Ibu Hamil 1

Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menunjukkan kepeduliannya terhadap kesehatan ibu dan anak. Kali ini, melalui Program Studi Kebidanan, UNISA Yogyakarta menginisiasi Kelas PERSIA (Persiapan Persalinan Bahagia dan Bayi Sejahtera) yang ditujukan khusus bagi ibu hamil di Kelurahan Banyuraden, Gamping, Sleman.

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan pada Sabtu (02/11), dan diikuti oleh 37 ibu hamil serta kader kesehatan setempat. Kelas PERSIA bertujuan memberikan edukasi komprehensif kepada ibu hamil mengenai proses kehamilan, persalinan, hingga perawatan bayi. Materi yang disampaikan mencakup persiapan mental dan fisik sebelum persalinan, teknik relaksasi, perawatan bayi baru lahir, hingga pentingnya gizi bagi ibu hamil dan bayi.

Ketua TP PKK Kelurahan Banyuraden, Kwintartiningsih Puspo Putri menyambut baik inisiatif UNISA ini. Menurutnya, kelas PERSIA sangat bermanfaat bagi ibu hamil di wilayahnya, mengingat pentingnya persiapan yang matang dalam menghadapi persalinan.

 “Kegiatan ini memberikan bekal yang sangat berharga bagi ibu-ibu hamil, sehingga mereka dapat menjalani masa kehamilan dengan lebih tenang dan nyaman,” ujarnya.

Nidatul Khofiyah, S.Keb., Bd., MPH, Ketua tim pengabdian masyarakat UNISA, menjelaskan bahwa tujuan utama kelas PERSIA adalah menciptakan generasi penerus yang sehat dan cerdas.

“Dengan memberikan edukasi yang tepat sejak dini, kita berharap dapat menurunkan angka stunting dan meningkatkan kualitas hidup anak-anak,” ungkapnya.

Salah satu poin penting yang dibahas dalam kelas PERSIA adalah kesehatan mental ibu hamil. Bdn. Suyani, S.ST., M.Keb, menyampaikan bahwa kecemasan dan depresi seringkali dialami oleh ibu hamil. Oleh karena itu, dukungan dari keluarga dan lingkungan sangat penting untuk menjaga kesehatan mental ibu.

“Kehamilan adalah masa yang penuh emosi. Dukungan dari suami, keluarga, dan tenaga kesehatan dapat membantu ibu hamil mengatasi kecemasan dan stres,” ujar Bdn. Suyani.

Nuli Nuryanti Zulala, S.ST., M.Keb., juga menekankan pentingnya dukungan persalinan yang positif. Dukungan yang baik dapat membuat proses persalinan menjadi lebih nyaman dan menyenangkan bagi ibu.

“Pujian, sentuhan, dan penjelasan yang jelas selama persalinan dapat meningkatkan kepercayaan diri ibu dan mengurangi rasa sakit,” jelasnya.

Selain persiapan persalinan, kelas PERSIA juga memberikan tips parenting bagi calon ibu. Peserta diajak untuk memahami kebutuhan dasar bayi, seperti jadwal makan, tidur, dan stimulasi. Dengan bekal pengetahuan yang cukup, diharapkan para ibu dapat memberikan perawatan terbaik bagi bayi mereka.

Pkkm

Universitas `Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta kembali mendapatkan kunjungan dari tim evaluator Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam rangka monitoring dan evaluasi Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) tahun anggaran 2024. Kegiatan ini berlangsung di ruang sidang gedung Siti Moendjijah, UNISA Yogyakarta, Senin (04/11).

PKKM merupakan program unggulan Kemendikbudristek yang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa agar dapat mengasah kemampuan di luar ruang kelas. Melalui program ini, mahasiswa dapat mengikuti berbagai kegiatan seperti magang, proyek kemanusiaan, kewirausahaan, maupun penelitian.

Komitmen UNISA dalam PKKM

Dr. Sulistyaningsih, S.KM., MH.Kes, Wakil Rektor I UNISA Yogyakarta, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas kepercayaan Kemendikbudristek terhadap UNISA.

“Kami sangat bersyukur atas kesempatan yang diberikan untuk terus menyelenggarakan PKKM. Program ini sejalan dengan visi UNISA dalam mencetak lulusan yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki kompetensi yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja,” ujar Sulistyaningsih.

UNISA sendiri telah aktif melaksanakan PKKM sejak tahun 2021. Untuk memastikan terlaksananya program berjalan dengan baik, UNISA juga secara rutin melakukan monitoring dan evaluasi internal.

“Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pelaksanaan PKKM di UNISA,” imbuhnya.

Ketua tim evaluator, Prof. Dr. Ir. Zulkarnain, M.Hort.Sc, menyampaikan bahwa kunjungan tim evaluator ke UNISA Yogyakarta bertujuan untuk melakukan verifikasi terhadap dokumen dan laporan yang telah disusun oleh pihak universitas.

“Dokumen-dokumen ini akan kami nilai untuk melihat sejauh mana pelaksanaan PKKM di UNISA telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan,” jelas Zulkarnain.

Lebih lanjut Zulkarnain juga menyampaikan bahwa tim evaluator terbuka terhadap masukan dan saran dari pihak UNISA. “Jika ada hal-hal yang perlu diperbaiki atau ditambah, kami siap memberikan masukan,” tambahnya.

Dengan adanya kunjungan dari Kemendikbudristek ini, diharapkan UNISA dapat terus meningkatkan kualitas pelaksanaan PKKM. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mewujudkan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), yaitu kebijakan yang memberikan harapan bagi mahasiswa untuk merencanakan pembelajarannya sendiri sesuai dengan minat dan bakat.

Minuman Keras

Protes keras dari Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan MUI berhasil mengguncang Yogyakarta. Ketiga organisasi Islam besar ini secara tegas menolak maraknya toko minuman keras (miras) di wilayah DIY, Ketiga ormas bersuara karena menjamurnya toko miras di DIY sudah keterlaluan. Selama 2 tahun terakhir terlalu banyak toko miras yang merangsek ke kampung-kampung di DIY. Bahkan di kampung santri juga berdiri toko miras. Sehingga tiga ormas menyampakan satu kata: CUKUP. Sudah tidak ada toleransi lagi untuk toko miras di DIY.

Minuman Keras

Ada yang berargumen bahwa menjamurnya toko miras di DIY adalah konsekuensi dari tersematnya DIY sebagai daerah tujuan wisata, sehingga banyaknya toko miras adalah hal yang biasa. Kan daerah tujuan wisata. Tentu saja alasan tersebut tidak tepat. Puluhan tahun lamanya DIY disematkan sebagai daerah tujuan wisata dan keberadaan toko miras dapat dikelola dengan baik oleh pemerintah sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) No 12 tahun 2015 tentang Pengendalian dan Pengawasan Minuman Beralkohol serta Pelarangan Minuman Oplosan.

Munculnya UU Cipta Kerja tahun 2019 atau sering disebut dengan Omnibus Law yang menjadi pemicu berdirinya toko miras yang tidak terkendali. Bagi pengusaha, untuk membuka usaha sekarang  cukup dengan mendapatkan Nomor Induk Berusaha (NIB) yang diperoleh dengan cukup mudah. Adanya NIB ini menghilangkan aturan ijin usaha lama, seperti Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan ijin gangguan (HO), adanya peraturan baru inilah yang memudahkan berdirinya toko miras Dimana-mana.

Adanya kasus penganiayaan terhadap dua santri Pondok Pesantren Krapyak adalah puncak gunung es masalah toko miras di DIY. Tepat di hari santri Rabu (23/10) penganiayaan terjadi. Kasus ini bermula dari kelompok pemuda yang mabuk dan akan membuat perhitungan kepada target yang salah sasaran, akhirnya beberapa santri krapyak yang baru beli makanan di angkringan menjadi sasaran utama.

Sebelum kasus penganiayaan terjadi, masyarakat yang menolak berdirinya toko miras sudah kencang menyuarakan. Setelah Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama dan MUI, selanjutnya Forum Ukhuwah Islamiyah (FUI) DIY melakukan deklarasi menolak berdirinya toko miras. Deklarasi dilaksanakan di gedung DPRD DIY dan mengirim surat audiensi ke Gubernur DIY.

Tidak tinggal diam, Nahdlatul Ulama DIY juga menggelar demo Santri Memanggil untuk minta kejelasan terhadap kasus penganiayaan santri krapyak. Santri Memanggil ini mengundang seluruh elemen organisasi dan jamaah NU di DIY. Lokasinya pun dilakukan didepan Kapolda DIY, lokasi ini menjadi simbol penegakan hukum di wilayah DIY.

Penulis : Dr. Iwan Setiawan M.S.I. Dosen Universitas `Aisyiyah Yogyakarta dan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY.