Peserta Sidang Tanwir Diharapkan Mampu Menjalankan Dwifungsinya secara Substansial dan Kontekstual

Pembukaan sidang Tanwir ‘Aisyiyah 1 periode 2010-2015 hari ini (19/10) secara resmi dibuka oleh Prof. DR. Dien Syamsuddin, bertempat di Kampus Terpadu STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta. Pada pidato sambutan kali ini, Ia mengucapkan rasa syukur yang mendalam, atas terselenggarakannya Sidang Tanwir ‘Aisyiyah 1 dan menyampaikan bahwa setiap kegiatan yang diadakan oleh ‘Aisyiyah selalu tertata rapi dan apik, ibarat rangkaian bunga yang harum. Pada kesempatan kali ini, Dien juga menjelaskan arti kata Tanwir yang merupakan nama lain dari permusyawaratan berarti pencerahan, penyinaran, pencahayaan. Tanwir merupakan suatu permusyawaratan tertinggi dibawah Muktamar Muhammadiyah. Dalam pidatonya kali ini, Ia menyampaikan bahwa hingga saat ini di Indonesia tidak ada satu pun organisasi yang mempunyai istilah-istilah yang khas seperti halnya organisasi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah.

Dien berharap para peserta Sidang Tanwir harus mampu menjalankan dwifungsinya yaitu mampu melakukan substansiasi atau pemaknaan terhadap keputusan Muktamar ‘Aisyiyah serta mampu mengkontekstualisasikan dengan dinamika zaman dan kehidupan di masyarakat. Ia juga menegaskan bahwa, keberhasilan sidang Tanwir ini sangat ditentukan oleh kedua komponen tadi, yaitu penguatan dan pengaitan. Tema Tanwir “’Aisyiyah Jelang Satu Abad: Gerakan Praksis Sosial Al-Ma’un untuk Kemajuan Bangsa”, menurut Dien, semakin menegaskan kontribusi ‘Aisyiyah bagi kemajuan bangsa berbasis gerakan praksis Al-Ma’un yang merupakan watak gerakan ‘Aisyiyah-Muhammadiyah. Dari asal katanya, tambah Dien, Al-Ma’un berarti hal yang berguna, sehingga gerakan Al-Ma’un merupakan gerakan yang menyebarkan manfaat dengan membangun dan memperkuat landasan budaya kehidupan masyarakat. Itulah yang membedakan watak gerakan Muhammadiyah dengan gerakan struktural yang banyak dilakukan oleh partai politik.

Dien, menambahkan bahwa sifat dari gerakan Al-Ma’un adalah bersifat Amaliah, yaitu sifat yang memadukan antara iman dan amal. Dien, menyampaikan bahwa tema Tanwir “GERAKAN PRAKSIS SOSIAL AL-MA’UN UNTUK KEMAJUAN BANGSA”, mengambil kata Gerakan Praksis yang merupakan suatu kata mendalam maknanya, berarti suatu kelompok yang mengamalkan Islam secara nyata dalam kehidupan sehari-hari. Praksis merupakan suatu kemampuan dalam berorientasi tidak hanya dalam tataran ide saja, tetapi juga memiliki aksi yang nyata. Pada akhir pidatonya, Ia menegaskan bahwa “’Aisyiyah selama ini telah menunjukkan dinamika kemajuan yang signifikan sebagai organisasi perempuan di Indonesia dan ‘Aisyiyah telah mampu mengimplementasikan gerakan praksis Al-Ma’un melalui amalan-amalan usaha yang memberikan banyak manfaat di masyarakat.(www.aisyiyah.or.id)