Ramadhan

Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menunjukkan komitmennya dalam menebar kebaikan di bulan suci Ramadhan 1446 H. Ratusan paket sembako sehat dibagikan kepada warga dari enam padukuhan di sekitar kampus UNISA Yogyakarta, Rabu (19/3/2025). Kegiatan bertajuk “Ta`awun Sosial” ini merupakan wujud nyata kepedulian UNISA Yogyakarta terhadap masyarakat yang membutuhkan.

Dalam suasana penuh kehangatan, Masjid Walidah Dahlan menjadi pusat kegiatan pembagian Sembako. Para warga yang hadir tidak hanya sekedar menerima bantuan, namun juga mendapatkan penyuluhan dari narasumber yang kompeten.

Wakil Rektor III UNISA Yogyakarta, Prof. Mufdlilah, S.SiT., M.Si., dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan sekedar aksi sosial sesaat, melainkan bagian dari upaya berkelanjutan UNISA Yogyakarta untuk menjalin kedekatan dan meringankan beban masyarakat.

“Kami berharap, UNISA Yogyakarta tidak hanya menjadi pusat pendidikan, tetapi juga menjadi solusi bagi permasalahan sosial yang ada di masyarakat. Bakti sosial yang kita lakukan hari ini juga perumusan nilai berbagi, saling menolong dalam kebaikan,” ujar Mufdlilah.

Mufdlilah menambahkan, kegiatan ini juga bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antara UNISA Yogyakarta dan warga sekitar kampus. “Kami ingin keberadaan UNISA Yogyakarta dapat memberikan manfaat yang nyata bagi masyarakat sekitar. Kami dengan nilai-nilai kemanusiaan, keislaman yang menjadi dasar membangun, berupaya menjadi bagian masyarakat,” tuturnya.

Ucapan terima kasih yang mendalam disampaikan oleh Dukuh Nogosaren, Nurcahyo. Ia mengapresiasi kepedulian UNISA Yogyakarta yang telah membantu dengan membagikan sembako kepada warganya.

“Mudah-mudahan dengan kegiatan seperti ini bisa meningkatkan kesejahteraan di sekitar UNISA Yogyakarta. Kami berharap, kerja sama yang baik ini dapat terus berlanjut di masa mendatang,” kata Nurcahyo.

Selain warga dari enam padukuhan di sekitar kampus, sembako juga dibagikan, desa binaan (notoprajan, balecatur dan sidoagung), klinik `Aisyiyah Sewugalur dan `Aisyiyah Panjatan serta sekolah TK ABA, SD dan SMA Muhammadiyah di DIY.

Kegiatan Ta`awun Sosial Ramadhan ini merupakan salah satu bentuk implementasi nilai-nilai keislaman dan kepedulian yang dijunjung tinggi oleh UNISA Yogyakarta yang bekerja sama dengan Masjid Walidah Dahlan dan LAZISMU UNISA. Melalui kegiatan ini, UNISA Yogyakarta ingin menunjukkan bahwa pendidikan tinggi tidak hanya fokus pada pengembangan intelektual, tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.

Umroh

Yogyakarta, 15 Maret 2025 – Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta sangat bersyukur mendapatkan kesempatan memberangkatkan dua muballigh akar rumput dari Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk menunaikan ibadah umroh. Pemberangkatan ini merupakan bentuk apresiasi atas dedikasi mereka dalam berdakwah di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) serta kontribusi dalam membangun masyarakat berbasis nilai-nilai Islam berkemajuan.

Rektor UNISA Yogyakarta, Dr. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat., menyampaikan bahwa program ini adalah bagian dari komitmen UNISA Yogyakarta dalam mendukung para muballigh yang berjuang di lapangan, khususnya di wilayah yang memiliki tantangan dakwah cukup besar. “Kami berharap perjalanan umroh ini tidak hanya menjadi pengalaman spiritual yang bermakna bagi para muballigh, tetapi juga semakin menguatkan semangat dakwah mereka dalam membimbing umat,” ujar Warsiti, Sabtu (15/3/2025).

Para muballigh yang diberangkatkan, Abdul Qadir Lenamah dan Zulkifli, telah bertahun-tahun mengabdikan diri di NTT dengan berbagai program pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Salah satu dari mereka, Abdul Qadir Lenamah, mengungkapkan rasa syukurnya atas kesempatan ini. “Ini adalah anugerah yang luar biasa. Semoga perjalanan ini semakin memperkuat tekad kami dalam berdakwah dan mengabdi untuk umat,” katanya.

Pemberangkatan umroh ini merupakan bagian dari program UNISA Yogyakarta dalam mendukung pengembangan dakwah di daerah-daerah yang masih membutuhkan penguatan. Ke depan, UNISA Yogyakarta berharap dapat terus berkontribusi dalam memberdayakan para muballigh dan masyarakat melalui berbagai program pendidikan, kesehatan,  sosial, dan keagamaan.

Kesehatan mental

Dosen Program Studi (Prodi) Psikologi Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, Ratna Yunita Setiyani Subardjo., S.Psi, M.Psi, Psikolog mendapat penghargaan dari Universiti Kebangsaan Malaysia atas dedikasi dan perhatian terhadap isu kesehatan mental. Ratna mengambil peran untuk membantu menjaga kesehatan mental tidak hanya pada mahasiswa Universiti Kebangsaan Malaysia namun juga keluarga dan lingkungan.

Perempuan yang sedang mengenyam pendidikan S3 di Universiti Kebangsaan Malaysia itu dinilai berperan dalam membantu memberikan pertolongan melalui program-program berkaitan kesehatan mental, juga pendekatan dengan konseling dan Psikoterapi. Program kesehatan mental yang dilakukan Ratna telah memberikan dampak positif bagi banyak mahasiswa Indonesia di Universiti Kebangsaan Malaysia khususnya, dan mahasiswa dari berbagai negara lain pada umumnya.

Nita menyebut mengungkapkan kesehatan mental menjadi faktor utama untuk membuat seseorang bahagia dan berdaya. Ibarat bensin, kesehatan mental adalah penggerak bagi tubuh untuk bergerak maju, melaju dengan semangat, karena berdaya dan happy melakukannya.

Happy ini bukan melulu bicara soal kebahagiaan yang selalu tertawa, tetapi mampu bermanfaat bagi yang lain dan menjadi inspirasi untuk bangkit dari keterpurukan atau masalah, merupakan output besar bagi mereka yang sedang dalam masalah. Kasus yang terjadi pada mahasiswa, family, couples, dan umum lebih banyak seputar kasus kesehatan mental yang ringan hingga berat,” ungkap Nita, Selasa (11/3/2025).

Lebih lanjut Nita mengatakan jika kasus kesehatan mental ringan sebenarnya dapat dilatih untuk dikelola sendiri, jika medium maka perlu dibantu dengan konseling dan terapi ringan tergantung kasusnya. Jika berat maka perlu rujukan atau dibantu diberikan terapi dengan pendampingan berkala. Beberapa kasus serius berkaitan dengan depresi, bunuh diri, dan gangguan jiwa berat menjadi perhatian khusus.

“Bukan hanya mahasiswa yang dilibatkan dalam proses konseling dan terapi, namun juga keluarga mahasiswa secara paripurna. Upaya menjaga kesehatan mental dilakukan dengan berbagai upaya seperti preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif. Preventif dengan promotif berupa kampanye kesehatan jiwa, bekerja sama dengan PKPK UKM (PsiTra Klinik Psikologi dan Konsultasi Universiti Kebangsaan Malaysia), Persatuan Pelajar Indonesia Universiti Kebangsaan Malaysia dan PSITRA (Pusat Kajian Psikologi dan Kesejahteraan Manusia),” jelasnya.

Nita menegaskan bahwa kesehatan mental menjadi isu yang perlu diperhatikan saat ini. Sebab tidak ada kesehatan tanpa kesehatan jiwa. “Badan kita sakit secara fisik, kalau ada kemauan dan motivasi sembuh, kita akan rajin minum obat, rajin datang ke konselor atau psikolog untuk membuat kita better. Kalau mental kita sakit, biar fisik sehat berasa tak mau melakukan apa-apa, maka muncul perasaan was-was, overthinking, kecemasan yang dapat mengakibatkan depresi yang berkembang menjadi gangguan jiwa jika tidak segera dicegah,” ungkap Nita.

Nita pun mengharapkan banyak pihak lagi yang menaruh perhatian pada isu kesehatan mental. Hal tersebut bisa dilakukan dengan meningkatkan komunikasi, empati, kreativitas, jejaring. “Action soon/do it now mulai dari sekarang. Dari hal sederhana dan dari diri kita sendiri,” ucap Nita.

Makan bergizi gratis 1

Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta segera siap mengoperasionalkan dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk menunjang Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Berdasarkan verifikasi tim Badan Gizi Nasional (BGN) kesiapan SPPG UNISA Yogyakarta mencapai 90 persen.

“Dari Unisa Yogyakarta tadi mungkin sudah 80-90 persen (Kesiapan Dapur SPPG),” ujar Sarjana Penggerak Pembangunan Indonesia (SPPI) Badan Gizi Nasional (BGN), Avira Durrotul Rasyida, seusai melakukan verifikasi lokasi dapur SPPG UNISA Yogyakarta, yang ada di Notoprajan, Ngampilan, Yogyakarta, Senin (10/3/2025).

Avira menjelaskan untuk verifikasi lokasi ini dilakukan pengecekan mulai dari lokasi dapur, luasan, kelengkapan. Selain itu juga kesiapan dapur sudah berapa persen untuk operasional dalam waktu dekat. Tim yang melakukan verifikasi juga memberikan sejumlah catatan untuk mengoptimalkan dapur SPPG.

Saat disinggung, kapan kemungkinan dapur SPPG UNISA Yogyakarta, Avira memungkinkan dalam waktu dekat. “Kemungkinan setelah lebaran ya. Tadi kami lihat juga materialnya, manpower, ya kelengkapan dapur, safety dapur seperti apa,” ungkap Avira.

Avira mengatakan dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis nantinya ada ahli gizi untuk memastikan makanan yang disajikan memenuhi gizi yang diperlukan. “Kami nanti menyediakan ahli gizi, nanti yang bertugas memilah menu yang baik disesuaikan dengan umur,” jelasnya.

Dirinya juga berharap dapur SPPG Unisa Yogyakarta dapat segera memenuhi apa yang masih kurang, dan bisa segera beroperasi. “Kemudian bisa menjadi bagian dari masyarakat, memberikan makanan bergizi,” ujar Avira.

Wakil Rektor II Bidang Keuangan, Umum, dan Sumber Daya UNISA Yogyakarta, Dr. Yuli Isnaeni, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom menyebut hal yang sama, bahwa kesiapan UNISA Yogyakarta untuk mengoperasikan SPPG sudah 90 persen. “Hal-hal kecil saja perlu diperbaiki, diadakan,” ucap Yuli.

Yuli mengatakan sejumlah masukan dari tim BGN yang melakukan verifikasi lokasi, segera ditindaklanjuti. Diharap juga setelah momen lebaran, bisa segera beroperasi. “InsyaAllah siap setelah lebaran. Seminggu ini kita perbaiki,” ujar Yuli.

Yuli mengharapkan dengan hadirnya SPPG UNISA Yogyakarta ini bisa mendukung program MBG dan memberi manfaat bagi generasi kedepan. “Sasaran utama TK ABA di wilayah Ngampilan, siswa SD, mungkin beberapa siswa SMP. UNISA juga rencananya memberi untuk ibu hamil, tapi menunggu persetujuan BGN. Harapannya dengan begitu, gizi terpenuhi, generasi sehat,” ungkap Yuli.

Guru paud

Anak usia dini (0-6 tahun) bak kanvas kosong, penuh warna-warni spontanitas, rasa ingin tahu yang meledak-ledak, dan imajinasi tanpa batas. Namun, di balik kelincahan dan keceriaan itu, tersimpan pula kerentanan: mudah frustrasi, rentang perhatian pendek, dan egosentrisme yang wajar. Di sinilah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hadir, sebagai kawah candradimuka yang menempa generasi emas Indonesia.

PAUD bukan sekedar tempat bermain. Lebih dari itu, PAUD adalah panggung stimulasi holistik, merangsang potensi motorik, emosional, dan intelektual anak. Tujuannya jelas: mempersiapkan mereka memasuki jenjang pendidikan selanjutnya dengan fondasi yang kokoh.

Namun, beban PAUD tak hanya itu. Pemerintah menaruh harapan besar pada PAUD dalam upaya pencegahan stunting. Dua indikator krusial menjadi tolok ukur: meliputi orang tua yang mengikuti kelas parenting dan mencakup anak usia 2-6 tahun yang terdaftar sebagai peserta didik PAUD.

Guru PAUD di garis depan, dituntut mampu memberikan stimulasi, deteksi, dan intervensi tumbuh kembang anak, di bawah pengawasan ketat puskesmas dan dinas kesehatan. Layanan ini bahkan menjadi salah satu indikator penilaian dalam akreditasi PAUD.

Sayangnya, realita berkata lain. Tidak semua guru PAUD memiliki kapasitas yang memadai, terutama dalam memantau tumbuh kembang anak. Data mencengangkan: 94% guru belum memahami deteksi dini tumbuh kembang anak.

Kondisi ini menggugah kepedulian Sri Ratnaningsih dan Rosmita Nuzuliana, tim pengabdian masyarakat dari Prodi Sarjana Kebidanan Fakultas Kesehatan (FIKes) Universitas `Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta. Mereka menginisiasi program pelatihan deteksi tumbuh kembang anak didik, menyasar guru-guru PAUD IGABA Turi.

“Langkah pertama adalah identifikasi masalah secara mendalam, dilanjutkan dengan penyampaian materi Deteksi Dini Tumbuh Kembang berdasarkan Kemenkes 2022. Metode pelatihan pun interaktif dibuat: diskusi, roleplay dengan studi kasus, dan presentasi kasus,” ucap Sri Ratnaningsih, Sabtu (8/3/2025).

Pelatihan yang diikuti 34 guru PAUD IGABA ini membuahkan hasil yang positif. Pengetahuan dan keterampilan guru dalam mendeteksi tumbuh kembang anak meningkat secara signifikan. Sebagai bekal, tim pengabdi memberikan buku deteksi tumbuh kembang dan alat permainan edukatif.

Sebagai tindak lanjut, guru-guru berkomitmen melakukan deteksi tumbuh kembang minimal setahun sekali, sesuai usia perkembangan anak didik. Upaya ini diharapkan mampu mendeteksi dini potensi masalah tumbuh, sehingga intervensi dapat dilakukan sedini mungkin.

“Dengan demikian, PAUD bukan hanya tempat bermain, tetapi juga benteng pertahanan melawan stunting, memastikan setiap anak Indonesia tumbuh optimal, menjadi generasi emas yang berkualitas,” tambah Rosmita Nuzuliana.