Bidan Harus Lulus Uji Kompetensi

Ketua Asosiasi Institusi Pendidikan Kebidanan Indonesia (AIPKIN), Dra Jumiarni Ilyas, M.Kes mengemukakan, para calon bidan harus lulus uji kompetensi yang digelar oleh Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI). Setelah itu, mereka baru bisa praktik. Hal tersebut dijelaskan saat studium general/kuliah pakar pada program studi kebidanan DIII STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, kamis (17/10).

Menurutnya, tujuan uji kompetensi untuk menghasilkan lulusan pendidikan kesehatan yang bermutu, menjamin keselamatan pasien, keselamatan tenaga kesehatan, kesetaraan mutu global, terpenuhinya standar mutu pelayanan kesehatan nasional dan menjadi syarat mendapatkan sertifikat kompetensi STR dari MTKI.

”Uji kompetensi ini untuk membuat standar pelayanan yang sama di seluruh Indonesia. Jadi lulusan kebidanan dimanapun diharapkan mampu memberikan pelayanan yang berkualitas, dalam hal ini bidan memiliki posisi strategis  dalam penurunan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB),” jelasnya kepada mahasiswa kebidanan semester 5.

Lebih lanjut Jumiarni menjelaskan bahwa penyelenggara pendidikan kebidanan harus memastikan bahwa lulusannya adalah seorang praktisi yang kompeten, memberikan pelayanan yang aman dan berkualitas tinggi, dalam meningkatkan status kesehahatan perempuan/masyaraka yang dilayani. Kualitas suatu perguruan tinggi kebidanan dilihat dari input (kualitas calon peserta didik), proses (kualitas pengalaman belajar), out put (kualitas lulusan) dan out come (kualitas bidan sebagai tenaga kesehatan).

Pelaksanaan uji komptenesi secara nasional ini merupakan rangkaian dari proses pendidikan, dilakukan sebelum wisuda. Bentuknya uji tulis dan praktek. Uji kompetensi dilaksanakan 3 kali dalam satu tahun yaitu bulan April, Agustus, November. Bila tidak lulus masih ada kesempatan untuk mengulang.

”Pada akhirnya, uji kompetensi sebagai tolak ukur bahwa tenaga kesehatan memiliki kompetensi sesuai dengan keahlian dan kewenanganya,” terangnya.

 

 

 

 

 

Perkemahan Mahasantri STIKES 'Aisyiyah

Guna mencetak kader persyarikatan yang tangguh dan kuat dan menjadi tim medis yang siap tampil digaris terdepan dalam penanganan bencana, STIKES ‘Aisyiyah menggelar perkemahan mahasantri di bumi perkemahan Girikerto Turi Sleman, Ahad-Senin (13-14/10).

 

Beberapa materi yang diberikan oleh tim SAR DIY dan Hizbul Wathan Sleman, UMY dan UAD antara lain materi ular, SAR (pencarian dan penyelamatan), manajemen bencana (pencegahan dan penanganan) dan jelajah alam (praktek pencarian dan evakuasi).

 

Menurut Mukhsin, staf kemahasiswaan STIKES ‘Aisyiyah, melalui kegiatan tersebut, mahasiswa diharapkan untuk dapat memahami dan mempratikan materi Search and Rescue (SAR), latihan mandiri serta bertahan hidup di alam terbuka (survival). Dan pelaksanaanya akan dilakukan rutin setiap bulan bagi mahasiswa baru

Qurban, Keikhlasanya Hanya Untuk Allah Semata

Tiga tonggak sejarah penyembelihan hewan qurban. Pertama adalah perintah qurban pertama kali dimulai sejak zaman nabi Adam yakni yang dilaksanakan oleh kedua orang puteranya (Qabil dan Habil). Kedua adalah qurban yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim -Ismail. Ketiga adalah qurban yang disyareatkan oleh Nabi Muhammad yang telah mencapai bentuknya sempurna.

