Para Ners STIKES Áisyiyah Yogyakarta Disiapkan Hadapi MEA

Perawat (ners) menjadi salah satu dari delapan profesi tenaga kesehatan yang bakal terdampak pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Untuk itu, STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta menyiapkan lulusannya untuk siap menghadapi persaingan dengan tenaga kerja asing.

”Lulusan STIKES Áisyiyah sudah siap menghadapi MEA,” kata Ketua STIKES Áisyiyah Yogyakarta , Warsiti, M,Kep.,Sp.Mat, selepas acara pengambilan sumpah dan pelantikan Ners Angkatan XVIII STIKES Áisyiyah Yogyakarta, Sabtu (16/1). Ada 108 lulusan tahun akademik 2015/2016 dengan rata-rata indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,85. Lulusan terbanyak dengan predikat cumlaude sebanyak 99 orang ( 91,67%).

Warsiti mengatakan, salah satu yang menjadi kunci keberhasilan dalam MEA adalah komunikasi. Karena itu, perihal kemampuan bahasa menjadi perhatian. Ia mengatakan, pembelajaran Bahasa Inggris dilakukan secara intensif. Fokus utamanya pada percakapan (conversation). Lulusan STIKES Áisyiyah disyaratkan memiliki hasil TOEFL minimal 450.

Lulusan STIKES Áisyiyah, menurut Warsiti, juga disiapkan untuk bisa menjadi kader persyarikatan yang nantinya diharapkan bisa menjadi penggerak di tengah masyarakat dimanapun mereka berada.

Dalam rangka meningkatkan kualitas lulusan ners, STIKES Áisyiyah Yogyakarta juga bekerjasama dengan Badan Kerjasama Penanggulangan Gawat Darurat Medik Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (BAKER PGDM PERS). Kerjasama ini berupa penyelenggaraan training penanganan kegawatdaruratan medis tingkat dasar. Dengan demikian seluruh ners angkatan ke-18 memiliki sertifikat berskala nasional dalam penanganan kegawatdaruratan medis dasar. Selain itu, para ners juga menjalani Objective Structured Competency in Islamic Values Examination (OSCIE). Ini merupakan ujian untuk mengukur kemampuan mengimplementasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari dan kehidupan profesioanl.

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Ners, Ery Khusnal, MNS, optimis lulusan STIKES Áisyiyah Yogyakarta siap menghadapi era MEA., baik dari sisi bahasa, akhlak, maupun kemampuan. Bahkan ia menilai, mereka sudah siap bekerja di luar negeri. Hanya saja menurut dia, selama ini untuk bertugas ke luar negeri masih banyak ang terkendala izin orang tua. Karena itu, ke depan ia mendorong ners STIKES Áisyiyah untuk kembali ke daerah asal dan membangun daerahnya masing-masing.(Republika)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *