Reakreditasi

Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes) Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menerima kunjungan dari tim asesor Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAMPT-Kes) pada Jumat (31/1/2025). Kunjungan ini merupakan bagian dari proses reakreditasi prodi gizi yang bertujuan untuk memastikan kualitas dan standar pendidikan yang diberikan.

Asesmen lapangan ini dilaksanakan di ruang sidang lantai 4 gedung Siti Moendjijah dan dihadiri oleh dua asesor dari LAMPT-Kes, yaitu Dr. Ahmad Faridi, SP, MKM., C.IP., C.TM dan Dr. Muflihah Isnawati, DCN, M.Sc. Keduanya bertugas untuk melakukan pemeriksaan data serta wawancara dengan mahasiswa dan stakeholder UNISA Yogyakarta.

Rektor UNISA Yogyakarta, Dr. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat, dalam sambutannya menyampaikan dukungan penuh terhadap proses reakreditasi ini. Ia juga berharap bahwa segala upaya yang dilakukan dapat membawa Prodi Gizi UNISA Yogyakarta menjadi unggul, semakin berkualitas, dan mampu berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.

“Semoga segala upaya yang kita lakukan hari ini akan membawa kita menuju Prodi gizi Unggul, semakin berkualitas dan mampu berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat,” tutur Warsiti.

Sementara itu, Dr. Ahmad Faridi menjelaskan bahwa tugasnya dalam asesmen lapangan ini adalah untuk memvalidasi dan memverifikasi data serta bukti yang telah dikirimkan oleh Prodi Gizi ke LAMPT-Kes. Beliau juga menekankan pentingnya kerja sama dari semua pihak terkait untuk menyiapkan data yang dibutuhkan oleh asesor.

“Kami hanya butuh kerja sama dari semua pihak yang ada di sini untuk menyiapkan apa yang dibutuhkan oleh asesor, yaitu berupa data-data yang kami butuhkan untuk kami lihat sudah sesuai,” ucap Faridi.

Hasil dari asesmen lapangan ini akan menjadi dasar bagi LAMPT-Kes untuk menentukan status akreditasi Prodi Gizi UNISA Yogyakarta. Akreditasi ini penting untuk menjamin mutu pendidikan dan lulusan Prodi Gizi, serta memberikan kepercayaan kepada masyarakat bahwa prodi ini memenuhi standar yang telah ditetapkan.

Demam Berdarah

Musim penghujan yang tengah berlangsung membawa dampak yang beragam, dari manfaat bagi sektor pertanian hingga tantangan dalam kesehatan masyarakat. Salah satu penyakit yang kerap menjadi perhatian utama di musim ini adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit ini menjadi ancaman serius setiap tahun, terutama di daerah tropis seperti Indonesia. Kelembapan tinggi dan genangan air akibat hujan menciptakan lingkungan yang ideal untuk berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti, vektor utama penyebar virus dengue.

Genangan air yang terbentuk di berbagai tempat, mulai dari selokan, wadah air terbuka, hingga benda-benda bekas seperti kaleng atau ban bekas, menjadi tempat bagi nyamuk untuk bertelur. Nyamuk betina Aedes aegypti hanya membutuhkan sedikit air untuk meletakkan telurnya, yang kemudian akan menetas menjadi larva dalam beberapa hari. Siklus hidup nyamuk yang cepat ini membuat populasinya dapat meningkat drastis selama musim penghujan, memperbesar risiko penularan DBD.

Penyebaran virus dengue terjadi ketika nyamuk yang sudah terinfeksi menggigit manusia. Virus tersebut masuk ke aliran darah melalui air liur nyamuk dan mulai bereplikasi di dalam tubuh. Gejala DBD biasanya muncul dalam waktu empat hingga sepuluh hari setelah gigitan, ditandai dengan demam tinggi, nyeri kepala hebat, nyeri sendi, serta munculnya bintik-bintik merah pada kulit. Pada kasus yang lebih parah, penyakit ini dapat menyebabkan kebocoran plasma, perdarahan, bahkan kematian jika tidak segera ditangani.

Musim penghujan juga memperpanjang masa hidup nyamuk. Kelembapan yang tinggi selama musim ini memberikan kondisi yang ideal bagi nyamuk untuk tetap aktif menggigit dan menyebarkan virus. Tidak hanya di luar ruangan, nyamuk Aedes aegypti juga dapat berkembang biak di dalam rumah, terutama pada wadah air yang tidak tertutup atau tidak rutin dikuras, seperti bak mandi, dispenser, dan tempat minum hewan peliharaan.

Situasi ini diperburuk oleh rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Banyak orang tidak menyadari bahwa genangan kecil sekalipun dapat menjadi tempat bertelur bagi nyamuk. Selain itu, kebiasaan menumpuk sampah atau membiarkan barang bekas di sekitar rumah tanpa dikelola dengan baik juga turut meningkatkan risiko.