 

”Qurban yang disyariatkan kepada kita disamping juga ditekankan keikhlasannya, ditentukan pula jenis-jenis hewannya dan siapa yang berhak menerimanya, dengan demikian qurban pada syariat Nabi Muhammad menyentuh pula aspek kemanfaatan kepada masyarakat, keihlasannya jelas untuk Allah semata,” ujar Prof. Dr. Syamsul Hadi, SU., M.A, di hadapan jama’ah shalat Idul Adha yang memadati boulevard STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, Selasa, (15/10/2013).

 

Syamsul Hadi melanjutkan, bahwa ajaran Islam tentang zakat, infak, shadaqah dan qurban, serta pemberian kepada orang lain, akan terlihat klasifikasi aghniya (kaya) dan masakin (miskin dan bersahaja). Pembedaan tersebut menekankan kepada tugas masing-masing. Yang mendapatkan kemurahan rizki lebih banyak bertugas memberi, sedangkan yang lain (miskin) lebih banyak bertugas menerima. Pada suatu saat yang sekarang bertugas menerima pemberian mungkin karena ridha Allah bertugas pula untuk memberi.

 

”Ajaran Islam tentang infaq, zakat, shadaqah da qurban tersebut berlaku sepanjang masa dan diharapkan dapat dikembangkan untuk menjembatani perbedaan antara dua kelompok tersebut atau menjembatani kesenjangan soaial,” tegasnya.

 

Pada tahun ini, STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta berkurban 20 hewan qurban yang terdiri dari tiga ekor Sapi dan 17 ekor Kambing. 14 hewan qurban didistribusikan berbagai desa binaan dan berbagai lembaga maupun masyarakat sekitar berdasarkan proposal yang diajukan. Dan lainnya di sembelih dilingkungan kampus STIKES ‘Aisyiyah (4 kambing dan 2 sapi).

 

Temu Alumni Bahas Reorganisasi dan BPJS

Ikatan Alumni Sekolah Pendidikan Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta, resmi dibentuk pada Sabtu (28/9). Organisasi alumni tersebut merupakan konversi dari KASPA yang telah terbentuk sejak Sekolah Perawat Kesehatan ‘Aisyiyah.

Ketua STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, Warsiti, S.Kp.,M.Kep., Sp.Mat mengatakan bahwa visi STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta adalah menjadi Pendidikan kesehatan terbaik di Indonesia tahun 2016. Setelah 2016 harapannya menjadi Universitas ‘Aisyiyah. Untuk itu STIKES ‘Aisyiyah butuh alumni karena alumni juga sebagai promotor visi dan misi.Tahu ini 2400 mahasiswa sekolah di STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, dimana angka tersebut adalah 60% mahasiswa kesehatan yang ada di Yogyakarta.

Lebih lanjut Warsiti mengatakan bahwa tujuan temu alumni adalah membentuk kepengurusan baru. Usia 50 tahun ini organisasi alumni harus lebih tertata dengan baik karena sebagai ujung tombak dalam sosialisasi visi dan misi STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Sementara itu agenda temu alumni lainnya yaitu mengadakan malam kenangan diiringi hiburan dan diskusi ”Sura Editor” bekerjasama dengan ADI TV dan Jogja Editor Forum. Diskusi ini mengangkat tema ”Efek BPJS Terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan dan Praktek Mandiri”.

Diskusi berlangsung hangat, terlebih dihadiri para alumni dari Bali, Balikpapan, Jakarta, Bandung dan Jawa Tengah yang rata-ratamemiliki balai kesehatan dan pelayanan khusus ibu dan anak.

Dalam acara tersebut, Warsiti mengaku bangga dan terharu dengan berkumpulnya para alumni. ”Apalagi alumni-alumni STIKES ‘Aisyiyah telah menjadi tokoh dan memiliki pengaruh kuat di masyarakat,”tuturnya.

