Kabur aja dulu

Yuval Noah Harari seorang ahli sejarah Israel penulis buku best seller Sapiens ( 2011) menulis bahwa dalam perspektif sejarah perkembangnnya manusia adalah mahluk pemburu. Artinya untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya manusia harus berburu. Terbayang dalam benak kita berburu adalah aktivitas fisik yang melelahkan karena disamping harus memersiapkan alat yang  tepat akan tetapi juga harus berstrategi, berjalan, berlari bahkan tak jarang melompat untuk mendapatkan buruannya. Yuval bahkan mengatakan bahwa hidup sebagai pemburu ternyata lebih memerdekakan manusia dibanding dengan hidup hari ini yang dipenuhi dengan otomatisasi teknologi.

Bulan ini merah putih berkibar dimana-mana, artinya kita sedang berada di bulan kemerdekaan Republik Indonesia. Berbeda dengan ketika kita kecil dan remaja kita selalu disuguhkan dengan cerita perjuangan baik di kelas-kelas sekolah maupun film layar kaca TVRI sebagai TV satu-satunya. Yang menarik dalam cerita itu adalah strategi perjuangan yang disebut perang gerilya. Suatu strategi perang yang mengandalkan strategi hit and run bersembunyi di gunung dan kemudian berlari, melompat dan menyerang dimana kekuatan fisik infantri menjadi tumpuan utama. Sementara di lain pihak pasukan Belanda yang memiliki teknologi lebih maju, mengejar para pejuang dengan mobil Jeep, tank, dan motor militer.  Dalam Bahasa sederhana perang gerilya melawan perang teknologi. Dan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus membuktikan perang itu dimenangkan oleh perang gerilya.

Perang gerilya adalah perang para pemburu karakter sapeins dimana kekuatan fisik adalah tumpuan utama dan gerak adalah fondasinya. Gambaran umum dalam film perjuangan kemerdekaan adalah secara fisik pejuag gerilya lebih siap, tahan terhadap cuaca dan mental baja sebaliknya para tentara Belanda selalu digambar cenderung lemah fisik, mudah ngantuk dan selalu nampak ragu dan penakut. Ini adalah peran gerak tubuh dan teknologi.

Tahun ini 80 tahun kemerdekaan Indonesia. Kemajuan ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa sifat dasar sapiens yang pemburu dengan lari dan lompat sebagai gerak dasarnya ternyata berdampak pada kekuatan fisik, ketahanan terhadap penyakit, penunda degenerasi bahkan membangun kekuatan mental. Namun demikian kemerdekaan kita hari ini juga ditandai dengan penemuan teknologi yang dahsat yang serba cepat dan otomatis yang memanjakan manusia. Sifat pemburu sapiens seolah tergerus oleh virus mager (males gerak) serba instan dan kecengengan. Kita hari ini dihadapkan dengan sadentary life yang mendorong obesitas, penyakit kronis dan problem mental.

Ada baiknya dalam momentum kemerdekaan yang ke-80 ini mari kita munculkan kembali karakter dasar pemburu kita melalui aktivitas gerak yang cukup melelui jalan gembira, fun run, night run, speda sehat  yang rutin, terukur dan manan ataupun dengan program masal car free day yang seharusnya tidak 1 minggu satu kali. Seorang pemburu yang tak bergerak maka dia sedang membunuh dirinya secara perlahan. Mari kita kibarkan bendera kita agar bergerak dan napak gagah perkasa.

Kesulitan apapun yang kita hadapi hari ini mari “Kita kibarkan saja dulu” dan jangan “Kabur aja dulu”. Merdeka.

Oleh : Dr. M. Ali Imron, M.Fis (Wakil Rektor IV UNISA Yogyakarta)

Sinergi 1

Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menerima kunjungan silaturahmi dari Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) dan ‘Aisyiyah (PRA) Mlangi Besar pada Kamis (14/08/2025). Pertemuan yang berlangsung di Ruang Sidang Gedung Siti Moendjijah ini menjadi momentum penting untuk mempererat hubungan dan sinergi antara kedua pihak.

Wakil Rektor III UNISA Yogyakarta, Prof. Dr. Mufdlilah, S.SiT., M.Sc, dalam sambutannya menekankan pentingnya kolaborasi ini.

“Kehadiran PRM dan PRA ke UNISA Yogyakarta adalah nilai yang harus kita bangun untuk meningkatkan sinergi demi membangun dakwah berkemajuan serta memperkuat pendidikan di UNISA,” ujarnya.

Mufdlilah juga menyoroti potensi pemberdayaan umat yang dapat diwujudkan melalui kerja sama yang saling menguntungkan.

Ketua PRM Mlangi Besar, Drs. Muhammad Jarir, menyampaikan rasa terima kasih atas sambutan hangat dari pihak UNISA Yogyakarta. Kunjungan ini merupakan tindak lanjut dari audiensi sebelumnya dan diharapkan dapat semakin memperkuat hubungan di masa mendatang.

Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan diskusi yang membahas berbagai potensi kolaborasi. Pertemuan ini diharapkan dapat menjadi fondasi kuat untuk berbagai program sinergis di masa depan, baik dalam bidang pendidikan, dakwah, maupun pemberdayaan masyarakat.

Desa binaan

Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta semakin mengokohkan komitmennya dalam pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat melalui program desa binaan yang tersebar di seluruh Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Untuk tahun akademik 2024/2025, sebanyak 12 desa/kelurahan telah dipilih sebagai lokasi strategis untuk kolaborasi berbagai program kampus.

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UNISA Yogyakarta, Luluk Rosida, S.ST., M.KM, menjelaskan bahwa program ini dirancang sebagai wahana pembelajaran praktis bagi mahasiswa sekaligus menjadi wadah pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan. Lokasi desa binaan ini mencakup beberapa titik di Kabupaten Sleman, Bantul, Gunungkidul, Kulon Progo, serta Kota Yogyakarta.

Melalui kerja sama intensif dengan pemerintah setempat dan tokoh masyarakat, UNISA Yogyakarta mengintegrasikan berbagai program, mulai dari penyuluhan kesehatan, pelatihan kewirausahaan, hingga pendampingan pendidikan anak. Selain itu, kampus juga aktif dalam kajian potensi lokal untuk pengembangan ekonomi kreatif dan penelitian partisipatif.

Program ini juga menjadi implementasi nyata dari Caturdharma Muhammadiyah-`Aisyiyah, yang meliputi pendidikan, dakwah, ekonomi, dan kemanusiaan. Setiap kegiatan dirancang sesuai kebutuhan desa, selaras dengan nilai-nilai organisasi, serta memperhatikan kearifan lokal.

Manfaatnya tak hanya dirasakan oleh masyarakat, tetapi juga oleh mahasiswa. Mereka mendapatkan pengalaman lapangan yang berharga, mengasah soft-skill dan hard-skill seperti komunikasi, manajemen proyek, dan kerja tim. Harapannya, program desa binaan ini dapat menjadi contoh sinergi antara perguruan tinggi dan masyarakat, menciptakan agen perubahan yang memberdayakan komunitas secara berkelanjutan.

Sosialisasi

Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta melakukan sosialisasi Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di lingkungan perguruan tinggi (PPKPT) yang ditujukan kepada seluruh pimpinan struktural di Gedung Siti Moendjiyah, Kamis (14/8).

Kegiatan ini disosialisasikan oleh Ketua PPKPT, Wantonoro, S.Kep.,Ns., M.Kep., Sp.MB., Ph.D. tentang ketentuan terbaru berdasarkan Permendikbudristek Nomor 55 Tahun 2024. Dalam paparannya, Wantonoro menjelaskan bahwa PPKPT bertujuan menciptakan lingkungan kampus yang aman, nyaman, dan bebas dari segala bentuk kekerasan, baik fisik, seksual, maupun psikologis.

Ia menegaskan pentingnya peran seluruh unsur pimpinan untuk memahami prosedur pencegahan, mekanisme pelaporan, hingga penanganan kasus secara adil, transparan, dan berperspektif korban. “Pencegahan kekerasan di perguruan tinggi tidak hanya memerlukan aturan yang jelas, tetapi juga komitmen kuat dari semua pihak untuk melaksanakannya,” ujar Wantonoro.

Materi sosialisasi juga memaparkan pembentukan Satuan Tugas PPKPT yang terdiri dari dosen, tenaga kependidikan, dan perwakilan mahasiswa. Satgas ini bertugas menerima laporan, melakukan investigasi, menyusun rekomendasi, serta memberikan pendampingan medis, psikologis, dan hukum bagi korban.

Disampaikan pula alur pelaporan mulai dari pengaduan, tindak lanjut, pemeriksaan oleh dewan etik atau komite etik kemahasiswaan, penyusunan kesimpulan dan rekomendasi, hingga pemulihan hak korban. Prosedur ini dilengkapi SOP penanganan yang menekankan prinsip kerahasiaan, keamanan pelapor, serta keterlibatan pihak terkait sesuai kebutuhan.

Dengan adanya sosialisasi ini, UNISA Yogyakarta berharap seluruh unit kerja dapat mengimplementasikan PPKPT secara konsisten, sehingga nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan keselamatan sivitas akademika tetap terjaga.

Magang berdampak

Dari ruang kelas, mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Larindi Ayu Kusuma merasakan pengalaman dunia kerja secara nyata melalui Program Magang Berdampak dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek). Pengembangan hard skill dan soft skill pun ia peroleh dari tempat magangnya di PT. Maleo Edukasi Teknologi (Educourse.id) Branch Surakarta.

Program Magang Berdampak bukan sekadar magang biasa, Larindi berhasil lolos setelah melalui sejumlah tahapan. Proses seleksi dimulai dari pendaftaran dengan mengirimkan dokumen seperti CV dan portofolio. Setelah itu, Larindi dinyatakan lolos tahap pertama dan diminta membuat video yang sesuai dengan perusahaan tempatnya melamar magang.

“Alhamdulillah, saya lanjut ke tahap kedua yaitu wawancara. Proses wawancaranya cukup menantang, karena saya harus bisa menunjukkan motivasi dan kesiapan saya untuk terlibat di dunia kerja secara langsung,” cerita Larindi, Kamis (14/8/2025).

Setelah wawancara, Larindi sempat mengira tidak lolos karena cukup lama tidak mendapat kabar. Namun, beberapa hari kemudian, dirinya mendapat pengumuman bahwa diterima, dan saat itu ia merasa sangat bersyukur atas kesempatan ini.

“Saya merasa sangat senang dan bersyukur bisa diterima Program Magang Berdampak yang diselenggarakan oleh Kementerian. Ini merupakan kesempatan berharga, apalagi proses seleksinya cukup ketat dan melibatkan banyak peserta dari berbagai daerah. Ketika dinyatakan lolos, saya benar-benar merasa bangga dan termotivasi untuk memberikan yang terbaik selama program berlangsung,” ucap Larindi.

Perjalanan selama magang berdampak

Lebih dari satu minggu sudah, Larindi menjalani Magang Berdampak di Educourse.id. Ia mendapat job desk Marketing Communication and Sales. Dirinya bersama tim mendapat tugas menyusun strategi agar brand perusahaan semakin dikenal dan target penjualan bisa tercapai.

“Dalam menjalankan perannya, tim ini menganalisis kondisi pasar, mempromosikan produk, membangun hubungan baik dengan pelanggan, serta merancang strategi yang efektif untuk menarik konsumen baru dan menjaga loyalitas pelanggan yang sudah ada,” ujar Larindi.

Pilihannya pada job desk Marketing Communication and Sales tidak lepas dari latar belakang pendidikannya. Perempuan yang akan masuk semester 5 itu menilai dengan job desk ini bisa menerapkan apa yang ia peroleh dari bangku kuliah.

“Di jurusan (Ilmu Komunikasi), saya belajar tentang cara menyusun pesan yang efektif, memahami audiens, dan membangun citra atau persepsi. Semua itu sangat dibutuhkan dalam dunia pemasaran dan penjualan. Jadi saya merasa ini bidang yang cocok dan nyambung sama latar belakang saya,” kata Larindi.

Larindi akan menjalani magang hingga Desember 2025 nanti. Beberapa hal sudah dikerjakan Larindi selama magang, diantaranya membuat database terkait sekolah potensial di wilayah Solo Raya yang bisa diajak bekerja sama dalam program dan layanan dari Educourse.id, khususnya dalam bidang coding, AI, dan robotik. “Saya juga terlibat langsung dalam kegiatan kunjungan ke sekolah-sekolah tersebut untuk menjelaskan program serta menjalin kerja sama, mengingat Educourse saat ini telah menjadi mitra resmi dari Dikdasmen,” ucapnya.

Selain itu, ia belajar banyak mengenai corporate culture yang ada di dalam perusahaan, mulai dari alur kerja tim, sistem pelaporan kegiatan, hingga pentingnya komunikasi internal yang efektif. “Saya juga mempelajari dasar-dasar coding dan artificial intelligence, yang tentunya sangat relevan dengan produk dan layanan yang ditawarkan perusahaan,” kata Larindi.

Larindi mengaku sempat menemui sejumlah tantangan selama menjalani magang. Meski begitu, ia tetap bisa mengatasinya. Salah satu tantangan yang ia hadapi karena belum sepenuhnya menguasai materi tentang coding dan AI. Baginya ini sesuatu hal yang cukup baru.

“Saya mengatasi tantangan ini dengan aktif bertanya kepada mentor, mengikuti diskusi tim, serta membaca beberapa materi yang relevan terutama yang berkaitan dengan kebutuhan divisi Marketing Communication & Sales, agar saya tetap bisa memahami produk secara utuh dan menyampaikannya dengan tepat kepada pihak luar. Secara keseluruhan, magang ini sangat membuka wawasan saya, baik dalam hal komunikasi strategis, dunia edutech, maupun penerapan teknologi dalam pendidikan,” ungkap Larindi.

Dampak dirasakan dan harapan tumbuh

Dari Program Magang Berdampak ini, Larindi mengaku mendapatkan banyak hal yang sangat bermanfaat. Baik dari segi pengalaman kerja, pembelajaran langsung di lapangan, maupun pengembangan soft skill dan hard skill.

“Saya juga mendapat banyak wawasan baru, terutama terkait dunia teknologi pendidikan (edutech), serta belajar mengenal dasar-dasar coding dan AI yang sebelumnya cukup asing bagi saya. Selain itu, saya juga belajar bagaimana bekerja secara profesional, beradaptasi dengan budaya kerja perusahaan, dan menyusun laporan kegiatan secara rutin. Dari sisi manfaat lainnya, saya juga bersyukur karena program ini memberikan uang saku, yang tentu sangat membantu dan menjadi bentuk apresiasi atas kontribusi peserta magang,” ucap Larindi.

Ia berharap dengan mengikuti Program Magang Berdampak pengalaman yang didapatkan bisa menjadi bekal nyata untuk memasuki dunia kerja setelah lulus kuliah. “Saya berharap program ini dapat membantu mengembangkan keterampilan praktis, memperluas wawasan tentang industri yang saya minati, serta membentuk pola pikir yang lebih professional,” harap Larindi.

Selain itu, dirinya berharap bisa memberikan kontribusi nyata kepada perusahaan tempat magang, meskipun dalam kapasitas sebagai mahasiswa. Ia juga ingin terus belajar, beradaptasi, dan tumbuh selama program ini berlangsung, serta terus menjalin relasi yang baik dengan mentor dan tim di lapangan.

“Dan secara lebih luas, saya berharap Program Magang Berdampak ini bisa terus berjalan dan menjangkau lebih banyak mahasiswa di seluruh Indonesia, karena program seperti ini sangat penting untuk menjembatani antara dunia kampus dan dunia kerja,” tutup Larindi.