Perubahan iklim global turut memengaruhi pola penyebaran DBD. Suhu yang semakin hangat dan hujan yang turun lebih sering menciptakan siklus musim penghujan yang lebih panjang. Hal ini memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak lebih banyak dan mempercepat siklus penyebaran virus dengue. Kombinasi antara perubahan iklim dan kurangnya langkah pencegahan yang efektif menyebabkan jumlah kasus DBD meningkat setiap tahunnya di berbagai wilayah.

Pemerintah dan berbagai lembaga kesehatan telah mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan risiko penyebaran DBD. Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang melibatkan masyarakat menjadi salah satu upaya utama dalam menekan populasi nyamuk. Fogging atau pengasapan juga dilakukan di daerah dengan kasus tinggi untuk membunuh nyamuk dewasa. Namun, keberhasilan program ini sangat bergantung pada partisipasi aktif masyarakat.

Selain itu, edukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan harus terus digalakkan. Masyarakat perlu memahami bahwa pencegahan lebih efektif daripada pengobatan. Mengenali gejala awal DBD dan segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan juga menjadi kunci untuk mengurangi angka keparahan dan kematian akibat penyakit ini.

Meski demikian, upaya pemerintah tidak cukup tanpa dukungan penuh dari masyarakat. Setiap individu memiliki peran penting dalam mencegah penyebaran DBD, terutama dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah. Dengan membersihkan genangan air secara rutin, menutup wadah penampung air, dan mendaur ulang barang bekas, kita dapat memutus siklus hidup nyamuk Aedes aegypti.

Penulis : Wawan Febri Ramdani Dosen Keperawatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Simulasi Bencana 2

Program Studi Keperawatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (UNISA) menggelar simulasi penanganan bencana gempa bumi yang melibatkan 232 mahasiswa tingkat akhir. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi teknis dan kesiapan mental mahasiswa dalam menghadapi situasi darurat bencana, Sabtu (25/01).

Simulasi ini merupakan bagian dari mata kuliah Keperawatan Bencana dan dilaksanakan bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Pusat Studi Perempuan, Keluarga, dan Bencana (PSPKB) UNISA, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, dan Dinas Sosial DIY (TAGANA).

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UNISA Yogyakarta, Dr. Rokhana Dewi, SSiT., MPH, membuka acara ini dengan menekankan pentingnya pelatihan bagi mahasiswa kematian dalam menghadapi tantangan bencana.

“Pelatihan ini membekali mahasiswa menjadi tenaga kesehatan yang tangguh, kompeten, dan responsif,” ujar Dewi.

Kepala Program Studi Keperawatan UNISA Yogyakarta, Dr. Sarwinanti, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Mat., menambahkan bahwa simulasi ini tidak hanya melatih keterampilan teknis, tetapi juga membangun karakter siswa agar mampu bekerja dalam tim dan mengambil keputusan cepat di bawah tekanan.

Simulasi ini dipandu oleh tim dosen yang ahli di bidang gawat darurat dan bencana, yaitu Wawan Febri Ramdani, S.Kep., Ns., M.Kep., Dwi Prihatingsih, S.Kep., Ns., M.Ng., Efi Fibriyanti, S.Kep., Ns., M.NS., serta Abdul Aziz, Enaryaka dan lainnya. Mereka mendampingi mahasiswa dalam skenario gempa bumi besar yang menyebabkan kerusakan infrastruktur dan banyak korban jiwa.

Mahasiswa dibagi menjadi beberapa tim dengan peran masing-masing, seperti Tim Rapid Health Assessment (RHA), Tim Field Hospital, Tim Emergency Medical Team (EMT), dan Tim Support. Setiap tim memiliki tugas khusus dalam menangani situasi darurat, mulai dari penilaian awal hingga evakuasi korban.

Simulasi ini dirancang dengan tingkat realisme yang tinggi, menggunakan properti dan peralatan medis yang menyerupai kondisi nyata di lapangan. Hal ini bertujuan untuk memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa, sehingga mereka dapat merasakan tekanan dan tantangan yang muncul dalam situasi bencana.

Dewi menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu bentuk komitmen UNISA untuk mendukung program pemerintah dalam pengurangan risiko bencana. Ia berharap kegiatan ini dapat memberikan manfaat langsung bagi pelajar, baik selama masa studi maupun saat mereka terjun ke sebagai masyarakat tenaga kesehatan profesional.

Tingkatkan Mutu

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kayong Utara terus berupaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), khususnya di bidang penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah dengan memberikan bantuan beasiswa kepada putra-putri daerah untuk menempuh pendidikan tinggi di universitas mitra. Universitas `Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menjadi salah satu perguruan tinggi yang dipercaya untuk bermitra dalam program beasiswa ini.

Kerja sama ini diresmikan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dan Perjanjian Kerja Sama (MoA) antara Pemkab Kayong Utara dan UNISA Yogyakarta. Acara penandatanganan berlangsung di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) pada hari Jumat, 24 Januari 2025, yang juga menandai kerja sama serupa dengan UMY.

Hadir dalam acara tersebut Rektor UNISA Yogyakarta, Dr. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat, Wakil Rektor IV, M. Ali Imron, M.Fis, beserta jajaran dekanat UNISA Yogyakarta. Kehadiran perwakilan dari kedua universitas mitra menunjukkan keseriusan dan komitmen bersama dalam mendukung program peningkatan SDM di Kayong Utara.

