Dalam rangka peresmian kampus terpadu STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta dan pembukaan tanwir ‘Aisyiyah I, Menteri Kehutanan RI, Zulkifli Hasan, SE., MM menyempatkan untuk mengunjungi kampus STIKES ‘Aisyiyah, Jumat (19/10)

Dalam kunjungannya, Zulkifli meninjau beberapa area kampus, salah satunya adalah Klinik Fisioterapi. Klinik ini merupakan salah satu unggulan dari STIKES ‘Aisyiyah yang rencananya akan melayani masyarakat umum. Klinik terabagi dalam beberapa ruang antara lain pediatri, hydroterapi, gymnasium dan sebagainya.

Selain mengunjungi klinik, menhut menyempatkan diri untuk menyalami para tamu undangan dan mahasiswa.

Konsumen dinilai berperan penting dalam mendorong pertumbuhan perekonomian nasional. Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan, pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia tahun ini cukup tinggi, yakni lebih dari enam persen.

Pertumbuhan yang tinggi tersebut, kata dia, tidak lepas dari peran masyarakat yang kontribusi konsumsi domestiknya mencapai 60 persen. “Dengan memilih produk dalam negeri, maka masyarakat sebagai konsumen telah membantu para pengusaha lokal dalam mengembangkan produk dan usahanya,” kata Gita, dalam acara Sidang Tanwir Aisyiyah di Yogyakarta, Jumat (19/10/2012).

Gita menjelaskan, pemerintah telah menetapkan kebijakan strategis dalam mengembangkan produk lokal, yakni melalui kebijakan hilirisasi untuk mendorong para pelaku usaha memproduksi barang-barang yang bernilai tambah.

Kebijakan tersebut, kata dia, tentunya akan menimbulkan efek domino yang positif terhadap masyarakat Indonesia, di antaranya perekonomian akan tumbuh tinggi, membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

“Dukungan masyarakat terhadap keberhasilan kebijakan hilirisasi ini sangat penting. Pilihan masyarakat konsumen dalam membeli suatu produk sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Untuk itu, marilah kita mengutamakan membeli produk dalam negeri untuk memajukan industri nasional,” ujarnya.

Gita menuturkan, mahasiswa sebagai kelompok konsumen yang well educated diharapkan dapat menjadi jembatan untuk memotivasi lingkungannya agar turut menjadi konsumen-konsumen cerdas yang well informed.

Komunitas yang tergabung dalam organisasi kemasyarakatan seperti Muhammadiah dan Aisyiyah merupakan sarana yang tepat untuk dijadikan sebagai agen komunikasi, jika dilihat dari eksistensi, fungsi, dan pengaruhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Selain itu, lanjutnya, pihaknya juga mengajak masyarakat untuk menjadi konsumen cerdas.

“Sebagai konsumen cerdas, konsumen harus dapat memilih produk yang sesuai dengan standard, sehat dan higienis, berlabel bahasa Indonesia, serta persyaratan lain yang telah ditetapkan oleh pemerintah,” jelasnya.

Sistem perekonomian Islam merupakan perekonomian yang terbuka dan berkeadilan, yang dapat mendorong terbukanya pasar dan investasi.” Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Perekonomian Ir. H. Hatta Radjasa yang hadir sebagai Keynote Speaker Tanwir ‘Aisyiyah pada sidang Pleno II tanggal 19 Oktober 2012 di Hall 4 lantai 4 kampus terpadu Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Sesuai dengan tema sidang pada siang ini tentang Kebijakan dan Strategi Pemerintahan di Bidang Perekonomian dan Keberpihakan terhadap Kaum Dhu’afa-Mustadl’afin serta Sinerginya dengan ‘Aisyiyah. Hatta juga mengungkapkan bahwa “Manusia dan iptek adalah sumber utama pembangunan bangsa ini. Dalam hal ini, pemerintah memiliki strategi pembangunan di bidang perekonomian diantaranya pro lapangan kerja, pro pengentasan kemiskinan dan pro pemeliharaan lingkungan. Hal tersebut sejalan dengan visi, misi dan strategi ‘Aisyiyah dalam menghadapi berbagai problem keumatan, kebangsaan maupun kemanusiaan”.

