Umkm

Program Pengabdian Masyarakat Universitas `Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta telah berhasil membekali usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) setempat dengan keterampilan pengelolaan keuangan yang penting melalui lokakarya, Minggu (10/11). Diselenggarakan di Isvara Riverside Resto and Hall, acara tersebut mempertemukan 24 peserta dari berbagai latar belakang, termasuk perajin penyandang disabilitas, usaha eco-print, dan produsen susu kambing.

Sesi pelatihan diawali dengan pemaparan materi pelatihan prinsip manajemen keuangan bisnis dan penyusunan dokumen analisis usaha oleh Diska Erliana Hafni, S.E., M.SA., Akt. CA dan Ibu Avininda Dewi Nindasari, SE., M. Ak yang merupakan dosen program studi Akuntansi UNISA Yogyakarta.

Lokakarya bertema “PENDEKAR KITA” ini bertujuan untuk memberdayakan para wirausahawan, khususnya penyandang disabilitas, melalui literasi keuangan dan perangkat digital. Peserta diperkenalkan pada prinsip-prinsip dasar akuntansi, analisis bisnis, dan penggunaan praktis aplikasi akuntansi digital “SIAPIK”.

Dengan menguasai akuntansi digital, UMKM kini dapat membuat keputusan bisnis yang tepat, melacak kinerja keuangan, dan pada akhirnya meningkatkan skala operasinya. Inisiatif UNISA merupakan bukti komitmen universitas untuk membina ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Bangun Sdm 2

Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menjadi tuan rumah kick off jangka menengah Strategi Leapfrogging dalam Peningkatan Mutu dan Relevansi Perguruan Tinggi Swasta Berbasis Joint Resource PTS DIY,  yang diselenggarakan oleh LLDIKTI Wilayah V di Convention Hall Masjid Walidah Dahlan Unisa Yogyakarta, Sabtu (7/12/2024). Kegiatan ini diharapkan menjadi lompatan besar meningkatkan pembangunan SDM dan pendidikan di Indonesia.

“Mudah-mudahan melalui tempat ini, menjadi lompatan besar untuk meningkatkan pembangunan SDM di Indonesia,” ujar Wakil Rektor IV Bidang Hubungan Kerja Sama dan Internasional Unisa Yogyakarta, M. Ali Imron., M.Fis.

Imron juga menyinggung pentingnya acara ini untuk meningkatkan kolaborasi antar Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di DIY. Ia mengingatkan makna surat Ali Imron ayat 103 yang bermakna tentang perintah menjaga persatuan dan larangan untuk bercerai-berai dalam kehidupan bermasyarakat.

Kepala LLDIKTI Wilayah V, Prof. Setyabudi Indartono, M.M., Ph.D. menjelaskan bahwa strategi leapfrogging yang memanfaatkan sumber daya kolektif PTS di DIY merupakan pendekatan baru untuk menjembatani kesenjangan antar lembaga dan mendorong terciptanya lingkungan akademik yang lebih dinamis dan kompetitif. Ia juga mengatakan bahwa kegiatan ini upaya menuju lompatan besar dalam peningkatan kualitas pendidikan dengan memanfaatkan sumber daya bersama antar PTS di DIY.

“Dengan kolaborasi yang erat, diharapkan dapat mengurangi kesenjangan antar perguruan tinggi serta menciptakan lingkungan akademik yang lebih dinamis dan kompetitif,” kata Prof. Setyabudi.

Prof. Setyabudi juga mengucapkan terima kasih telah difasilitasi oleh Unisa Yogyakarta. “Kami sangat terhormat atas disediakan fasilitas oleh Unisa Yogyakarta. Unisa Yogyakarta menjadi salah satu perguruan tinggi swasta di DIY yang sudah berakreditasi unggul,” ungkapnya.

Acara ini menghadirkan tokoh-tokoh terkemuka dari kalangan akademisi, termasuk perwakilan dari BAN-PT, LAM INFOKOM, LAMEMBA, LAMSPAK, LAM TEKNIK, dan LAMDIK. Kehadiran mereka menegaskan pentingnya inisiatif ini dan komitmen berbagai pemangku kepentingan untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi.

Gender

Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta dan Universitas Muhammadiyah Makassar melakukan kerja sama penelitian dengan tema Model Intervensi Pengetahuan dan Sikap GEDSI (Gender Disabilitas dan Sosial Inklusi) di Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah. Peneilitan ini mencoba mendukung pemenuhan hak disabilitas dan perempuan, serta mengintervensi terkait masalah kekerasan.

Penelitian ini berangkat dari persoalan masih banyak kasus kekerasan terhadap perempuan penyandang disabilitas yang belum terungkap dan teradvokasi dengan baik. Selain itu juga masih banyak pernikahan anak, sunat perempuan, diskriminasi terhadap perempuan rentan, dan masih banyak kasus lainnya yang merupakan contoh dari kasus-kasus berbasis GEDSI.

Salah satu anggota peneliti Dr. Islamiyatur Rokhmah.,S.Ag.,M.S.I (Unisa Yogyakarta) mengatakan Indonesia turut meratifikasi konfensi PBB dalam pencapaian SDGs dengan kesepakatan bahwa no one left behind (tidak ada seorang-pun yang tertinggal) maka dalam segala aspek kehidupan perempuan, disabilitas, anak dan kelompok rentan bisa mendapatkan semua hak, baik hak hidup, beragama, ekonomi, politik, kesehatan, pendidikan, sosial dan budaya.

“Tidak ada seorang-pun yang tertinggal untuk mendapatkan akses tersebut, inilah konsep GEDSI yang diusung untuk mengentaskan problematikan yang ada di masyarakat. Maka Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah memiliki andil disini dalam membantu program pemerintah tersebut, dengan melakukan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat,“ ujar Islamiyatur, Kamis (5/12/2024).

Penelitian ini diketuai oleh Dr. Warsiti., S.Kp., Sp.Mat (Unisa Yogyakarta) dengan anggota 1, Dr. Islamiyatur Rokhmah.,S.Ag.,M.S.I (Unisa Yogyakarta) dan anggota 2, Dr. Dahniar., M.Kes. (UNISMUH Makassar). Penelitian lanjutan ini dirasa sangat penting, untuk dapat memberikan salah satu solusi terhadap upaya meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap isu GEDSI, yang pada penelitian sebelumnya diketahui pengetahuan dan sikap terhadap isu GEDSI masih terbatas. 

“Penelitian lanjutan ini diharapkan akan menghasilkan sebuah modul yang dapat diaplikasikan oleh perguruan TInggi Muhammadiyah Aisyiyah untuk mensosialisasikan isu GEDSI dapat menjadi dasar bagi pemangku kebijakan/stakeholder di lingkungan kampus dalam melakukan upaya pencegahan terhadap berbagai isu-isu GEDSI, seperti kasus-kasus diskriminasi, marginalisasi, beban ganda dan kekerasan yang berbasis gender, disabilitas dan sosial ingklusi,“ ujar Islamiyatur.

PTMA memiliki kewajikan mengamalkan catur darma Perguruan Tinggi yakni pengajaran, penelitian, pengabdian masyarakat dan aktif di persyarikatan, hendaknya memiliki wawasan isu GEDSI. Tidak terbatas pada wawasan saja, namun diharapkan isu GEDSI dapat tertuang pada kebijkan di perguruan tinggi yakni masuk pada Indeks Kinerja Utama (IKU) dan Indeks Kinerja Tambahan (IKT), karena Perguruan Tinggi sebagai salah satu elemen stakeholder yang turut mengentaskan berbagai problematikan masyarakat yang berkaitan dengan isu GEDSI.

