Akreditasi Perguruan Tinggi merupakan tanggung jawab moral institusi pendidikan terhadap masyarakat/publik. Melalui kegiatan ini dapat diukur standar mutu dari suatu institusi. Hal tersebut dikatakan oleh Ketua STIKES Áisyiyah Yogyakarta (SAY), Warsiti, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat, saat pembukaan kunjungan lapangan akreditasi Program Studi Ners, di Kampus SAY, Senin (1 / 2).

Warsiti menambahkan, melalui akreditasi diharapkan SAY akan semakin baik dan terstandar. Bagi yang belum terstandar agar segera berbenah atau dilakukan upaya perbaikan.

Tim asesor akreditasi LAMPTKes yang terdiri dari Hiryadi, S.Kp., M,Kep., Sp.Kom; Dr Debie Dahlia, S.Kp., MHSM dan Ns. Nur Huda, M.Kep., Sp.KMB mengunjungi SAY untuk memotret 7 standar antara lain visi, misi dan tujuan; tata pamong dan kepemimpinan; mahasiswa dan lulusan; sumber daya manusia, kurikulum, pembelajaran, suasana akademik; pembiayaan, sarana prasarana dan sistem informasi; penelitian, pengabdian masyarakat dan kerjasama.

SAY akan mengadakan International Manual Therapy Course dengan Narasumber DR. Hussain Nasser, PT, MCTA (The Mulligan Concept Teacher`s Association) Mulligan Institute New Zealand. pada 30 Januari 2016 di kampus Terpadu SAY.

Prodi S1 Ilmu Keperawatan untuk meningkatkan kwalitas mahasiswa dalam penguasaan pemahaman dan praktik keislaman mengadakan uji komprehensif kompetensi Islami dengan format OSCIE (Objective Structured in Islamic values Examination). Ujian OSCIE ini dilaksanakan pada Hari Selasa dan Rabu 22-23 Desember 2015 diikuti oleh 108 mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan yang mengambil program Ners.

Yekti Satriyandari selaku Koordinator Keislaman yang bertindak sebagai ketua tim penguji menjelaskan tujuan dari OSCIE untuk Mahasiswa Ilmu Keperawatan yang mengambil Ners untuk mengikur penguasaan keislaman dalam bentuk praktik keagamaan. Ujian keislaman yang diuji adalah Membaca Al-Quran, Hafalan Juzz Amma, Wudhu, Tayamum,Sholat, Hafalan Doa-doa tema kesehatan, Rukti Jenazah dan Kultum.

Ery Khusnal MNS selaku Kaprodi S1 Ilmu Keperawatan berharap agar dengan adanya ujian OSCIE yang diadakan pada akhir kelulusan Ners mahasiswa bisa mengukur penguasaan pemahaman dan praktik keislamannya. Begitu juga dengan Prodi S1 Ilmu Keperawatan bisa mengevaluasi sejauh mana penguasaan mahasiswa terhadap materi keislaman yang selama kuliah diajarkan kepada mahasiswa.

Lulusan STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta (SAY) disiapkan menjadi tenaga kesehatan profesional yang memiliki ciri khusus. Salah satunya dalam implementasi nilai-nilai Islam saat menjalankan profesinya. Jadi untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam hal tersebut, semua mahasiswa wajib mengikuti ujian OSCIE.

Pimpinan Pusat Aisyiyah menggelar Rapat Kerja Pimpinan (Rakerpim) di Kampus terpadu STIKES `Aisyiyah Yogyakarta (SAY) sabtu – minggu (16-17/01), yang dihadiri oleh jajaran ketua, sekretaris dan bendahara PP `Aisyiyah hingga majelis dan lembaga yang berkantor di Yogyakarta.

Acara dibuka langsung oleh Ketua Umum PP `Aisyiyah Dra. Siti Noordjannah Djohantini, MM, M.Si, tujuan diadakanya Rakerpim kali ini yaitu membangun strategi dan memperbaiki kinerja `Aisyiyah untuk lima tahun kedepan dalam mengawali abad kedua, selain sebagai ajang silaturrahmi ketua kepada para jajaran kepengurusan PP `Aisyiyah.

Adapun acara yang digelar selama dua hari itu untuk memaparkan program dari masing- masing majelis dan lembaga, rumusan Rakerpim difokuskan kepada program lintas majelis dan lembaga yang dimiliki oleh `Aisyiyah.

Perawat (ners) menjadi salah satu dari delapan profesi tenaga kesehatan yang bakal terdampak pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Untuk itu, STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta menyiapkan lulusannya untuk siap menghadapi persaingan dengan tenaga kerja asing.

”Lulusan STIKES Áisyiyah sudah siap menghadapi MEA,” kata Ketua STIKES Áisyiyah Yogyakarta , Warsiti, M,Kep.,Sp.Mat, selepas acara pengambilan sumpah dan pelantikan Ners Angkatan XVIII STIKES Áisyiyah Yogyakarta, Sabtu (16/1). Ada 108 lulusan tahun akademik 2015/2016 dengan rata-rata indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,85. Lulusan terbanyak dengan predikat cumlaude sebanyak 99 orang ( 91,67%).

Warsiti mengatakan, salah satu yang menjadi kunci keberhasilan dalam MEA adalah komunikasi. Karena itu, perihal kemampuan bahasa menjadi perhatian. Ia mengatakan, pembelajaran Bahasa Inggris dilakukan secara intensif. Fokus utamanya pada percakapan (conversation). Lulusan STIKES Áisyiyah disyaratkan memiliki hasil TOEFL minimal 450.

Lulusan STIKES Áisyiyah, menurut Warsiti, juga disiapkan untuk bisa menjadi kader persyarikatan yang nantinya diharapkan bisa menjadi penggerak di tengah masyarakat dimanapun mereka berada.

Dalam rangka meningkatkan kualitas lulusan ners, STIKES Áisyiyah Yogyakarta juga bekerjasama dengan Badan Kerjasama Penanggulangan Gawat Darurat Medik Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (BAKER PGDM PERS). Kerjasama ini berupa penyelenggaraan training penanganan kegawatdaruratan medis tingkat dasar. Dengan demikian seluruh ners angkatan ke-18 memiliki sertifikat berskala nasional dalam penanganan kegawatdaruratan medis dasar. Selain itu, para ners juga menjalani Objective Structured Competency in Islamic Values Examination (OSCIE). Ini merupakan ujian untuk mengukur kemampuan mengimplementasikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari dan kehidupan profesioanl.

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Ners, Ery Khusnal, MNS, optimis lulusan STIKES Áisyiyah Yogyakarta siap menghadapi era MEA., baik dari sisi bahasa, akhlak, maupun kemampuan. Bahkan ia menilai, mereka sudah siap bekerja di luar negeri. Hanya saja menurut dia, selama ini untuk bertugas ke luar negeri masih banyak ang terkendala izin orang tua. Karena itu, ke depan ia mendorong ners STIKES Áisyiyah untuk kembali ke daerah asal dan membangun daerahnya masing-masing.(Republika)