakni melalui kebijakan hilirisasi untuk mendorong para pelaku usaha memproduksi barang-barang yang bernilai tambah.

Kebijakan tersebut, kata dia, tentunya akan menimbulkan efek domino yang positif terhadap masyarakat Indonesia, di antaranya perekonomian akan tumbuh tinggi, membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

“Dukungan masyarakat terhadap keberhasilan kebijakan hilirisasi ini sangat penting. Pilihan masyarakat konsumen dalam membeli suatu produk sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Untuk itu, marilah kita mengutamakan membeli produk dalam negeri untuk memajukan industri nasional,” ujarnya.

Gita menuturkan, mahasiswa sebagai kelompok konsumen yang well educated diharapkan dapat menjadi jembatan untuk memotivasi lingkungannya agar turut menjadi konsumen-konsumen cerdas yang well informed.

Komunitas yang tergabung dalam organisasi kemasyarakatan seperti Muhammadiah dan Aisyiyah merupakan sarana yang tepat untuk dijadikan sebagai agen komunikasi, jika dilihat dari eksistensi, fungsi, dan pengaruhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Selain itu, lanjutnya, pihaknya juga mengajak masyarakat untuk menjadi konsumen cerdas.

“Sebagai konsumen cerdas, konsumen harus dapat memilih produk yang sesuai dengan standard, sehat dan higienis, berlabel bahasa Indonesia, serta persyaratan lain yang telah ditetapkan oleh pemerintah,” jelasnya.

'Aisyiyah, Jembatan Wujudkan Perekonomian Indonesia Maju

Sistem perekonomian Islam merupakan perekonomian yang terbuka dan berkeadilan, yang dapat mendorong terbukanya pasar dan investasi.” Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Perekonomian Ir. H. Hatta Radjasa yang hadir sebagai Keynote Speaker Tanwir ‘Aisyiyah pada sidang Pleno II tanggal 19 Oktober 2012 di Hall 4 lantai 4 kampus terpadu Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Sesuai dengan tema sidang pada siang ini tentang Kebijakan dan Strategi Pemerintahan di Bidang Perekonomian dan Keberpihakan terhadap Kaum Dhu’afa-Mustadl’afin serta Sinerginya dengan ‘Aisyiyah. Hatta juga mengungkapkan bahwa “Manusia dan iptek adalah sumber utama pembangunan bangsa ini. Dalam hal ini, pemerintah memiliki strategi pembangunan di bidang perekonomian diantaranya pro lapangan kerja, pro pengentasan kemiskinan dan pro pemeliharaan lingkungan. Hal tersebut sejalan dengan visi, misi dan strategi ‘Aisyiyah dalam menghadapi berbagai problem keumatan, kebangsaan maupun kemanusiaan”.

Masih dalam sidang yang dihadiri oleh perwakilan daerah ‘Aisyiyah (PDA) dan perwakilan Wilayah Aisyiyah (PWA) dari berbagai provinsi se Indonesia, Hatta juga menyampaikan tentang dua strategi pemerintah untuk mengantisipasi terjadinya lost generation yang disebabkan minimnya generasi muda yang memiliki tingkat pendidikan tinggi di Indonesia. Pertama yaitu dengan membantu serta mendorong putra-putri bangsa untuk melanjutkan dan menempuh pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Strategi yang kedua, melalui kebijakan pemerintah bahwa seluruh hasil sumber daya alam Indonesia tidak boleh dijual dalam keadaan mentah ke luar negeri, melainkan harus diolah oleh putra-putri bangsa Indonesia sendiri, sehingga dapat memberikan nilai tambah dan pemasukan perekonomian bangsa.

