Kementerian Pekerjaan Umum mendorong percepatan pembangunan Unisa Student Training Center, saat berkunjung ke Kampus Terpadu Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Selasa (12/8/2025). Unisa Student Training Center diharap menunjang kegiatan belajar mahasiswa Unisa Yogyakarta.
Unisa Student Training Center yang pada awalnya akan dibangun 6 lantai akan menjadi 8 lantai. Gedung ini nantinya akan dioptimalkan untuk kegiatan belajar mengajar dan asrama mahasiswa Unisa Yogyakarta.
Berbagai kegiatan akan dioptimalkan di Unisa Student Training Center, seperti Pespama yang merupakan program pengembangan karakter dan pelatihan kepemimpinan secara berkelanjutan dimulai sejak mahasiswa masuk sampai mahasiswa tingkat akhir, dengan kegiatan yang dinamai kegiatan pesantren pemimpin muda berkemajuan. Lalu Baitul Arqom, yang merupakan kegiatan pelatihan kepemimpinan Unisa Yogyakarta, tidak hanya transfer of knowledge namun transfer kemampuan profesional yang berdasarkan nilai Islam (Qurani).
Kemudian gedung juga akan dioptimalkan untuk kegiatan workshop, pelatihan berbasis praktik. Workshop relevan dengan kebutuhan industri. Training Center yang modern akan terintegrasi dapat menjadi pusat pembelajaran berbasis praktik yang mendukung mahasiswa dalam meningkatkan daya saing. Selain itu juga akan dioptimalkan untuk kegiatan sertifikasi melalui LSP milik Unisa Yogyakarta.
“Unisa Yogyakarta ini sudah masuk tahap arsitektur. Mudah-mudahan ini menjadi awal yang bagus. Kita bikin timeline harus hitung mundur naik lelang kapan. Mudah-mudahan dapat segera,” ungkap Sekretaris Direktorat Jenderal Prasarana Strategis Kementerian PU, Essy Asiah.
Essy mengingatkan penting nantinya untuk memastikan fungsi ruang yang ada. Selain itu dirinya juga menekankan kemudahan dan keselamatan. “Struktur pondasi juga diperhatikan, sirkulasi udara, cahaya. Perhatikan fasadnya itu juga penting. Dalam membangun juga pikirkan nanti untuk perawatannya,” ucap Essy.
Ketua Badan Pembina Harian (BPH) Unisa Yogyakarta, Noordjanah menyambut baik kunjungan dan dukungan dari Kementerian PU untuk pembangunan Unisa Student Training Center. “Mohon supportnya, langkah lanjutnya kita kerjakan sama-sama,” ujar Noordjanah.
Senada dengan Noordjanah, Rektor Unisa Yogyakarta, Warsiti menyambut baik dukungan dari Kementerian PU. Dukungan ini baginya menjadi semangat tersendiri untuk mendukung kegiatan Unisa Yogyakarta. “Menjadi penyemangat kami untuk mempersiapkan Student Training Center,” ucap Warsiti.
https://www.unisayogya.ac.id/wp-content/uploads/2025/08/kementerian-pekerjaan-umum.jpg7201280adminhttps://media.unisayogya.ac.id/wp-content/uploads/2024/01/Logo-Unisa_Horisontal_bg_putih.pngadmin2025-08-12 16:14:512025-08-12 16:14:55Kementerian Pekerjaan Umum Dorong Percepatan Pembangunan Unisa Student Training Center
Tim pengabdian masyarakat Universitas `Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta sukses menggelar program edukasi kesehatan di Rumah Belajar Masyarakat (RBM) Pucanganom, Srumbung, Magelang, Jawa Tengah, Minggu (3/8/2025). Kegiatan yang mendapatkan dana hibah dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemendiktisaintek) ini berfokus pada pelatihan dan peningkatan kapasitas kader posyandu untuk pelayanan kesehatan yang lebih optimal.
Tim dosen Unisa Yogyakarta yang terdiri dari Bidan Dita Kristiana, S.ST., MH., Bidan Esitra Herfanda, S.ST., MH., dan Musoli, SE., MM., bersama mahasiswa, melaksanakan berbagai agenda. Selain memberikan pelatihan manajemen program posyandu, tim juga melakukan praktik langsung, seperti penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, cek tekanan darah, dan pengecekan hemoglobin. Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai pihak, mulai dari sekretaris desa, bidan Puskesmas, kader kesehatan, hingga perwakilan remaja.
Dita Kristiana, selaku ketua tim pengabdian, menjelaskan pentingnya peran posyandu di masyarakat. “Posyandu merupakan wadah pemberdayaan masyarakat untuk alih informasi dan keterampilan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan serta keterampilan hidup sehat,” jelas Dita.
Ia menambahkan, posyandu berfungsi sebagai garda terdepan untuk mendekatkan pelayanan kesehatan yang mencakup upaya promotif dan preventif. “Pelayanan ini meliputi Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS), gizi, aktivitas fisik, dan pencegahan Penyakit Tidak Menular (PTM),” kata Dita.
