“Syiar dan dakwah nilai-nilai Islam dapat dilakukan melalui batik dengan merelevansi nilai-nilai budaya yang terdapat dalam motif batik,” hal tersebut disampaikan oleh Dra. Siti Noordjannah Djohantini, M.M.,M.Si, Ketua Umum PP ‘Aisyiyah dalam sambutan Seminar Batik Nusantara yang bertempat di Ruang Prof. Dra. Hj. Siti Baroroh Baried, Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta (18/10). Noordjannah juga menambahkan “batik merupakan salah satu ikon budaya nasional yang dapat digunakan sebagai media komunikasi ke berbagai negara.”

Seminar Batik Nusantara diikuti oleh kurang lebih 250 perwakilan ‘Aisyiyah dari 33 provinsi di Indonesia. Para narasumber yang hadir, yaitu: Drs. Handoyo dari Balai Kesar Kerajinan dan Batik Yogyakarta; Hj. Kaelasha Afiati, pengusaha home industri fashion; dan Imam Nurhidayat, Direktur Pusdiklat Repindo dan Coconut Centre yang berbicara tentang pengutana ekonomi melalui Ranting. Adapun Prof. Dr. Hj. Siti Chamamah Soeratno lebih banyak berbicara tentang Peran Batik Kauman Yogyakarta dalam gerak langkah Muhammadiyah-‘Aisyiyah.

Menurut Handoyo, ‘Aisyiyah sebagai organisasi perempuan yang memiliki jaringan luas hingga ke berbagai daerah di seluruh Indonesia, dapat menjadi kekuatan untuk melalukan penguatan ekonomi melalui pelestarian Batik. Hal tersebut, ungkap Handoyo, dikarenakan ‘Aisyiyah telah memiliki lebih dari 6000 ranting ‘Aisyiyah yang berada di seluruh daerah Indonesia dan didukung oleh infrastruktur yang kuat sehingga memudahkan pencapaian penguatan ekonomi. (www.aisyiyah.or.id)

Tanwir I ‘Aisyiyah (19-21/10) resmi dibuka oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Dien Syamsuddin. Selain itu, dalam kesempatan yang sama dilakukan juga Peresmian Kampus Terpadu Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Dra. Noordjannah Djohantini, MM., M.Si. Pembukaan Tanwir dan Peresmian Kampus Terpadu Stikes ‘Aisyiyah dihadiri juga oleh Menteri Kehutanan RI, H. Zulkifli Hasan, SE, MM; Bupati Sleman, Drs. H. Sri Purnomo, M.Si; Wakil Bupati Gunung Kidul, Drs. Immawan Wahyudi; Ketua Kopertis Wilayah V, Ketua APTISI, serta 1000 orang dari Pimpinan ‘Aisyiyah se Indonesia.

 

Dien mengungkapkan bahwa kesuksesan penyelenggaran Tanwir terletak pada kemauan dan kemampuan ‘Aisyiyah untuk melakukan substansiasi atau pemaknaan terhadap keputusan Muktamar ‘Aisyiyah serta kontekstualisasinya dengan dinamika zaman. Tema Tanwir “’Aisyiyah Jelang Satu Abad: Gerakan Praksis Sosial Al-Ma’un untuk Kemajuan Bangsa”, menurut Dien, semakin menegaskan kontribusi ‘Aisyiyah bagi kemajuan bangsa berbasis gerakan praksis Al-Ma’un yang merupakan watak gerakan ‘Aisyiyah-Muhammadiyah. Dari asal katanya, tambah Dien, Al-Ma’un berarti hal yang berguna, sehingga gerakan Al-Ma’un merupakan gerakan yang menyebarkan manfaat dengan membangun dan memperkuat landasan budaya kehidupan masyarakat. Itulah yang membedakan watak gerakan Muhammadiyah dengan gerakan struktural yang banyak dilakukan oleh partai politik.