Dalam penyampaian terakhirya di sidang Pleno II ini, Hatta menegaskan bahwa “’Aisyiyah merupakan salah satu jembatan yang dapat membantu mewujudkan perekonomian Indonesia maju melalui amal usaha yang bermanfaat bagi kesejahteraan umat.”(www.aisyiyah.or.id)

Semarak Tanwir: Aisyiyah Kerahkan 3.500 Warga untuk Jalan Sehat

Ahad (14/10), dalam rangka semarak Tanwir I ‘Aisyiyah yang akan diselenggarakan di Jogjakarta pada 19 hingga 21 Oktober 2012, ribuan warga dan simpatisan ‘Aisyiyah berkumpul di lapangan XT Square Yogyakarta untuk mengikuti jalan sehat. “Selain sebagai sosialisasi Tanwir ‘Aisyiyah, kegiatan ini merupakan bentuk kampanye hidup sehat untuk para perempuan dan anak” ujar Wakil Ketua Panitia Tanwir I, Arnabun.

Sekitar 3.500 warga ‘Aisyiyah melakukan senam dan jalan sehat dengan rute XT Square-Jalan Perintis Kemerdekaan-Jalan Gambiran-Jalan Veteran-Warungboto-Jalan Babaran-Jalan Pandega dan finsh di XT Square lagi. Selain itu, sebanyak 750 murid TK ‘Aisyiyah Busthanul Athfal (TK ABA) di Jogjakarta juga ikut memeriahkan Syiar Tanwir dengan Pawai Ta’aruf menggunakan becak hias dan drumband.

Adapun Pameran Batik Nusantara sebagai kegiatan pendukung Tanwir I ‘Aisyiyah akan mulai berlangsung dari tanggal 18 hingga 21 Oktober 2012 di tempat pelaksanaan Tanwir I ‘Aisyiyah, yakni di Kampus STIKES ‘Aisyiyah Terpadu, Gamping, Sleman Yogyakarta. (www.aisyiyah.or.id)

Penguatan Ekonomi Melalui Pelestarian Batik Nusantara

“Syiar dan dakwah nilai-nilai Islam dapat dilakukan melalui batik dengan merelevansi nilai-nilai budaya yang terdapat dalam motif batik,” hal tersebut disampaikan oleh Dra. Siti Noordjannah Djohantini, M.M.,M.Si, Ketua Umum PP ‘Aisyiyah dalam sambutan Seminar Batik Nusantara yang bertempat di Ruang Prof. Dra. Hj. Siti Baroroh Baried, Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta (18/10). Noordjannah juga menambahkan “batik merupakan salah satu ikon budaya nasional yang dapat digunakan sebagai media komunikasi ke berbagai negara.”

Seminar Batik Nusantara diikuti oleh kurang lebih 250 perwakilan ‘Aisyiyah dari 33 provinsi di Indonesia. Para narasumber yang hadir, yaitu: Drs. Handoyo dari Balai Kesar Kerajinan dan Batik Yogyakarta; Hj. Kaelasha Afiati, pengusaha home industri fashion; dan Imam Nurhidayat, Direktur Pusdiklat Repindo dan Coconut Centre yang berbicara tentang pengutana ekonomi melalui Ranting. Adapun Prof. Dr. Hj. Siti Chamamah Soeratno lebih banyak berbicara tentang Peran Batik Kauman Yogyakarta dalam gerak langkah Muhammadiyah-‘Aisyiyah.

Menurut Handoyo, ‘Aisyiyah sebagai organisasi perempuan yang memiliki jaringan luas hingga ke berbagai daerah di seluruh Indonesia, dapat menjadi kekuatan untuk melalukan penguatan ekonomi melalui pelestarian Batik. Hal tersebut, ungkap Handoyo, dikarenakan ‘Aisyiyah telah memiliki lebih dari 6000 ranting ‘Aisyiyah yang berada di seluruh daerah Indonesia dan didukung oleh infrastruktur yang kuat sehingga memudahkan pencapaian penguatan ekonomi. (www.aisyiyah.or.id)

