Studi banding

Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta kembali menjadi magnet dan rujukan bagi perguruan tinggi di Indonesia. Kali ini, UNISA Yogyakarta menerima kunjungan dari Institut Kesehatan YARSI Mataram, Nusa Tenggara Barat, yang melakukan studi banding pada Selasa (4/11/2025).

Rombongan tamu dari YARSI Mataram diterima langsung di Ruang Sidang Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes), Gedung Siti Walidah, UNISA Yogyakarta. Kehadiran mereka disambut hangat oleh Dekan FIKes UNISA Yogyakarta, Dr. Dewi Rokhanawati, S.SiT., M.PH.

Studi Banding

Dalam sambutannya, Dewi Rokhanawati memaparkan profil lengkap UNISA Yogyakarta, termasuk keunggulan fakultas dan program studi yang dimiliki. Ia menegaskan bahwa UNISA Yogyakarta selalu membuka ruang kolaborasi dan berbagi praktik baik antarperguruan tinggi.

“Silakan hari ini kita bisa saling berbagi untuk bersama-sama memberikan kemajuan bagi pendidikan tinggi di Indonesia,” ujar Dewi.

Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerjasama Institut Kesehatan YARSI Mataram, Raden Ahmad Dedy Mardani, S.Kep., NERS., MNS., menyampaikan apresiasi atas sambutan hangat dari UNISA Yogyakarta.

“Tujuan kami datang ke UNISA Yogyakarta adalah untuk menimba ilmu terkait tata kelola dan manajemen yang sudah berjalan dengan baik di kampus ini,” ungkap Dedy.

Ia juga mengakui kekagumannya terhadap kemajuan UNISA Yogyakarta yang dinilai telah berkembang pesat sebagai perguruan tinggi berbasis nilai keislaman, profesional, dan berdaya saing global.

“Melihat paparan yang disampaikan Bu Dekan tadi, kami merasa YARSI Mataram masih sangat jauh dari UNISA Yogyakarta. Namun kami berharap kunjungan ini bisa menjadi pembelajaran berharga untuk berkembang lebih baik,” tambahnya.

Dedy menjelaskan bahwa Institut Kesehatan YARSI Mataram saat ini masih dalam tahap pengembangan setelah bertransformasi dari sekolah tinggi (STIKES).

“Kami baru memiliki dua fakultas dan sembilan program studi,” tuturnya.

Kunjungan ini diharapkan menjadi langkah strategis untuk mempererat kerja sama dan mempercepat peningkatan mutu pendidikan di kedua lembaga. Bagi YARSI Mataram, pengalaman dari UNISA Yogyakarta menjadi inspirasi untuk menerapkan tata kelola perguruan tinggi yang unggul dan berkelanjutan.

Gizi

Cara lama konsultasi gizi yang kaku dan tatap muka tampaknya bakal segera usang. Menjawab tantangan zaman, Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes) Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menggebrak dengan Studium General Gizi Masyarakat di gedung Siti Moendjijah, Kamis (30/10/25).

Gizi

Tema yang diusung pun tak main-main: “Digitalisasi Konseling dan Edukasi Gizi”. Ini adalah sinyal kuat bahwa calon ahli gizi masa depan wajib melek teknologi.

Dekan FIKes UNISA Yogyakarta, Dr. Dewi Rokhanawati, S.SiT., MPH, dalam sambutannya blak-blakan soal tujuan acara ini. Menurutnya, teknologi harus dimanfaatkan secara optimal dalam pelayanan gizi agar lebih efektif dan menjangkau lebih banyak orang.

“Melalui studium generale ini, diharapkan mahasiswa akan lebih memahami pentingnya peran mereka sebagai calon ahli gizi,” ujar Dewi.

Ia menegaskan, mahasiswa didorong untuk berkomitmen lebih dalam studi mereka serta “merencanakan langkah-langkah strategis untuk masa depan di saat perkuliahan dan di dunia kerja,” tambahnya.

Keseriusan acara ini terlihat dari antusiasme peserta. Sebanyak 273 peserta hadir secara hybrid (luring dan daring). Uniknya, tak hanya mahasiswa Gizi semester 5, acara ini juga dihadiri oleh mahasiswa dari prodi Anestesiologi.

Untuk membedah tuntas topik digitalisasi ini, UNISA Yogyakarta menggandeng dua narasumber kaliber internasional. Mereka adalah Muhammad Iqbal Basagili, S.Gz., MPH yang merupakan dosen Politeknik Negeri Jember, dan Dr. Mohd Ramadan Ab. Hamid dari Universiti Teknologi MARA (UiTM) Malaysia. Keduanya mengupas tuntas bagaimana aplikasi, media sosial, dan platform digital bisa menjadi senjata baru ahli gizi dalam memberikan konseling dan edukasi.

Kespro

Sebanyak 134 siswa kelas 4, 5, dan 6 dari SD Muhammadiyah Karangkajen, Yogyakarta, mendapat materi pelajaran yang tak biasa pada Kamis (11/9). Bukan matematika atau IPA, mereka justru diajak oleh tim dari Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta untuk membahas tuntas soal kesehatan reproduksi (kespro).

Langkah berani ini diambil sekolah untuk membekali para siswa dengan pemahaman yang benar menjelang masa pubertas yang krusial.

Kespro

Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Karangkajen, Novia Nuryany, S.Pd., blak-blakan menyebut edukasi ini sangat vital. Menurutnya, pemahaman kespro adalah fondasi agar anak-anak tidak salah langkah dan mampu menjaga diri serta tumbuh kembang secara sehat.

“Kami ingin anak-anak mendapatkan bekal pengetahuan yang tepat dari sumber yang tepercaya. Dengan begitu, mereka bisa lebih siap dan percaya diri saat memasuki fase remaja,” ujar Novia saat membuka acara.

Materi pun dibawakan langsung oleh dr. Windi Sawitri, M.Biomed. Ia mengupas tuntas topik-topik yang sering bikin penasaran: mulai dari perubahan fisik dan psikologis saat puber, cara menjaga kebersihan organ reproduksi, hingga etika pergaulan sehat dengan teman sebaya.

Hasilnya? Di luar dugaan. Ketua tim pelaksana dari UNISA Yogyakarta, Bdn. Fayakun Nur Rohmah, S.ST., MPH, mengaku kaget sekaligus senang melihat antusiasme para siswa.

“Para siswa sangat aktif merespons dan tidak ragu untuk bertanya. Ini menjadi sinyal kuat bahwa edukasi seperti ini memang sangat mereka butuhkan, bahkan sejak di bangku sekolah dasar,” kata Fayakun.

Ia berharap, kegiatan ini tidak hanya berhenti sebagai seremonial, tetapi benar-benar menjadi bekal bagi siswa untuk melewati masa pubertas dengan lebih bertanggung jawab.