Kalau dulu orang miskin dilarang sakit, sekarang bagaimana mengubah orang miskin yang sakit dilarang bayar”. Hal tersebut dikatakan oleh Prof. Dr. dr. Ali Ghufron Mukti, MSc, Ph.D, Wakil Menteri Kesehatan RI, dalam forum Sidang Tanwir I ‘Aisyiyah (20/10/2012), di Kampus Terpadu STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta. Ali Ghufron menambahkan, orang miskin cenderung mempunyai konsep sendiri tentang sakit, “orang miskin tidak akan datang ke rumah sakit kalau belum benar-benar sakit.” ujarnya.

“Saya bangga, terharu dan senang bisa diundang dalam Sidang Tanwir ‘Aisyiyah, sekaligus melihat pembangunan Kampus Terpadu Stikes ‘Aisyiyah yang luar biasa membuat saya merinding. Mari kita bersyukur, kita berjuang lagi untuk umat, bangsa dan negara,” tambahnya.

Tentang peran Pemerintah dalam bidang Kesehatan, Ali memaparkan materi mengenai Kebijakan dan Strategi Pemerintah di Bidang Kesehatan untuk Masyarakat Miskin (Dhu’afa) serta sinerginya dengan ‘Aisyiyah. Manusia selalu menghadapi resiko termasuk sakit, dan orang miskin cenderung tidak berdaya menghadapi resiko sakit. Sedangkan konstitusi telah mengamanatkan bahwa rakyat berhak atas jaminan kesehatan dan pemerintah berkewajiban melakukan penjaminan. Hal tersebut, ujar Ali Ghufron, yang kemudian melandasi berbagai program jaminan sosial oleh pemerintah serta akan berlakunya Sistem Jaminan Sosial Nasional pada 2014 nanti.

Ali menambahkan, saat ini, jumlah warga yang masuk dalam program Jamkesmas sebanyak 76,4 juta orang atau lebih banyak dari peserta Jamkesmas awal yang hanya berjumlah 36 juta orang. Pada tahun 2014 nanti saat diberlakukannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), diharapkan seluruh masyarakat Indonesia memiliki jaminan sosial.(www.muhammadiyah.or.id)

Menurut Ali Ghufron yang juga Mantan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, berbagai bentuk kepedulian terhadap orang miskin sejatinya sejalan dengan spirit Al-Ma’un yang menjadi watak gerakan praksis sosial Muhammadiyah-‘Aisyiyah. Bahkan, tegas Ali, di dalam QS. Al-Ma’un juga telah disebutkan bahwa seorang mukmin yang tidak menyantuni orang miskin digolongkan sebagai pendusta agama.

Muhammadiyah-‘Aisyiyah, dalam pandangan Ali Ghufron, telah mengimplementasikan QS. Al-Ma’un dalam gerakan praksis, termasuk di bidang kesehatan melalui berbagai amal usaha layanan kesehatan, memperbanyak jumlah tenaga kesehatan, serta pemberdayaan kesehatan komunitas. Anggota Tim Ahli Majelis Pembina Kesehatan Umum PP Muhammadiyah ini berharap, terkait kebijakan pemerintah dalam bidang kesehatan, kehadiran ‘Aisyiyah menjadi begitu penting untuk melakukan pengawasan terhadap implementasi kebijakan pemerintah termasuk penggunaan Biaya Operasional Kesehatan (BOK).(www.muhammadiyah.or.id)

Dalam rangka peresmian kampus terpadu STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta dan pembukaan tanwir ‘Aisyiyah I, Menteri Kehutanan RI, Zulkifli Hasan, SE., MM menyempatkan untuk mengunjungi kampus STIKES ‘Aisyiyah, Jumat (19/10)

Dalam kunjungannya, Zulkifli meninjau beberapa area kampus, salah satunya adalah Klinik Fisioterapi. Klinik ini merupakan salah satu unggulan dari STIKES ‘Aisyiyah yang rencananya akan melayani masyarakat umum. Klinik terabagi dalam beberapa ruang antara lain pediatri, hydroterapi, gymnasium dan sebagainya.

Selain mengunjungi klinik, menhut menyempatkan diri untuk menyalami para tamu undangan dan mahasiswa.

Konsumen dinilai berperan penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian nasional. Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan, pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia tahun ini cukup tinggi, yakni lebih dari enam persen.

Pertumbuhan yang tinggi tersebut, kata dia, tidak lepas dari peran masyarakat yang kontribusi konsumsi domestiknya mencapai 60 persen. “Dengan memilih produk dalam negeri, maka masyarakat sebagai konsumen telah membantu para pengusaha lokal dalam mengembangkan produk dan usahanya,” kata Gita, dalam acara Sidang Tanwir Aisyiyah di Yogyakarta, Jumat (19/10/2012).

Gita menjelaskan, pemerintah telah menetapkan kebijakan strategis dalam mengembangkan produk lokal, yakni melalui kebijakan hilirisasi untuk mendorong para pelaku usaha memproduksi barang-barang yang bernilai tambah.