Dien Syamsuddin buka Tanwir I 'Aisyiyah

Tanwir I ‘Aisyiyah (19-21/10) resmi dibuka oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Dien Syamsuddin. Selain itu, dalam kesempatan yang sama dilakukan juga Peresmian Kampus Terpadu Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Dra. Noordjannah Djohantini, MM., M.Si. Pembukaan Tanwir dan Peresmian Kampus Terpadu Stikes ‘Aisyiyah dihadiri juga oleh Menteri Kehutanan RI, H. Zulkifli Hasan, SE, MM; Bupati Sleman, Drs. H. Sri Purnomo, M.Si; Wakil Bupati Gunung Kidul, Drs. Immawan Wahyudi; Ketua Kopertis Wilayah V, Ketua APTISI, serta 1000 orang dari Pimpinan ‘Aisyiyah se Indonesia.

 

Dien mengungkapkan bahwa kesuksesan penyelenggaran Tanwir terletak pada kemauan dan kemampuan ‘Aisyiyah untuk melakukan substansiasi atau pemaknaan terhadap keputusan Muktamar ‘Aisyiyah serta kontekstualisasinya dengan dinamika zaman. Tema Tanwir “’Aisyiyah Jelang Satu Abad: Gerakan Praksis Sosial Al-Ma’un untuk Kemajuan Bangsa”, menurut Dien, semakin menegaskan kontribusi ‘Aisyiyah bagi kemajuan bangsa berbasis gerakan praksis Al-Ma’un yang merupakan watak gerakan ‘Aisyiyah-Muhammadiyah. Dari asal katanya, tambah Dien, Al-Ma’un berarti hal yang berguna, sehingga gerakan Al-Ma’un merupakan gerakan yang menyebarkan manfaat dengan membangun dan memperkuat landasan budaya kehidupan masyarakat. Itulah yang membedakan watak gerakan Muhammadiyah dengan gerakan struktural yang banyak dilakukan oleh partai politik.

Pada kesempatan tersebut, Noordjanah Djohantini juga mengatakan bahwa kekuatan ‘Aisyiyah yang berbasis jamaah dan amal usaha yang tersebar di seluruh Indonesia ini menjadi kekuatan strategis untuk memajukan bangsa. ‘Aisyiyah sebagai gerakan perempuan muslim Muhammadiyah telah menempuh perjalanan panjang berkiprah bagi bangsa dan peradaban Islam selama hampir 1 abad dengan membawa misi Amar Ma’ruf Nahi Munkar. “Kontribusi ‘Aisyiyah dilakukan melalui dakwah dan jihad di berbagai bidang, antara lain pendidikan, ekonomi, kesehatan, pendidikan politik maupun usaha lain dengan berbasis pada gerakan Keluarga Sakinah dan Qoryah Thoyyibah,” tambahnya. Berkat kontribusinya, ‘Aisyiyah telah memperoleh penghargaan 3 (tiga) penghargaan, antara lain dari Kementrian Kehutanan, Anugerah Peduli Pendidikan, dan MDG’s Award atas peran strategis ‘Aisyiyah bagi kemajuan bangsa yang sejatinya telah dimulai sejak ‘Aisyiyah berdiri.(www.asiyiyah.or.id)

Aisyiyah-Muhammadiyah Berkomitmen Memberantas Kemiskinan

“Kesenjangan antara kaum kaya dan miskin masih menjadi penyebab kemiskinan di Indonesia.” Hal tersebut disampaikan oleh Dien Syamsudin dalam Konferensi Pers pada Jum’at (19/10) di lokasi Sidang Tanwir I ‘Aisyiyah, Kampus Terpadu Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, Muhammadiyah-‘Aisyiyah dapat berkontribusi dengan melakukan revitalisasi gerakan Muhammadiyah-‘Aisyiyah melalui Gerakan Praksis Sosial Al-Ma’un.