Fun Bike, Ramaikan Perhelatan 50 th

Seribu pesan kesehatan ditebar saat berlangsungnya jalan santai memperingati 50 th (setengah abad) STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, Minggu (29/9) lalu. Peringatan tersebut dikemas dalam festival ”Setengah Abad STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta” yang berlangsung meriah. Lebih dari 8000 orang memenuhi kampus terpadu STIKES ‘Aisyiyah di Jalan Ring Road Barat Nogotirto Gamping Sleman.

Berbagai even dihelat, diantaranya senam santai, jalan sehat dan fun bike. Festival setengah abad juga dimeriahkan oleh 75 stand kreativitas mahasiswa, dosen, karyawan serta flea market dan pembagian sembako murah untuk masyarakat sekitar.

Sementara itu, saat melepas peserta fun bike, Dra. Hj. Hadiroh Ahmad ( PP ‘Aisyiyah) berharap momentum setengah abad dapat lebih meningkatkan dakwah STIKES ‘Aisyiyah dengan konsep menyehatkan masyarakat.

Jalan santai STIKES ‘Aisyiyah dimeriahkan dengan seribu pesan dalam bentuk poster dan pamflet yang dibawa keliling para peserta dan dibagikan kepada masyarakat. (sindo)

 

Kuliah Umum Hadirkan Wakil Menteri Kesehatan RI

Wakil Menteri Kesehatan Prof. dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc., Ph.D, mengtakan kendala yang dihadapi dalam persiapan pelaksanaan Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah pemerataan tenaga kesehatan. Indonesia masih belum memiliki tenaga expert di bidang kesehatan.

”Tenaga expert ini adalah mereka yang menjaga masyarakat supaya tetap sehat. Maka pemerintah mencoba memikirkan penyediaan tenaga di bidang ini,”kata Ghufron dalam kuliah umum di STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, Rabu (2/10).

Menurut Ghufron saat ini Indonesia masih kekurangan ribuan tenaga kesehatan. Dari kerjasama yang dilakukan PT Askes selaku BPJS Kesehatan, tercatat baru mencapai 15 ribu orang. Padahal yang dibutuhkan 80 ribu lebih tenaga pelayanan kesehatan.

Dia berharap setelah diberlakukannya BPJS tidak ada lagi diskriminasi dalam pelayanan kesehatan. Perguruan tinggi bidang kesehatan akan didorong mempersiapkan tenaga-tenaga kesehatan berkualitas.

Lulusan perguruan tinggi bidang kesehatan, tidak hanya menempati sektor-sektor pelayanan kesehatan dari pemerintah. Namun peran tenaga kesehatan di sektor swasta juga diperlukan.

Bahkan, jika terus dikembangkan Indonesia berperan dalam mengekspor tenaga pelatih atau tenaga kesehatan ke luar negeri. Kementrian Kesehatan bersama kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tengah mempersiapkan pendidikan sebagai percepatan pengembangan kualitas tenaga kesehatan.

”Terdapat tiga tungku pengembangan tenaga kesehatan diantaranya standar pelayanan, standar kompetensi dan standar pendidikan,” jelas ghufron.

Bahkan, Dikti sudah mengeluarkan lampu hijau membuka program Master (s2) Kebidanan bagi STIKES ‘Aisyiyah. Program ini bertujuan menghasilkan tenaga khusus yang terdidik di bidang kesehatan.

Ketua STIKES ‘Aisyiyah, Warsiti, S.Kp.,M.Kep., Sp.Mat menyampaikan mahasiswa harus mempersiapkan diri dan berperan aktif dalam menyongsong diterapkannya BPJS Kesehatan.

Milad 50 th STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta Gelar Pekan Budaya dan Flea Market

Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta sebagai institusi yang yang bergerak di bidang pendidikan dan kesehatan turut berpartisipasi untuk membantu saudara kita yang membutuhkan, terutama bagi warga sekitar. Kegiatan bakti sosial dan flea market tahun ini akan dikemas dalam rangka memperingati ulang tahun emas Stikes Aisyiyah Yogyakarta yang ke 50. Selain itu untuk meningkatkan kemampuan kreatifitas mahasiswa dengan mewadahi mahasiswa untuk memiliki ide-ide yang tidak biasa dan pemikiran inovatif terkait dengan budaya lokal dan mampu menemukan sesuatu dengan inovasi baru dan imajinatif dalam bentuk ide atau produk, digelar pula pekan budaya pada Minggu ( 29/9).

Menurut koordinator unit kerjasama internasional dan humas, Indriani. SKM., M.Sc, kegiatan tersebut bertujuan untuk menguatkan silaturrahim antar mahasiswa, dosen dan civitas akademika dengan masyarakat sekitar, Social Responsibility untuk melatih dan meningkatkan kepekaan sosial dengan menebarkan kebaikan antar sesama, menjalin kerjasama antar civitas akademika dan dengan komunitas yang lain dalam rangka memperkaya kompetensi budaya lokal. ”Kompetensi ‘pemahaman budaya’ tersebut selain sebagai salah satu kompetensi internasional sebagai tenaga kesehatan juga menjadi salah satu anak panah dalam mewujudkan salah satu butir dalam nilai budaya mutu yaitu Customer Focus”, ujar Indriani.

Beberapa kegiatan bakti sosial dan flea market antara lain menjual barang bekas layak pakai yang dikumpulkan dari seluruh civitas akademika STIKES ‘Aisyiyah dan sembako murah kepada warga sekitar yang membutuhkan.

Dalam pekan budaya, mahasiswa dan pegawai STIKES ‘Aisyiyah menampilkan budaya tertentu serta produk-produk budaya seperti pakaian adat khas daerah, makanan, minuman, barang kerajinan dan sebagainya. Para peserta pekan budaya dituntut mampu menjelaskan mengenai budaya yang ditampilkan seperti sejarah, bahasa, agama, sistem nilai/norma-norma dan karakteristik indivdu yang menonjol.

Pemenang lomba kreatifitas budaya pada pekan budaya antara lain


KATEGORI MAHASISWA

 

Juara

Nama Kelompok

Hadiah

1

3 A (Prodi d4)

Rp. 750.000

2

5a (psik)

Rp. 500.000

3

imm

Rp. 250.000

 

KATEGORI DOSEN/KARYAWAN

 

Juara

Nama Kelompok

Hadiah

1

Kelompok agustin endriyani, istri utami, yekti satriyandari

Rp. 750.000

2

Nurul Mahmudah, Mergy Gayatri, Umi Nur

Rp. 500.000

3

Belian anugrah estri, nurbita fajarini, rusminingsih

Rp. 250.000

 

Acara ini direncanakan menjadi acara rutin tahunan STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta dan harapannya kegiatan ini akan melibatkan banyak pihak lagi, tidak hanya internal kampus saja.

 

 


Janji Co Ners Mahasiswa Profesi Ners

Pelayanan yang diperhatikan di Rumah Sakit antara lain pelayanan yang bermutu, aman, berdasarkan undang-undang dan fokus kepada customer. Hal tersebut dijelaskan oleh Wakil Direktur RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Joko Murdiyanto, saat angkat janji co ners mahasiswa profesi ners, Rabu (25/9).

Lebih lanjut Joko menjelaskan bahwa pelayanan yang bermutu adalah penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna sesuai kebutuhan medis. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Pelayanan yang aman sangat penting, mengingat sekarang banyak isu berkembang pelayanan rumah sakit tidak aman seperti salah obat, salah transfusi dan sebagainya. Mengatasi hal tersebut diperlukan tenaga kesehatan yang handal (menguasai skill) dan profesional. Joko mengungkapkan satu fakta bahwa kecelakaan di rumah sakit lebih besar dibandingkan kecelakaan pesawat terbang, cuma tidak terekspos. Pada pesawat ada prosedur pengecekan, di rumah sakit harusnya membudayakan seperti itu, setiap akan melakukan tindakan apapun harus cek identitas.