Pada kesempatan tersebut, Noordjanah Djohantini juga mengatakan bahwa kekuatan ‘Aisyiyah yang berbasis jamaah dan amal usaha yang tersebar di seluruh Indonesia ini menjadi kekuatan strategis untuk memajukan bangsa. ‘Aisyiyah sebagai gerakan perempuan muslim Muhammadiyah telah menempuh perjalanan panjang berkiprah bagi bangsa dan peradaban Islam selama hampir 1 abad dengan membawa misi Amar Ma’ruf Nahi Munkar. “Kontribusi ‘Aisyiyah dilakukan melalui dakwah dan jihad di berbagai bidang, antara lain pendidikan, ekonomi, kesehatan, pendidikan politik maupun usaha lain dengan berbasis pada gerakan Keluarga Sakinah dan Qoryah Thoyyibah,” tambahnya. Berkat kontribusinya, ‘Aisyiyah telah memperoleh penghargaan 3 (tiga) penghargaan, antara lain dari Kementrian Kehutanan, Anugerah Peduli Pendidikan, dan MDG’s Award atas peran strategis ‘Aisyiyah bagi kemajuan bangsa yang sejatinya telah dimulai sejak ‘Aisyiyah berdiri.(www.asiyiyah.or.id)

“Kesenjangan antara kaum kaya dan miskin masih menjadi penyebab kemiskinan di Indonesia.” Hal tersebut disampaikan oleh Dien Syamsudin dalam Konferensi Pers pada Jum’at (19/10) di lokasi Sidang Tanwir I ‘Aisyiyah, Kampus Terpadu Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, Muhammadiyah-‘Aisyiyah dapat berkontribusi dengan melakukan revitalisasi gerakan Muhammadiyah-‘Aisyiyah melalui Gerakan Praksis Sosial Al-Ma’un.

Noordjannah Djohantini kemudian menyampaikan, bahwa salah satu bentuk Gerakan Praksis Sosial Al-Ma’un sudah dilakukan ‘Aisyiyah dengan mengembangkan Bina Usaha Ekonomi Keluarga (BUEKA) serta memproduksi detergen MELIN. ‘Aisyiyah juga melakukan investasi penanaman pohon sebagai strategi pendanaan organisasi. Di bidang pendidikan, selain mengelola amal usaha pendidikan dari TK hingga perguruan tinggi, ‘Aisyiyah juga mengelola 4000 Keaksaran Fungsional hingga ke daerah-daerah pelosok.(www.aisyiyah.or.id)

Pembukaan sidang Tanwir ‘Aisyiyah 1 periode 2010-2015 hari ini (19/10) secara resmi dibuka oleh Prof. DR. Dien Syamsuddin, bertempat di Kampus Terpadu STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta. Pada pidato sambutan kali ini, Ia mengucapkan rasa syukur yang mendalam, atas terselenggarakannya Sidang Tanwir ‘Aisyiyah 1 dan menyampaikan bahwa setiap kegiatan yang diadakan oleh ‘Aisyiyah selalu tertata rapi dan apik, ibarat rangkaian bunga yang harum. Pada kesempatan kali ini, Dien juga menjelaskan arti kata Tanwir yang merupakan nama lain dari permusyawaratan berarti pencerahan, penyinaran, pencahayaan. Tanwir merupakan suatu permusyawaratan tertinggi dibawah Muktamar Muhammadiyah. Dalam pidatonya kali ini, Ia menyampaikan bahwa hingga saat ini di Indonesia tidak ada satu pun organisasi yang mempunyai istilah-istilah yang khas seperti halnya organisasi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah.