Noordjannah Djohantini kemudian menyampaikan, bahwa salah satu bentuk Gerakan Praksis Sosial Al-Ma’un sudah dilakukan ‘Aisyiyah dengan mengembangkan Bina Usaha Ekonomi Keluarga (BUEKA) serta memproduksi detergen MELIN. ‘Aisyiyah juga melakukan investasi penanaman pohon sebagai strategi pendanaan organisasi. Di bidang pendidikan, selain mengelola amal usaha pendidikan dari TK hingga perguruan tinggi, ‘Aisyiyah juga mengelola 4000 Keaksaran Fungsional hingga ke daerah-daerah pelosok.(www.aisyiyah.or.id)

Peserta Sidang Tanwir Diharapkan Mampu Menjalankan Dwifungsinya secara Substansial dan Kontekstual

Pembukaan sidang Tanwir ‘Aisyiyah 1 periode 2010-2015 hari ini (19/10) secara resmi dibuka oleh Prof. DR. Dien Syamsuddin, bertempat di Kampus Terpadu STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta. Pada pidato sambutan kali ini, Ia mengucapkan rasa syukur yang mendalam, atas terselenggarakannya Sidang Tanwir ‘Aisyiyah 1 dan menyampaikan bahwa setiap kegiatan yang diadakan oleh ‘Aisyiyah selalu tertata rapi dan apik, ibarat rangkaian bunga yang harum. Pada kesempatan kali ini, Dien juga menjelaskan arti kata Tanwir yang merupakan nama lain dari permusyawaratan berarti pencerahan, penyinaran, pencahayaan. Tanwir merupakan suatu permusyawaratan tertinggi dibawah Muktamar Muhammadiyah. Dalam pidatonya kali ini, Ia menyampaikan bahwa hingga saat ini di Indonesia tidak ada satu pun organisasi yang mempunyai istilah-istilah yang khas seperti halnya organisasi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah.

Dien berharap para peserta Sidang Tanwir harus mampu menjalankan dwifungsinya yaitu mampu melakukan substansiasi atau pemaknaan terhadap keputusan Muktamar ‘Aisyiyah serta mampu mengkontekstualisasikan dengan dinamika zaman dan kehidupan di masyarakat. Ia juga menegaskan bahwa, keberhasilan sidang Tanwir ini sangat ditentukan oleh kedua komponen tadi, yaitu penguatan dan pengaitan. Tema Tanwir “’Aisyiyah Jelang Satu Abad: Gerakan Praksis Sosial Al-Ma’un untuk Kemajuan Bangsa”, menurut Dien, semakin menegaskan kontribusi ‘Aisyiyah bagi kemajuan bangsa berbasis gerakan praksis Al-Ma’un yang merupakan watak gerakan ‘Aisyiyah-Muhammadiyah. Dari asal katanya, tambah Dien, Al-Ma’un berarti hal yang berguna, sehingga gerakan Al-Ma’un merupakan gerakan yang menyebarkan manfaat dengan membangun dan memperkuat landasan budaya kehidupan masyarakat. Itulah yang membedakan watak gerakan Muhammadiyah dengan gerakan struktural yang banyak dilakukan oleh partai politik.

Dien, menambahkan bahwa sifat dari gerakan Al-Ma’un adalah bersifat Amaliah, yaitu sifat yang memadukan antara iman dan amal. Dien, menyampaikan bahwa tema Tanwir “GERAKAN PRAKSIS SOSIAL AL-MA’UN UNTUK KEMAJUAN BANGSA”, mengambil kata Gerakan Praksis yang merupakan suatu kata mendalam maknanya, berarti suatu kelompok yang mengamalkan Islam secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Praksis merupakan suatu kemampuan dalam berorientasi tidak hanya dalam tataran ide saja, tetapi juga memiliki aksi yang nyata. Pada akhir pidatonya, Ia menegaskan bahwa “’Aisyiyah selama ini telah menunjukkan dinamika kemajuan yang signifikan sebagai organisasi perempuan di Indonesia dan ‘Aisyiyah telah mampu mengimplementasikan gerakan praksis Al-Ma’un melalui amalan-amalan usaha yang memberikan banyak manfaat di masyarakat.(www.aisyiyah.or.id)

