Malnutrisi

Upaya penguatan ketahanan pangan sekaligus pencegahan malnutrisi terus digencarkan di berbagai lapisan masyarakat. Langkah nyata diwujudkan oleh tim pengabdian masyarakat dosen Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta.

Dosen UNISA Yogyakarta, Ellyda Rizki Wijhati.,S.ST.,M.Keb; Andri Nur Solikah.,S.ST.,M.Kes; dan DR. Islamiaturrokhmah.,MSI melakukan pendampingan intensif kepada puluhan santri Panti Asuhan Al-Ghifari untuk mendukung ketahanan pangan mandiri.

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang telah berlangsung selama beberapa bulan ini berfokus pada penguatan kemandirian pangan melalui inovasi budidaya lele dalam galon bekas dan penanaman beragam sayur-mayur di lingkungan panti. Selain memberikan pelatihan teknis budidaya, tim dosen juga membekali para santri dengan pemahaman mendasar tentang gizi seimbang dan pentingnya menerapkan pola konsumsi sehat sehari-hari.

Ketua tim pengabdian msyarakat, Ellyda Rizki Wijhati, S.ST., M.Keb menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memberikan solusi yang berkelanjutan dalam memenuhi kebutuhan gizi para santri panti.

“Dengan memanfaatkan lahan dan sumber daya yang terbatas secara optimal, kami ingin mengedukasi bahwa setiap individu memiliki potensi untuk berkontribusi dalam mewujudkan ketahanan pangan. Contohnya, pemanfaatan limbah galon bekas sebagai media budidaya lele dan kangkung skala rumah tangga ini,” terang Ellyda.

Budidaya lele dalam galon dipilih karena dinilai efisien dalam penggunaan ruang dan relatif mudah dalam pemeliharaan, sangat sesuai dengan kondisi lingkungan panti yang memiliki keterbatasan lahan. Di sisi lain, penanaman sayuran, seperti kangkung, diterapkan dengan sistem vertikal dan polybag, memungkinkan para santri untuk memanen hasilnya secara berkala dan mandiri.

Lele sendiri merupakan sumber protein hewani yang kaya nutrisi penting, seperti vitamin B12, fosfor, serta asam lemak omega-3 dan omega-6. Nutrisi ini berperan vital dalam mendukung pertumbuhan fisik, menjaga fungsi kognitif dan kardiovaskular, serta meningkatkan imunitas tubuh. Jika diolah dengan cara yang sehat, minim minyak, lele juga termasuk makanan rendah kalori yang mendukung gaya hidup sehat.

Keunggulan lain dari budidaya lele adalah kemudahannya, bahkan dapat dilakukan dengan memanfaatkan wadah sederhana seperti galon bekas. Metode ini menjadi alternatif budidaya yang hemat ruang, biaya terjangkau, perawatan tidak rumit, serta ramah lingkungan karena mendaur ulang barang bekas. Hasil panen lele ini nantinya dapat langsung dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan gizi para santri di panti.

Sementara itu, inovasi penanaman kangkung di bagian atas galon bekas yang bagian bawahnya dimanfaatkan untuk budidaya lele menjadi contoh konkret sistem pertanian terpadu yang efisien dan ramah lingkungan. Dalam metode ini, kangkung ditanam secara hidroponik di bagian atas galon, memanfaatkan air dari budidaya lele di bawahnya. Limbah organik dari kotoran lele menjadi nutrisi alami bagi pertumbuhan kangkung, sehingga mengurangi kebutuhan akan pupuk tambahan. Sebaliknya, akar kangkung juga berperan dalam menyaring air dan menjaga kualitas lingkungan hidup bagi lele. Sistem simbiosis ini tidak hanya mengoptimalkan penggunaan air dan lahan yang terbatas, tetapi juga menghasilkan dua sumber pangan bergizi sekaligus dalam satu wadah yang sederhana.

Pengasuh Panti Asuhan Al-Ghifari, Saryati, menyambut antusias program pendampingan ini. “Anak-anak didik kami menjadi lebih antusias karena tidak hanya menerima materi teori, tetapi juga terlibat langsung dalam praktik budidaya. Kami sangat berharap kegiatan positif ini dapat menjadi kebiasaan baik yang terus berlanjut,” ungkapnya.