Pelayanan fokus pada konsumen juga harus dikembangkan karena institusi pelayanan kesehatan seperti rumah sakit dan lainnya adalah perusahaan jasa, dimana konsumen harus mendapatkan pelayanan terbaik.Sifat ramah, skill handal para tenaga kesehatan merupakan salah satu pelayanan prima kepada konsumen.

”Para Co-ners dari STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta harus dapat membuktikan memberikan pelayanan terbaik untuk para konsumen”, tegasnya saat menutup sambutan angkat janji.

 

STIKES 'Aisyiyah Gelar Workshop Tanggap Bencana

Indonesia, sering dilanda bencana. Namun  sayangnya, banyak masyarakat yang belum bisa menyikapi saat bencana itu datang. Dalam rangka memberikan pemahaman kepada masyarakat akan bencana dan kondisi geografi yang bervariasi, maka Stikes Aisyiyah Yogyakarta mengadakan  workshop “Kesiapan Menghadapi Bencana di Yogyakarta”.

Kegiatan yang berupa talkshow dan workshop selama satu hari ini, dilaksanakan pada 24 September 2013, dengan pokok bahasan meliputi ketidaksiapan masyarakat akan bencana, sistem penanggulangan bencana yang mudah untuk masyarakat, dan pelatihan dasar penanggulangan bencana.

Kegiatan yang dilangsungkan di Kampus Terpadu Stikes Aisyiyah Yogyakarta ini, diikuti oleh perwakilan guru dan murid SMA  DI Yogyakarta. Sebagai pembicara yaitu Brotoseno, Ketua SAR DIY; Ruhyana,MAN wakil dari prodi keperawatan; Hilmi Zada, SST., FT., M.Sc dari prodi fisioterapi; dan Farida Kartini, M.Sc, dari prodi kebidanan.

Pada sesi pertama talk show, menjelaskan mengenai sistem penanggulangan bencana dan penanganan korban secara umum. Sesi kedua, menjelaskan seputar kesiapan yang dilakukan pada saat bencana dan penanganan korban secara medis. 

STIKES 'Aisyiyah Gelar Orientasi Mahasiswa

Sebanyak 800 mahasiswa baru STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta mengikuti kuliah perdana yang digelar dalam Opspek di kampus setempat, Senin (9/9). Ketua STIKES ‘Aisyiyah, Warsiti mengatakan, kegiatan ini digelar guna memberi bekal kepada mahasiswa mahasiswa baru megenai wawasan kebangsaan dan ke-Muhammadiyahan. ”Kampus ini sebagai salah satu amal usaha Muhammadiyah yang berfungsi sebagai sekolah kader. Maka dari itu kegiatan pengkaderan untuk menyiapkan mahasiswa menjadi kader persyarikatan,”kata Warsiti.

Opspek, kata Warsiti, bukan ajang perpeloncoan senior terhadap yunior. Cara-cara kekerasan dalam opspek sudah tidak sesuai dengan zamannya lagi.

Warsiti berpesan agar opspek harus menjadi teladan bagi bagi mahasiswa baru. Budaya keilmuan dan humanisme menjadi salah satu kebiasaan yang harus ditularkan dalam masa orientasi kali ini.

Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti Noordjanah Djohantini mengatakan tanggung jawab pendidikan ada pada tiga level kehidupan. Yakni orang tua, lembaga pendidikan dan masyarakat. Sehingga kompone tersebut harus bisa melengkapi kekuarangan satu sama lain.

”Kampus memiliki tanggung jawab untuk melakukan komunikasi dengan orang tua mahasiswa. Sehingga setiap perkembangan selama belajar bisa diketahui orang tua,” jelas Siti.