Kebijakan tersebut, kata dia, tentunya akan menimbulkan efek domino yang positif terhadap masyarakat Indonesia, di antaranya perekonomian akan tumbuh tinggi, membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

“Dukungan masyarakat terhadap keberhasilan kebijakan hilirisasi ini sangat penting. Pilihan masyarakat konsumen dalam membeli suatu produk sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Untuk itu, marilah kita mengutamakan membeli produk dalam negeri untuk memajukan industri nasional,” ujarnya.

Gita menuturkan, mahasiswa sebagai kelompok konsumen yang well educated diharapkan dapat menjadi jembatan untuk memotivasi lingkungannya agar turut menjadi konsumen-konsumen cerdas yang well informed.

Komunitas yang tergabung dalam organisasi kemasyarakatan seperti Muhammadiah dan Aisyiyah merupakan sarana yang tepat untuk dijadikan sebagai agen komunikasi, jika dilihat dari eksistensi, fungsi, dan pengaruhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Selain itu, lanjutnya, pihaknya juga mengajak masyarakat untuk menjadi konsumen cerdas.

“Sebagai konsumen cerdas, konsumen harus dapat memilih produk yang sesuai dengan standard, sehat dan higienis, berlabel bahasa Indonesia, serta persyaratan lain yang telah ditetapkan oleh pemerintah,” jelasnya.

Sistem perekonomian Islam merupakan perekonomian yang terbuka dan berkeadilan, yang dapat mendorong terbukanya pasar dan investasi.” Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Perekonomian Ir. H. Hatta Radjasa yang hadir sebagai Keynote Speaker Tanwir ‘Aisyiyah pada sidang Pleno II tanggal 19 Oktober 2012 di Hall 4 lantai 4 kampus terpadu Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Sesuai dengan tema sidang pada siang ini tentang Kebijakan dan Strategi Pemerintahan di Bidang Perekonomian dan Keberpihakan terhadap Kaum Dhu’afa-Mustadl’afin serta Sinerginya dengan ‘Aisyiyah. Hatta juga mengungkapkan bahwa “Manusia dan iptek adalah sumber utama pembangunan bangsa ini. Dalam hal ini, pemerintah memiliki strategi pembangunan di bidang perekonomian diantaranya pro lapangan kerja, pro pengentasan kemiskinan dan pro pemeliharaan lingkungan. Hal tersebut sejalan dengan visi, misi dan strategi ‘Aisyiyah dalam menghadapi berbagai problem keumatan, kebangsaan maupun kemanusiaan”.

Masih dalam sidang yang dihadiri oleh perwakilan daerah ‘Aisyiyah (PDA) dan perwakilan Wilayah Aisyiyah (PWA) dari berbagai provinsi se Indonesia, Hatta juga menyampaikan tentang dua strategi pemerintah untuk mengantisipasi terjadinya lost generation yang disebabkan minimnya generasi muda yang memiliki tingkat pendidikan tinggi di Indonesia. Pertama yaitu dengan membantu serta mendorong putra-putri bangsa untuk melanjutkan dan menempuh pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Strategi yang kedua, melalui kebijakan pemerintah bahwa seluruh hasil sumber daya alam Indonesia tidak boleh dijual dalam keadaan mentah ke luar negeri, melainkan harus diolah oleh putra-putri bangsa Indonesia sendiri, sehingga dapat memberikan nilai tambah dan pemasukan perekonomian bangsa.

Dalam penyampaian terakhirya di sidang Pleno II ini, Hatta menegaskan bahwa “’Aisyiyah merupakan salah satu jembatan yang dapat membantu mewujudkan perekonomian Indonesia maju melalui amal usaha yang bermanfaat bagi kesejahteraan umat.”(www.aisyiyah.or.id)

Ahad (14/10), dalam rangka semarak Tanwir I ‘Aisyiyah yang akan diselenggarakan di Jogjakarta pada 19 hingga 21 Oktober 2012, ribuan warga dan simpatisan ‘Aisyiyah berkumpul di lapangan XT Square Yogyakarta untuk mengikuti jalan sehat. “Selain sebagai sosialisasi Tanwir ‘Aisyiyah, kegiatan ini merupakan bentuk kampanye hidup sehat untuk para perempuan dan anak” ujar Wakil Ketua Panitia Tanwir I, Arnabun.

Sekitar 3.500 warga ‘Aisyiyah melakukan senam dan jalan sehat dengan rute XT Square-Jalan Perintis Kemerdekaan-Jalan Gambiran-Jalan Veteran-Warungboto-Jalan Babaran-Jalan Pandega dan finsh di XT Square lagi. Selain itu, sebanyak 750 murid TK ‘Aisyiyah Busthanul Athfal (TK ABA) di Jogjakarta juga ikut memeriahkan Syiar Tanwir dengan Pawai Ta’aruf menggunakan becak hias dan drumband.

Adapun Pameran Batik Nusantara sebagai kegiatan pendukung Tanwir I ‘Aisyiyah akan mulai berlangsung dari tanggal 18 hingga 21 Oktober 2012 di tempat pelaksanaan Tanwir I ‘Aisyiyah, yakni di Kampus STIKES ‘Aisyiyah Terpadu, Gamping, Sleman Yogyakarta. (www.aisyiyah.or.id)