Lebih lanjut, program ini juga secara tidak langsung menanamkan karakter mandiri dan bertanggung jawab pada diri para santri melalui pembagian tugas harian dalam merawat tanaman dan ikan. Hasil panen dari budidaya ini direncanakan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi internal panti, tetapi juga berpotensi menjadi sumber pendapatan tambahan yang bermanfaat.

Salurkan beasiswa

LazisMu Universitas `Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menggelar acara penyerahan beasiswa kepada 50 mahasiswa di Masjid Walidah Dahlan UNISA Yogyakarta, Senin (28/4/2025). Bantuan finansial ini diharapkan dapat meringankan beban studi dan memotivasi para mahasiswa untuk terus mengukir prestasi.

Beasiswa yang disalurkan kali ini terbagi dalam tiga kategori, yaitu Beasiswa Gerakan Seribu dan Dua Ribu (Serdadu) yang diterima oleh 22 mahasiswa, Beasiswa Mataf untuk 16 mahasiswa, dan Beasiswa Walidah Dahlan bagi 12 mahasiswa. Ketiga program ini merupakan program dari LazisMu UNISA Yogyakarta yang berhasil mengumpulkan donasi dari seluruh civitas akademika.

Ketua LazisMu UNISA Yogyakarta, Hilmi Zadah Faidullah, S.St., M.Si., menjelaskan bahwa program Serdadu merupakan perwujudan spirit al-ma’un yang tertanam dalam diri mahasiswa yang tergabung dalam Mahasiswa Sadar Infak dan Shodaqoh (MADARIS). Semangat berbagi dan peduli inilah yang menjadi landasan utama program beasiswa ini.

“MADARIS menjadi contoh nyata keterlibatan aktif mahasiswa dalam kegiatan kepedulian terhadap sesama. Program ini membuktikan bahwa kontribusi kecil yang dilakukan bersama dapat menghasilkan dampak besar, dan semangat kepedulian ini akan terus mengalir dari mahasiswa untuk mahasiswa,” ujar Hilmi.

Total beasiswa Serdadu yang disalurkan pada kesempatan ini mencapai Rp61 juta, dan akan diberikan kepada mahasiswa UNISA Yogyakarta yang memenuhi kriteria akademik, kondisi ekonomi, dan kontribusi aktif dalam kegiatan kampus. Dana beasiswa ini sepenuhnya berasal dari donasi sukarela para dosen, karyawan, dan mahasiswa UNISA Yogyakarta yang secara rutin menyisihkan sebagian rezekinya melalui program LazisMu.

Wakil Rektor III UNISA Yogyakarta, Prof. Dr. Mufdlilah, S.SiT., M.Sc., menyampaikan apresiasinya terhadap program Serdadu dari LazisMu UNISA. Ia menuturkan bahwa inisiatif penggalangan dana dari seluruh civitas akademika UNISA untuk mahasiswa terbukti sangat membantu meringankan beban studi teman-teman mahasiswa yang membutuhkan.

“Kami berharap dengan bertambahnya anggota baru MADARIS, program-program yang telah berjalan akan semakin kuat dan memberikan dampak yang lebih luas. Kegiatan ini juga menjadi pembelajaran berharga bagi kita semua untuk terus meningkatkan kepedulian dan semangat dalam menjalankan amanah MADARIS,” pungkas Mufdlilah dalam kegiatan pelantikan anggota MADARIS.

LazisMu UNISA Yogyakarta berharap program beasiswa ini dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat yang lebih luas bagi mahasiswa yang membutuhkan. Pihak UNISA juga memberikan apresiasi tinggi atas inisiatif dan kerja keras LazisMu dan MADARIS dalam mewujudkan kepedulian sosial di lingkungan kampus. Acara penyerahan beasiswa ini berlangsung khidmat dan penuh rasa syukur dari para penerima.

Madaris

LazisMu Universitas `Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menggelar acara pelantikan khidmat bagi 133 anggota baru Mahasiswa Sadar Infak dan Shodaqoh (MADARIS) di Masjid Walidah Dahlan UNISA Yogyakarta, Senin (28/4/2025).

Ketua LazisMu UNISA Yogyakarta, Hilmi Zadah Faidullah, S.St., M.Sc., mengungkapkan bahwa 133 mahasiswa yang baru dilantik sebagai anggota MADARIS memiliki spirit al-ma’un yang kuat dalam diri mereka.