Peresmian Gedung Terpadu Stikes 'Aisyiyah Yogyakarta

Bertepatan dengan pembukaan Sidang Tanwir Jelang satu abad ‘Aisyiyah pada 19 Oktober 2012, Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah juga mengadakan peresmian gedung baru kampus terpadu Stikes ‘Aisyiyah yang beralamatkan di Jl. Lingkar Barat, Pundung, Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Dalam sambutannya, Warsiti M.Kep., Sp.Mat selaku Ketua STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta mengatakan, “Berdirinya Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta merupakan bukti konkret berkembangnya amal usaha ‘Aisyiyah di bidang pendidikan.”

Peresmian ini dihadiri oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Dien Syamsyuddin, Menteri Kehutanan RI, H. Zulkifli Hasan, SE, MM; Bupati Sleman, Drs. H. Sri Purnomo, M.Si; Wakil Bupati Gunung Kidul, Drs. Immawan Wahyudi; Ketua Kopertis Wilayah V, Ketua APTISI, serta 1000 orang dari Pimpinan ‘Aisyiyah se Indonesia. “Diharapkan, keberadaan STIKES ‘Aisyiyah ini dapat memberikan manfaat yang luas sehingga bisa mewujudkan Islam yang Rahmatan lil ‘Alamin.” tambah Warsiti.

Kemudian Dr. Bambang Supriyadi,CES.,DEA, selaku Ketua Kopertis Wilayah V juga merasa senang dengan peresmian kampus terpadu Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta. Ia berharap, berdirinya kampus terpadu Stikes ‘Aisyiyah ini dapat memacu kemajuan Stikes ‘Aisyiyah. Ia menginformasikan, saat ini, dari 6000 mahasiswa sekolah tinggi kesehatan di Yogyakarta, sebanyak 2500 mahasiswa atau hampir sepertiganya merupakan mahasiswa Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta. Bambang juga menyambut baik rencana Stikes ‘Aisyiyah untuk membuka Program Pascasarjana Kebidanan sebagaimana yang dilontarkan oleh Ketua STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.(www.aisyiyah.or.id)

'Aisyiyah : Hadapi Masalah dan Tantangan Melalui Revitalisasi, Antisipasi dan Gerakan Praksis

Sidang Tanwir ‘Aisiyah I yang diselenggarakan di kampus terpadu Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta kali ini memiliki makna penting dan strategis bagi ‘Aisyiyah. Melalui Sidang Tanwir ini, ‘Aisyiyah dapat melakukan evaluasi dan refleksi diri menyongsong usia satu abad sekaligus sebagai momentum pergantian Abad ke satu menuju abad kedua.

Pada Pidato iftitah Sidang Tanwir ‘Aisiyah I, mengambil tema : GERAKAN PRAKSIS SOSIAL AL-MA’UN UNTUK KEMAJUAN BANGSA”, ini menggugah kesadaran ‘Aisiyah atas perjalanan panjang penuh dinamika dari organisasi perempuan Muhammadiyah yakni perjuangan untuk berjihad dalam memajukan seluruh aspek kehidupan melalui penguatan spiritual, akhlaq, pendidikan, kesehatan, ekonomi, kesejahteraan sosial, dan usaha lainnya berbasis jama’ah diseluruh tanah air.

Pada kesempatan ini, Noordjanah Djohantini juga mengatakan bahwa pembaruan ‘Aisyiyah dilakukan atas dasar keyakinan dan pandangan islam yang berwawasan “al-ruju’ ila al Qur’an wa al-Sunnah” dengan mengembangkan ijtihad untuk menuntun kehidupan manusia dalam hablun minAllah dan hablun minannas.