Gus Miftah

Beberapa waktu terakhir ramai pernyataan Miftah Maulana Habiburrahman atau yang dikenal masyarakat dengan Gus Miftah. Gus Miftah saat mengisi kajian tampak mengolok-olok penjual minuman keliling. Dosen Agama Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Dr. Iwan Setiawan, MSI menilai umpatan yang dilakukan Gus Miftah sangat tidak patut.

Iwan mengatakan Gus Miftah sebagai ustadz dan utusan khusus Presiden RI dalam urusan toleransi beragama tentu adalah publik figur. Tentu akan siap dengan kritikan dan saran dari masyarakat. 

“Sehingga umpatan yang viral dari seorang publik figur kepada penjual es teh, seorang pejuang keluarga, sangat tidak patut. Tidak memberi teladan bagi masyarakat,” ucap Iwan, Rabu (4/12/2024).

Iwan mengatakan memang tidak mudah seorang ustadz menjaga lisannya di dalam forum publik seperti pengajian. Terkadang terjadi salah lidah, bahkan losdol yang menyebabkan ucapan tidak terkontrol. 

“Sehingga yang diperlukan adalah kearifan dalam berucap dan menjaga lisan dalam berucap,” ungkap Iwan.

Iwan menilai humor tetap bisa dilakukan, dengan catatan tidak menyebabkan orang lain merasa tidak dimanusiakan. Tidak mengeluarkan pernyataan yang menyakiti orang lain.

“Tetap menjaga humor dan kelucuan, tapi mulai meninggalkan hal-hal yang menyebabkan orang lain tidak dimanusiakan dan kata-kata yang menyebabkan orang lain tersakiti,” ujar Iwan.

Iwan mengatakan mendatangi penjual minuman tersebut dan meminta maaf harus dilakukan. “Mendatangi bapak penjual teh dan meminta maaf adalah sikap terbaik,” ujar Iwan.

Tanaman Obat 1

Dosen Program Studi Administrasi Publik Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menunjukkan kepedulianya terhadap masyarakat dengan menggelar program pengabdian masyarakat di Kapanewon Pajangan, Kabupaten Bantul. Kegiatan yang berfokus pada edukasi tanaman obat keluarga ini menyasar langsung anggota Pimpinan Cabang `Aisyiyah Pajangan, yang berlangsung di Pendopo LPMK Kamijoro, Sendangsari, Pajangan pada Selasa, (26/11).

“Kami ingin memberdayakan masyarakat, terutama ibu-ibu, untuk lebih mengenal dan memanfaatkan potensi tanaman obat yang ada di sekitar kita,” ungkap Erni Saharuddin, S.Sos, MPA, koordinator kegiatan.

“Dengan begitu, kita bisa mengurangi ketergantungan pada obat-obatan kimia dan memanfaatkan kekayaan alam untuk menjaga kesehatan keluarga,” imbuhnya.

Kegiatan yang diawali dengan senam sehat bersama ini berlangsung meriah. Para peserta tampak antusias mendengarkan materi mengenai berbagai jenis tanaman obat dan khasiatnya. Selain itu, mereka juga mendapatkan 110 benih tanaman obat yang dapat langsung ditanam di pekarangan rumah.

Erni menambahkan bahwa lahan di Pajangan sangat subur dan cocok untuk budidaya tanaman obat. Harapannya, masyarakat bisa memiliki apotek hidup sendiri di rumah.

Pimpinan Cabang `Aisyiyah Pajangan, Ibu Komariyah, memberikan apresiasi yang tinggi atas program pengabdian yang dilaksanakan oleh UNISA Yogyakarta.

“Edukasi seperti ini sangat bermanfaat bagi masyarakat. Kami menyadari bahwa banyak tanaman di sekitar kita yang memiliki khasiat obat. Dengan pengetahuan ini, kita bisa hidup lebih sehat dan mandiri,” kata Komariyah.

PCA Pajangan pun berharap agar kegiatan serupa dapat terus berlanjut. Kolaborasi antara UNISA Yogyakarta dan PCA ini dinilai sangat positif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya memanfaatkan tanaman obat.