“MADARIS diharapkan dapat menjadi teladan nyata keterlibatan aktif mahasiswa dalam berbagai kegiatan yang menumbuhkan kepedulian terhadap sesama. Program ini membuktikan bahwa hal kecil yang dilakukan bersama dapat menghasilkan dampak besar, dan semangat kepedulian ini akan terus mengalir dari mahasiswa untuk mahasiswa,” jelas Hilmi.

Wakil Rektor III UNISA Yogyakarta, Prof. Dr. Mufdlilah, S.SiT., M.Sc., dalam sambutan pembukaan pelantikan menyampaikan apresiasinya terhadap program “Serdadu” LazisMu UNISA Yogyakarta. Mufdlilah menuturkan bahwa inisiatif penggalangan dana dari seluruh civitas akademika UNISA Yogyakarta terbukti sangat membantu meringankan beban mahasiswa yang membutuhkan uluran tangan.

“Dengan bertambahnya jumlah anggota MADARIS, kami berharap program-program yang telah berjalan akan semakin kuat dan kokoh. Ini juga menjadi wadah pembelajaran berharga bagi kita semua untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan semakin bersemangat dalam menjalankan setiap kegiatan MADARIS,” imbuh Mufdlilah.

Jumlah anggota MADARIS tahun ini mengalami peningkatan signifikan menjadi 133 mahasiswa, dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatat 90 anggota.

Simulasi gempa bumi

Tingkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana, Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menggelar simulasi gempa bumi, di Gedung Siti Bariyah, Jumat (25/4/2025). Simulasi ini juga menjadi bagian dalam rangka memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana 2025.

“Tujuan utamanya tentu untuk meningkatkan kesiapsiagaan seluruh sivitas akademika terhadap potensi bencana gempa bumi,” ujar Ketua Penyelenggara Simulasi Gempa Bumi di UNISA Yogyakarta, Heri Puspito.

Dengan adanya simulasi ini, diharapkan mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan dapat mengetahui langkah-langkah evakuasi yang benar, mengenali titik kumpul, serta memahami prosedur penyelamatan diri saat terjadi gempa. “Ini bagian dari upaya mitigasi risiko bencana di lingkungan kampus,” tegasnya.

Kegiatan simulasi ini mencakup sosialisasi awal tentang gempa dan potensi risikonya, pelatihan tentang bagaimana merespons saat gempa terjadi, praktik evakuasi dari gedung menuju titik kumpul aman. “Serta evaluasi dari jalannya simulasi untuk melihat sejauh mana kesiapan peserta, karena simulasi kali ini tidak ada korban bencana sehingga tidak ada proses simulasi evakuasi korban, tim kesehatan hanya standby saja,” ungkap Heri.

Heri menyebut edukasi kebencanaan sangat penting, terutama karena Indonesia adalah negara rawan bencana, termasuk Yogyakarta yang berada di jalur cincin api dan dekat dengan sesar aktif. Dengan pemahaman yang baik, risiko jatuhnya korban jiwa bisa ditekan. Edukasi ini bukan hanya penting untuk individu, tapi juga untuk membentuk budaya tanggap bencana di masyarakat. Selain itu kegiatan ini sebagai bentuk evaluasi dari sarana dan prasarana apa yang kurang dan harus dibenahi untuk lebih siap kedepannya.

Selain itu Heri menyebut berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tingkat kesiapsiagaan masyarakat Indonesia masih tergolong sedang. Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui prosedur evakuasi yang benar atau tidak memiliki rencana darurat di rumah. “Oleh karena itu, simulasi dan edukasi seperti ini menjadi penting untuk meningkatkan budaya sadar bencana, khususnya di daerah rawan seperti DIY,” ucap Heri.

Dosen Keperawatan UNISA Yogyakarta itu juga memberikan tips pertolongan pertama saat terjadi bencana. Pertama, memastikan lingkungan aman sebelum menolong pastikan tidak ada reruntuhan. Lalu, lakukan pemeriksaan cepat dengan prinsip ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure). Bila korban tidak sadar, periksa jalan napas dan segera lakukan resusitasi jika perlu.

“Hentikan perdarahan dengan penekanan langsung, stabilkan cedera patah tulang, dan segera evakuasi ke tempat yang lebih aman atau rujuk ke fasilitas kesehatan jika kondisinya berat. Biasanya tim respon cepat TRC  dalam hal ini yang menandai korban bencana apakah korban emergency dan harus segera ditolong, apakah bisa ditunda dan apakah korban meninggal,” tutup Heri.