Dien berharap para peserta Sidang Tanwir harus mampu menjalankan dwifungsinya yaitu mampu melakukan substansiasi atau pemaknaan terhadap keputusan Muktamar ‘Aisyiyah serta mampu mengkontekstualisasikan dengan dinamika zaman dan kehidupan di masyarakat. Ia juga menegaskan bahwa, keberhasilan sidang Tanwir ini sangat ditentukan oleh kedua komponen tadi, yaitu penguatan dan pengaitan. Tema Tanwir “’Aisyiyah Jelang Satu Abad: Gerakan Praksis Sosial Al-Ma’un untuk Kemajuan Bangsa”, menurut Dien, semakin menegaskan kontribusi ‘Aisyiyah bagi kemajuan bangsa berbasis gerakan praksis Al-Ma’un yang merupakan watak gerakan ‘Aisyiyah-Muhammadiyah. Dari asal katanya, tambah Dien, Al-Ma’un berarti hal yang berguna, sehingga gerakan Al-Ma’un merupakan gerakan yang menyebarkan manfaat dengan membangun dan memperkuat landasan budaya kehidupan masyarakat. Itulah yang membedakan watak gerakan Muhammadiyah dengan gerakan struktural yang banyak dilakukan oleh partai politik.

Dien, menambahkan bahwa sifat dari gerakan Al-Ma’un adalah bersifat Amaliah, yaitu sifat yang memadukan antara iman dan amal. Dien, menyampaikan bahwa tema Tanwir “GERAKAN PRAKSIS SOSIAL AL-MA’UN UNTUK KEMAJUAN BANGSA”, mengambil kata Gerakan Praksis yang merupakan suatu kata mendalam maknanya, berarti suatu kelompok yang mengamalkan Islam secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Praksis merupakan suatu kemampuan dalam berorientasi tidak hanya dalam tataran ide saja, tetapi juga memiliki aksi yang nyata. Pada akhir pidatonya, Ia menegaskan bahwa “’Aisyiyah selama ini telah menunjukkan dinamika kemajuan yang signifikan sebagai organisasi perempuan di Indonesia dan ‘Aisyiyah telah mampu mengimplementasikan gerakan praksis Al-Ma’un melalui amalan-amalan usaha yang memberikan banyak manfaat di masyarakat.(www.aisyiyah.or.id)

Bertepatan dengan pembukaan Sidang Tanwir Jelang satu abad ‘Aisyiyah pada 19 Oktober 2012, Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah juga mengadakan peresmian gedung baru kampus terpadu Stikes ‘Aisyiyah yang beralamatkan di Jl. Lingkar Barat, Pundung, Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Dalam sambutannya, Warsiti M.Kep., Sp.Mat selaku Ketua STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta mengatakan, “Berdirinya Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta merupakan bukti konkret berkembangnya amal usaha ‘Aisyiyah di bidang pendidikan.”

Peresmian ini dihadiri oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Dien Syamsyuddin, Menteri Kehutanan RI, H. Zulkifli Hasan, SE, MM; Bupati Sleman, Drs. H. Sri Purnomo, M.Si; Wakil Bupati Gunung Kidul, Drs. Immawan Wahyudi; Ketua Kopertis Wilayah V, Ketua APTISI, serta 1000 orang dari Pimpinan ‘Aisyiyah se Indonesia. “Diharapkan, keberadaan STIKES ‘Aisyiyah ini dapat memberikan manfaat yang luas sehingga bisa mewujudkan Islam yang Rahmatan lil ‘Alamin.” tambah Warsiti.

Kemudian Dr. Bambang Supriyadi,CES.,DEA, selaku Ketua Kopertis Wilayah V juga merasa senang dengan peresmian kampus terpadu Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta. Ia berharap, berdirinya kampus terpadu Stikes ‘Aisyiyah ini dapat memacu kemajuan Stikes ‘Aisyiyah. Ia menginformasikan, saat ini, dari 6000 mahasiswa sekolah tinggi kesehatan di Yogyakarta, sebanyak 2500 mahasiswa atau hampir sepertiganya merupakan mahasiswa Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta. Bambang juga menyambut baik rencana Stikes ‘Aisyiyah untuk membuka Program Pascasarjana Kebidanan sebagaimana yang dilontarkan oleh Ketua STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.(www.aisyiyah.or.id)