Kiprah partisipasi dan konstribusi ‘Aisyiyah diberbagai bidang kehidupan sudah banyak dan telah mendapatkan pengakuan dari pemerintah dengan diberikannya 3 (tiga) penghargaan pada 2012 antara lain dari Kementrian Kehutanan, Anugerah Peduli Pendidikan, dan MDG’s Award atas peran strategis ‘Aisyiyah bagi kemajuan bangsa yang sejatinya telah dimulai sejak ‘Aisyiyah berdiri. Selain itu Kontribusi ‘Aisyiyah ini dilakukan melalui dakwah dan jihad di berbagai bidang, antara lain pendidikan, ekonomi, kesehatan, pendidikan politik maupun usaha lain dengan berbasis pada gerakan Keluarga Sakinah dan Qoryah Thoyyibah.” tambahnya

Dalam pidato iftitah kali ini, Noordjanah menyampaikan beberapa permasalahan yang sering terjadi di masyarakat, seperti maslaah politik, ekonomi, ketahanan pangan, dan kekerasan perempuan.

Mengenai masalah politik, Noordjanah mengungkapkan bahwa “Saat ini politik hanya sekedar alat meraih kekuasaan, uang, dan kedudukan, bukan memperjuangkan kepentingan rakyat tapi lebih mengutamakan kepentingan individu. Selin itu, Moneypolitik sudah menjadi budaya politik diseluruh kalangan.”

Sedangkan bicara masalah ekonomi dan ketahanan pangan, Noordjanah mengungkapkan bahwa “Kapitalisme global dan liberalisasi ekonomi mematikan ekonomi rakyat kecil sehingga menjadikan kesenjangan ekonomi semakin lebar. Masyarakat cenderung mengutamakan materialisme, hedonisme, dan oportunisme dalam kehidupan sehari-hari. Ketahanan pangan banyak berkaitan gizi buruk yang dialami anak-anak indonesia. Masalah pangan bukan sekedar terpenuhinya kebutuhan pangan tapi tentang bagaiaman ketersediaan pangan, asal dari mana, dan tentang ketahan dan kedaulatan pangan. Bagi ‘Aisyiyah masalah pangan jua perlu memperoleh perhatian karena menyangkut kebutuhan dasar masyarakat yang berpengaruh pada aspek kehidupan.”

“Pengaruh media masa memiliki peran strategis di ruang publik Tidak disangkal media memiliki peran untuk mencerdaskan bangsa, namun tetapi media masa terutam televisi dan media sosial menjadi wahana berkembangnya pornoaksi, pornografi, ghibah, dan tidak jarang melakukan pembohongan publik.” tambahnya.

Noordjannah menyampaikan, “Kekerasan perempuan ditunjukkan dengan meningkatnya perceraian akibat KDRT, poligami, perkosaan, dan lain sebagainya. Sementara kekerasan pada anak, bisa berbentuk kasus bullying, tawuran, narkoba, kekerasan seksual. Hal ini terkait situasi sosial, ekonomi, politik, dan agama yang tidak positif.”

Diakhir pidatonya, Noordjannah menegaskan “Dalam menghadapi masalah dan tantangan, ‘Aisyiyah memerlukan revitalisasi, antisipasi (idealis dan pemikiran) dan praksis pergerakan. Pertama, pada sisi idealisme ‘Aisyiyah dituntut memperkokoh idealisme dalam dirinya agar nilai idealisme (prinsip ideologi gerakan dan komitmen idealisme) terpelihara. Kedua, pengembangan pemikiran. ‘Aisyiyah memerlukan pemikiran yang kokoh dalam menghadapi isu-isu perempuan yang bersifat aktual dan mutakhir. Tanwir ini penting bagi para pimpinan ‘Aisyiyah untuk menjadi ajang membahas masalah dan tantangan yang besar dengan pemikiran luas dan mendalam.” (www.aisyiyah.or.id)