Tantangan perpustakaan di era digital semakin banyak. Perpustakaan kini tak lagi hanya bangga dengan banyaknya tumpukan koleksi di raknya. Karena apa? Karena perilaku pencarian informasi pemakai yang dilayani juga mengalami perubahan seiring dengan kemajuan teknologi informasi. Agar perpustakaan tetap eksis sesuai dengan kemajuan teknologi, maka harus mampu mengembangkan diri . Salah satunya adalah dengan membangun perpustakaan digital. Untuk membangun digital libraries (diglib), diperlukan pertimbangan dan perencaan yang matang, agar nantinya benar-benar bermanfaat bagi pemakai. Hal tersebut dijelaskan oleh. M. Solihin Arianto, S.Ag., SIP, M.LIS, Kepala Perpustakaan UIN SUKA, selaku pembicara dalam Seminar Nasional “Digital Library and Resourches Sharing” yang diselenggarakan oleh Perpustakaan STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, Senin, (2/2).

Lebih lanjut Arianto mengatakan sebelum membangun perpustakaan digital, benahi dulu otomasi perpustakaannya. ‘’Sebagian orang bahkan beranggapan bahwa jika perpustakaannya sudah menggunakan otomasi, berarti sudah digilib, ini tidak benar”, kata Arianto. Tujuan utama digilib adalah untuk menambah koleksi, memperluas layanan, mengelola aset, menghemat tempat, memperluas akses, menyimpan /mengarsip, memudahkan pencarian, menghemat biaya, meningkatkan citra, dan preservasi ( koleksi bisa diakses dalam waktu yang panjang). Inilah pentingnya digilib, agar semua bisa ditelusur dengan kata apapun, bisa diakses di seluruh dunia, dan bisa dicopy tanpa pernah ada kesalahan, karena tujuan utama digilib adalah untuk memperluas akses. Arianto juga mengingatkan bahwa untuk membangun digilib, ada tiga konsep dasarnya, yaitu SDM, materi digital , dan infrastruktur teknologi.

Seminar yang dipandu oleh moderator, Irkhamiyati, Pustakawan STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, yang tiga kali mendapatkan penghargaan pustakawan tingkat nasional ini, juga menghadirkan pembicara dari Perpustakaan FK UGM, yang menyampaikan akan pentingnya resouches sharing dan pentingnya berjejaring antar perpustakaan. Kususnya perguruan tinggi kesehatan, harus mampu mengimbangi tuntutan layanan perpustakaan bagi para digital native.

Acara seminar yang dihadiri Perguruan Tinggi Kesehatan DIY, Perguruan Tinggi Muhammadiyah/’Aisyiyah Indonesia, dan peserta umum lainnya, baik dari dalam DIY ataupun luar propinsi ini dilanjutkan dengan rapat Koordinasi Perpustakaan Perguruan Tinggi Muhammadiyah/’Aisyiyah.

Pengumuman Penerimaan Sarjana/Diploma Tanggal 3 Februari 2015. info detil silahkan[Menu Cek Penerimaan] klik di Pengumuman PMB

Unduh Berkas

Assalamualaikum warrahmatullahi wabbarakatuh

Diumumkan kepada seluruh alumni STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta bahwa Nismara Spa yang beralamat di Jl. Monjali No. 93 Yogyakarta membutuhkan tenaga terapis dan Management Team  dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Terapis :

  • Memiliki sertifikat dari AKBID/AKPER/Sekolah Tinggi
  • Menyukai bayi dan anak-anak
  • Tinggal/kos di daerah Yogyakarta
  • Berusia tidak lebih dari 3o tahun
  • Mampu bekerja dalam tim

2. Management Team :

  • Lulusan SI
  • Memahami Ilmu dan teori manajemen
  • Mampu berkomunikasi dengan baik
  • Tinggal/kos di daerah Yogyakarta
  • Berusia tidak lebih dari 30 tahun
  • mampu bekerja dalam tim

Kirimkan CV dan motivation letter ke : nismara.yogya@gmail.com dengan judul email : Nama,Terapis/Management Team sebelum 10 Februari 2015, info rekruitmen : 081564920400.

Demikian pengumuman ini disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

Unit Kemahasiswaan dan Alumni

 

Pengumuman Penerimaan Sarjana/Diploma Tanggal 30 Januari 2015. info detil silahkan[Menu Cek Penerimaan] klik di Pengumuman PMB

Unduh Berkas

STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta (SAY) bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kulonprogo berhasil mengembangkan kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Kesehatan Jiwa (Keswa) di Kranggan Galur Kulonprogo. Posyandu Kesehatan Jiwa di Launching oleh pejabat Dinas Kesehatan Kulonprogo, dr. Ananto Kogam, M.Kes., pada Kamis (29/1).

Dalam peresmian tersebut, dr. Ananto Kogam berpesan agar para kader posyandu keswa mampu mendampingi orang-orang gangguan jiwa disekitarnya agar bisa diterima dimasyarakat dan mampu mendapatkan pekerjaan.

Menurut Ketua STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, Warsiti, M.Kep.,Sp.Mat., tahun 2012 SAY pernah mengembangkan desa siaga sehat jiwa di Kranggan Kulonprogo dan sekarang tahun 2015 di tindak lanjuti dengan membentuk posyandu kesehatan jiwa. Warsiti juga menjelaskan bahwa posyandu kesehatan jiwa merupakan kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan dan berfokus pada kesehatan jiwa. Tujuannya untuk mengenalkan kesehatan jiwa di masyarakat agar para kader mampu mengidentifikasi orang-orang disekitarnya yang memiliki gangguan jiwa. Selain itu, mempercepat penerimaan kesehatan jiwa di masyarakat dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan kesehatan dan lainnya yang menunjang sesuai dengan kebutuhan.

Posyandu Keswa merupakan implementasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya bidang pengabdian masyarakat. Melalui program ini diharapkan kesembuhan pasien gangguan jiwa tidak tergantung dengan obat-obatan saja namun juga mendapatkan dukungan keluarga dan masyarakat. Selanjutnya para pasien mampu produktif mengembangkan keterampilan dan sebagainya.

Sementara itu menurut Kepala Puskesmas Galur II, dr.Hery Suryadi , angka gangguan jiwa di Galur cukup besar yaitu 11 % dari populasi, artinya gangguan jiwa harus menjadi prioritas dan dicarikan solusi agar tidak bertambah banyak. Gangguan jiwa bisa dikategorikan ringan dan berat. Dengan adanya program dari STIKES ‘Aisyiyah ini sangat membantu masyarakat menjadi mandiri sehingga gangguan jiwa bisa dikendalikan dan mampu produktif kembali.

Program Posyandu Keswa yang didanai oleh Hibah IBM Dikti ini, sebelum diresmikan sudah melakukan beberapa kegiatan antara lain pelatihan untuk 20 kader kesehatan jiwa, Try out posyandu kesehatan jiwa pada bulan Juli serta pelaksanaan posyandu keswa sasaran remaja dan penyuluhan pada bulan november lalu. Pada kesempatan peresmian ini para kader menerima sertifikat pelatihan keswa secara simbolik.