Masih dalam sidang yang dihadiri oleh perwakilan daerah ‘Aisyiyah (PDA) dan perwakilan Wilayah Aisyiyah (PWA) dari berbagai provinsi se Indonesia, Hatta juga menyampaikan tentang dua strategi pemerintah untuk mengantisipasi terjadinya lost generation yang disebabkan minimnya generasi muda yang memiliki tingkat pendidikan tinggi di Indonesia. Pertama yaitu dengan membantu serta mendorong putra-putri bangsa untuk melanjutkan dan menempuh pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Strategi yang kedua, melalui kebijakan pemerintah bahwa seluruh hasil sumber daya alam Indonesia tidak boleh dijual dalam keadaan mentah ke luar negeri, melainkan harus diolah oleh putra-putri bangsa Indonesia sendiri, sehingga dapat memberikan nilai tambah dan pemasukan perekonomian bangsa.

Dalam penyampaian terakhirya di sidang Pleno II ini, Hatta menegaskan bahwa “’Aisyiyah merupakan salah satu jembatan yang dapat membantu mewujudkan perekonomian Indonesia maju melalui amal usaha yang bermanfaat bagi kesejahteraan umat.”(www.aisyiyah.or.id)

Ahad (14/10), dalam rangka semarak Tanwir I ‘Aisyiyah yang akan diselenggarakan di Jogjakarta pada 19 hingga 21 Oktober 2012, ribuan warga dan simpatisan ‘Aisyiyah berkumpul di lapangan XT Square Yogyakarta untuk mengikuti jalan sehat. “Selain sebagai sosialisasi Tanwir ‘Aisyiyah, kegiatan ini merupakan bentuk kampanye hidup sehat untuk para perempuan dan anak” ujar Wakil Ketua Panitia Tanwir I, Arnabun.

Sekitar 3.500 warga ‘Aisyiyah melakukan senam dan jalan sehat dengan rute XT Square-Jalan Perintis Kemerdekaan-Jalan Gambiran-Jalan Veteran-Warungboto-Jalan Babaran-Jalan Pandega dan finsh di XT Square lagi. Selain itu, sebanyak 750 murid TK ‘Aisyiyah Busthanul Athfal (TK ABA) di Jogjakarta juga ikut memeriahkan Syiar Tanwir dengan Pawai Ta’aruf menggunakan becak hias dan drumband.

Adapun Pameran Batik Nusantara sebagai kegiatan pendukung Tanwir I ‘Aisyiyah akan mulai berlangsung dari tanggal 18 hingga 21 Oktober 2012 di tempat pelaksanaan Tanwir I ‘Aisyiyah, yakni di Kampus STIKES ‘Aisyiyah Terpadu, Gamping, Sleman Yogyakarta. (www.aisyiyah.or.id)

“Syiar dan dakwah nilai-nilai Islam dapat dilakukan melalui batik dengan merelevansi nilai-nilai budaya yang terdapat dalam motif batik,” hal tersebut disampaikan oleh Dra. Siti Noordjannah Djohantini, M.M.,M.Si, Ketua Umum PP ‘Aisyiyah dalam sambutan Seminar Batik Nusantara yang bertempat di Ruang Prof. Dra. Hj. Siti Baroroh Baried, Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta (18/10). Noordjannah juga menambahkan “batik merupakan salah satu ikon budaya nasional yang dapat digunakan sebagai media komunikasi ke berbagai negara.”

Seminar Batik Nusantara diikuti oleh kurang lebih 250 perwakilan ‘Aisyiyah dari 33 provinsi di Indonesia. Para narasumber yang hadir, yaitu: Drs. Handoyo dari Balai Kesar Kerajinan dan Batik Yogyakarta; Hj. Kaelasha Afiati, pengusaha home industri fashion; dan Imam Nurhidayat, Direktur Pusdiklat Repindo dan Coconut Centre yang berbicara tentang pengutana ekonomi melalui Ranting. Adapun Prof. Dr. Hj. Siti Chamamah Soeratno lebih banyak berbicara tentang Peran Batik Kauman Yogyakarta dalam gerak langkah Muhammadiyah-‘Aisyiyah.

Menurut Handoyo, ‘Aisyiyah sebagai organisasi perempuan yang memiliki jaringan luas hingga ke berbagai daerah di seluruh Indonesia, dapat menjadi kekuatan untuk melalukan penguatan ekonomi melalui pelestarian Batik. Hal tersebut, ungkap Handoyo, dikarenakan ‘Aisyiyah telah memiliki lebih dari 6000 ranting ‘Aisyiyah yang berada di seluruh daerah Indonesia dan didukung oleh infrastruktur yang kuat sehingga memudahkan pencapaian penguatan ekonomi. (www.aisyiyah.or.id)