Kemitraan antara UNISA Yogyakarta dan Pemkab Kayong Utara bukanlah hal baru. Sebelumnya, kedua pihak telah menjalin kerja sama dalam pembukaan Fakultas Kedokteran (FK) UNISA Yogyakarta dan program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Kerja sama kali ini semakin memperkuat komitmen bersama, khususnya dalam bidang pemberian beasiswa untuk pendidikan bidang kesehatan.

Rektor UNISA Yogyakarta, Dr. Warsiti, menyambut baik inisiatif ini dan menekankan pentingnya kerja sama ini sebagai momentum untuk mencerdaskan anak bangsa, khususnya putra-putri daerah Kayong Utara.

“Kami sangat bangga dengan kesempatan dan kepercayaan yang diberikan. Kami akan menjadikan ini sebagai momentum bagi UNISA Yogyakarta untuk berkontribusi dalam mencerdaskan anak bangsa, khususnya putra-putri daerah dari Kabupaten Kayong Utara,” ujarnya dalam sambutannya.

Program beasiswa ini diharapkan dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi kedua belah pihak. Bagi Pemkab Kayong Utara, kerja sama ini merupakan investasi jangka panjang dalam menciptakan SDM yang unggul dan kompeten di bidang kesehatan. Dengan tersedianya tenaga kesehatan yang berkualitas, diharapkan pelayanan kesehatan di Kayong Utara dapat semakin meningkat dan merata.

Bagi UNISA Yogyakarta, kerja sama ini memperluas jangkauan kontribusi dalam dunia pendidikan dan pengabdian masyarakat. UNISA berkomitmen untuk memberikan pendidikan berkualitas dan membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk berkontribusi di daerah asal mereka.

Kreativitas Mahasiswa 2

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta menggelar Gala Aksi Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Galaksi), di Militarie Societiet Taman Budaya Yogyakarta, Kamis (23/1/2025). Selain sebagai wadah kreativitas mahasiswa, Galaksi tahun ini juga mencoba merespon isu terkini seputar maraknya peredaran minuman keras di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

“Galaksi menjadi wadah untuk mahasiswa memamerkan karya yang dihasilkan melalui proses panjang pembelajaran di semester ganjil 2024/2025. Karya yang dipamerkan mulai dari fotografi, karya film, dan majalah dengan merespon isu peredaran minuman keras di DIY,” ujar Ketua Pelaksana Galaksi 2025, Najwa Azzuro.

Galaksi diharapkan menjadi wahana untuk terus mengasah kemampuan analisis, meningkatkan kreativitas, menumbuhkan semangat kolaborasi, dan berani beraksi. “Seperti jargon kita, berkarya, beraksi, bersuara,” tambah Najwa.

Melalui Galaksi juga mahasiswa mengaplikasikan soft skill mereka, mulai dari teknik sinematografi, penulisan, fotografi, hingga editing. Najwa berharap karya-karya yang dihasilkan dapat memberi dampak positif untuk masyarakat. “Semoga next juga karya mahasiswa semakin keren,” ungkap Najwa.

Dalam Galaksi 2025 ini diputar sembilan karya film mahasiswa. Para mahasiswa mencoba menyampaikan pesan tentang bahaya minuman keras dengan bahasa visual. Kesembilan film tersebut berjudul Batas Antara, Semu, Cheers, Garis Hitam Putih, Angkara, Kasur, Nasoka, Banyu Buthek, dan Epilog.

Antusiasme penonton untuk menyaksikan karya mahasiswa ini juga sangat tinggi, terlihat dari penonton memenuhi Militarie Societiet Taman Budaya Yogyakarta.

Saat sesi bedah majalah, karya mahasiswa Ilmu Komunikasi Unisa Yogyakarta, juga mendapat apresiasi dari Jurnalis Senior CNN Indonesia, Hendrawan Setiawan. Ia menilai tema yang diangkat seputar maraknya peredaran miras, relevan dengan isu terkini, khususnya di DIY.

“Ini sangat relevan. Gak bisa ditawar lagi, isu di Jogja yang awal sempat diabaikan. Viral kemudian karena santri (menjadi korban orang yang terpengaruh minuman keras) begitu. No viral no justice ya,” ujar Hendrawan sembari tersenyum.

Isu tentang miras tersebut juga semakin besar, karena mendapat dorongan dari kelompok masyarakat sipil. Termasuk organisasi masyarakat termasuk Muhammadiyah, NU, dan kelompok muslim lainnya. Hendrawan menyebut pekerjaan jurnalis sangat dekat dengan permasalahan publik. Jurnalis menjembatani masyarakat dan pembuat kebijakan.

“Profesi ini mengcapture, mendokumentasikan peristiwa di masyarakat. Teman-teman mendokumentasikan isu yang layak diketahui publik, dengan mengkonfirmasi banyak pihak. Ini membuka mata kita, lebih lagi ini dikerjakan jurnalis mahasiswa,” ucap Hendrawan.