Dosen UNISA Yogyakarta Ungkap Ketahanan Keluarga itu Penting
Berita mengenai ratusan siswi di Ponorogo yang hamil di luar nikah mengejutkan kita semua. Hal ini sangat disayangkan oleh banyak pihak. Disaat usia mereka seharusnya menikmati pendidikan dan menyiapkan masa depan cerah, mereka justru terjerumus dalam pergaulan bebas dan hamil diluar nikah.
Dosen Kebidanan Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, Endang Koni Wahyuningsih, MSc.N-M., Ph.D., turut menanggapi peristiwa ini.
Endang Koni mengatakan tingginya angka pernikahan usia dini adalah sebuah alarm bagi kita semua, bahwa fungsi ketahanan keluarga harus diperkuat kembali. Keluarga adalah benteng awal dan akhir dari anak-anak yang dapat memberikan modal utama sebelum ia menentukan dengan siapa ia akan bergaul dan apa yang akan ia lakukan.
Penelitian yang dilakukan Endang Koni pada tahun 2017 terkait faktor-faktor yang mempengaruhi anak menikah usia dini antara lain mayoritas mereka menikah karena kehamilan yang lebih dulu terjadi sebelum adanya ikatan pernikahan (pre-marital pregnancy). Dan adanya lima faktor penyebab kehamilan diluar nikah yaitu faktor kurangnya pengetahuan baik orangtua dan pelaku pernikahan usia dini, faktor memiliki pacar/teman dekat, faktor kurangnya pengawasan orangtua, dan faktor sosial (teman atau saudara hamil diluar nikah dan menikah di usia dini).
Pengawasan orang tua
Endang Koni menjelaskan, orang tua dalam hal ini sebagai pengawas utama, harus selalu waspada terhadap arus pergaulan bebas yang semakin luas. Orang tua wajib memberdayakan diri dengan pengetahuan yang relevan agar dapat memenuhi ekspektasi anak remaja terhadap informasi terkait seksualitasnya. Komunikasi yang berjalan secara dua arah atau demokrasi, bukan otoriter, juga nampaknya menjadi gaya asuh yang diminati oleh para remaja kita yang dapat mencuri hatinya agar selalu merasa membutuhkan orang tua.
Perkuat fungsi keluarga
Menurut Endang Koni, keluarga sebagai tempat dimana remaja tersebut berinteraksi paling lama dibanding lingkungan yang lain. Menciptakan suasana yang hangat didalam keluarga dan menjadikan keluarga sebagai tempat yang nyaman untuk pulang bagi anak-anak kita, menghabisakan lebih banyak waktu bersama, akan secara tidak langsung dapat mencegah anak-anak mencari tempat pelarian lain yang dapat menjerumuskan mereka kepada pergaulan bebas yang dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan. Keluarga memiliki fungsi melindungi dan afeksi, tidak memandang status keluarga yang utuh ataupun broken ataupun bukan keluarga inti. Keluarga tidaklah selalu ayah dan Ibu secara biologis, namun juga bermakna lingkungan sosial dimana anak itu tinggal. Namun demikian peran keluarga saja tidak cukup. Menurut Koni, masyarakat pun harus mengambil inisiatif melakukan tindakan untuk kemudian melakukan pencegahan, tanpa harus bersikap ofensiv dan destruktif, tanpa menghakimi dan juga tanpa menyudutkan. Warga masayarakat tidak hanya memberikan sanksi, namun juga memberikan ruang berkreasi kepada para remaja agar mereka bisa menyalurkan kreativitas di tempat umum yang mudah diawasi tanpa harus memasang cctv.
Upaya penurunan angka pernikahan dini
Perlu adanya kerjasama lintas sektoral untuk mengupayakan penurunan angka pernikahan usia dini, misalnya adalah tenaga kesehatan bersama-sama dengan pihak sekolah dan KUA setempat memberikan penguatan edukasi mengenai dampak dari pergaulan bebas salah satunya adalah kehamilan yang tidak diinginkan. Selain sasaran kepada para siswa remaja, para orangtua juga perlu diberikan edukasi kembali mengenai segala dampak yang diakibatkan oleh pergaulan bebas dan pernikahan usia dini.
Kemudian terakhir, tokoh masyarakat juga sangat berperan penting dalam merangkul masyarakat untuk memberikan edukasi mengenai kewaspadaan terhadap pergaulan bebas dan bagaimana dapat mengupayakan pencegahan bersama. Masyarakat pun tak kalah pentingnya, perlu diberikan edukasi tentang upaya-upaya kedepan yang dapat dilakukan agar pernikahan usia dini dapat ditekan. Tanpa kerjasama dari semua pihak dan elemen masyarakat, sepertinya angka pernikahan usia dini akan manjadi fenomena gunung es yang tak berkesudahan dan kita akan selalu saling menyalahkan.