Jagung

Tim peneliti dari Program Studi Bioteknologi Universitas ’Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta berhasil menciptakan inovasi pangan yang mengagumkan sekaligus bikin hepi perut. Bayangkan saja, jagung manis yang biasanya direbus atau dibakar, kini disulap menjadi yogurt probiotik yang diberi nama “Cornghurt”. Produk ini bukan sekadar yogurt biasa, tapi juga jadi solusi asyik buat mereka yang alergi susu atau ogah produk hewani.

Dua peneliti yang merupakan dosen prodi Bioteknologi UNISA Yogyakarta, Nosa dan Annisa, mengungkapkan bahwa “Cornghurt” ini hadir sebagai jawaban atas kebutuhan masyarakat akan pangan fungsional yang lezat sekaligus menyehatkan pencernaan. Keunggulan utamanya? Tentu saja karena bahan dasarnya dari jagung manis, bukan susu! Jadi, buat para pejuang intoleransi laktosa dan alergi produk susu, kini bisa tetap menikmati segudang manfaat yogurt.

Proses pembuatan “Cornghurt” ini mirip dengan pembuatan yogurt tradisional, yakni melalui fermentasi. Bedanya, bahan baku utamanya adalah jagung manis yang difermentasi menggunakan kultur bakteri probiotik pilihan. Istimewanya lagi, isolat bakteri probiotik yang digunakan ini adalah hasil “karya sendiri” tim peneliti UNISA Yogyakarta yang sudah dikembangkan sejak tahun 2018. Bakteri Lactiplantibacillus plantarum strain AS4, yang diisolasi dari Air Susu Ibu (ASI) pada tahun 2018 melalui pendanaan Kemenristekdikti, menjadi bintang utama dalam fermentasi “Cornghurt” ini. Inovasi ini jelas memanfaatkan potensi lokal jagung manis sebagai komoditas unggulan Indonesia sekaligus menjawab tantangan kebutuhan produk bebas laktosa dari protein hewani.

Ketua tim peneliti, Nosa, dengan antusias menjelaskan bahwa “Cornghurt” memiliki kandungan asam laktat, protein, dan aktivitas antibakteri yang tinggi. Kombinasi ini sangat baik untuk menjaga keseimbangan mikroflora usus.

“Kami ingin menghadirkan produk sehat yang bisa dinikmati semua kalangan, termasuk yang punya masalah dengan laktosa dan alergi produk hewani,” ujarnya dalam keterangan resmi pada Kamis (17/04).

Hasil uji laboratorium pun tak kalah mentereng. “Cornghurt” terbukti memiliki aktivitas antibakteri probiotik Lactiplantibacillus plantarum strain AS4 yang signifikan. Bakteri baik ini ampuh menjaga kesehatan saluran pencernaan sekaligus memberikan perlindungan alami terhadap bakteri jahat seperti Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Fortifikasi bakteri probiotik ini dalam fermentasi jagung manis terbukti mampu meningkatkan aktivitas antibakteri “Cornghurt” secara signifikan.

Soal rasa, jangan khawatir! “Cornghurt” punya cita rasa khas yang tidak terlalu asam, justru cenderung manis alami karena bahan dasarnya jagung manis. Teksturnya pun lembut, sehingga disukai oleh berbagai kelompok usia. Hasil uji laboratorium ini semakin mengukuhkan “Cornghurt” sebagai kandidat kuat untuk dikembangkan menjadi produk pangan fungsional komersial yang bernilai tambah tinggi.

Dengan dukungan pendanaan Penelitian Fundamental Riset-Mu tahun 2025, inovasi ini diharapkan menjadi pijakan untuk pengembangan produk olahan fermentasi lokal yang lebih sehat dan bernilai jual tinggi. Tentu saja, ini juga akan mendukung ketahanan pangan berbasis inovasi dan memberdayakan petani jagung lokal. Potensi ekonomi “Cornghurt” juga sangat besar, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan sehat. Ke depan, tim peneliti Unisa berencana menggandeng industri untuk memproduksi “Cornghurt” secara massal dan menjangkau pasar yang lebih luas. “Cornghurt” hadir sebagai solusi lokal yang mengedepankan gizi, keberlanjutan, dan inovasi.