Dengan bekal pengetahuan dan keterampilan baru ini, diharapkan para kader posyandu di Pucanganom dapat lebih efektif dalam menjalankan tugas, sehingga kualitas kesehatan masyarakat sekitar dapat meningkat secara signifikan.
Penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan pada 1 Mei 2024 mendorong masyarakat di berbagai wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk mencari solusi alternatif pengelolaan sampah. Menjawab tantangan ini, tim dosen Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta berkolaborasi dengan Pimpinan Ranting `Aisyiyah (PRA) Banguntapan 1 menggelar kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk “Implementasi Biopori sebagai Solusi Pengelolaan Air Tanah dan Sampah Organik Rumah Tangga”.
Kegiatan yang berlangsung pada 26 Juli 2025 ini diikuti oleh 25 peserta, mayoritas adalah ibu rumah tangga. Sesi dimulai dengan sosialisasi interaktif yang membahas konsep biopori serta pentingnya konservasi air dan pengelolaan sampah organik di tingkat rumah tangga. Materi disampaikan langsung oleh narasumber dari dosen Program Studi Bioteknologi Unisa Yogyakarta, memberikan pemahaman mendalam secara ilmiah dan praktis.
Selain teori, para peserta juga mendapatkan pelatihan langsung pembuatan lubang biopori. Mereka diajarkan mulai dari teknik pengeboran tanah, pemasangan pipa PVC, hingga cara mengisi lubang dengan sampah organik untuk dijadikan kompos. Sebanyak 10 unit biopori berhasil dipasang di lingkungan rumah warga.
“Teknologi biopori tidak hanya membantu meresapkan air hujan ke dalam tanah, tetapi juga menjadi solusi sederhana dalam mengelola sampah organik menjadi kompos,” ujar Dinar Mindrati Fardhani, M.Biotech., Ph.D, ketua tim pengabdian.
Dampak positif dari kegiatan ini terlihat jelas dari hasil evaluasi. Pemahaman peserta mengenai fungsi biopori melonjak dari 24 persen menjadi 88 persen, sementara minat untuk menerapkannya di rumah naik dari 32 persen menjadi 76 persen. Bahkan, 92 persen peserta menilai pelatihan ini sangat relevan dan bermanfaat bagi kondisi lingkungan mereka. Ketua PRA Banguntapan 1, Siti Maesaroh, menyambut baik inisiatif ini.
“Warga kami sekarang tidak hanya tahu, tetapi juga sudah bisa praktik langsung membuat lubang biopori. Harapan kami, ini menjadi awal dari perubahan perilaku dalam mengelola sampah di rumah,” katanya.
Kedepan, tim pengabdian Unisa berencana mengadakan pelatihan lanjutan tentang pemanfaatan kompos, pemilahan sampah anorganik, dan pengembangan titik-titik biopori strategis. Program ini diharapkan menjadi model pengelolaan sampah dan konservasi air mandiri yang berkelanjutan, sejalan dengan upaya pemerintah daerah dalam mengatasi krisis sampah di DIY.
Beras oplosan marak beredar di tengah masyarakat Indonesia belakangan ini. Tidak hanya persoalan kecurangan dalam perdagangan, beras oplosan jika dikonsumsi masyarakat berdampak mulai dari persoalan penurunan nilai gizi hingga masalah kesehatan.
“Selain bahaya kesehatan langsung akibat bahan kimia, konsumsi beras yang dicampur dan dimanipulasi juga memiliki dampak gizi yang perlu diperhatikan,” ungkap Dosen Gizi Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Faurina Risca Fauzia, Senin (4/8/2025).
Faurina mengatakan pencampuran beras premium dengan beras berkualitas rendah dapat secara signifikan menurunkan nilai gizi nasi yang dikonsumsi, misalnya mengurangi kandungan vitamin B1 yang penting. “Meskipun dampak ini mungkin tidak menyebabkan efek fatal secara langsung, konsumsi rutin dalam jangka panjang dapat menyebabkan defisit gizi kumulatif yang merugikan kesehatan masyarakat,” kata Faurina.
Lebih jauh, konsumsi produk pangan berkualitas rendah atau yang telah dimanipulasi secara keseluruhan dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan kronis. Studi menunjukkan bahwa adulterasi pangan/ tindakan pencampuran dapat berkontribusi pada peningkatan gula darah konsumen, yang berpotensi menyebabkan diabetes, penambahan berat badan di area perut, obesitas, dan peningkatan kadar lipid darah yang dapat memicu tekanan darah tinggi. Praktik adulterasi/ oplosan pada dasarnya mengubah sifat alami makanan, sehingga memperburuk risiko kesehatan yang mungkin sudah ada dari konsumsi makanan berkualitas rendah atau junk food.
Faurina menyebut berbagai studi ilmiah mengkonfirmasi pemahaman tentang bahaya kontaminasi dalam beras, baik yang disengaja maupun alami. Paparan berkepanjangan terhadap zat-zat berbahaya dalam beras oplosan dapat menyebabkan akumulasi senyawa kimia dalam tubuh. “Akumulasi ini akan memperberat kerja sistem detoksifikasi organ vital seperti hati dan ginjal, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerusakan permanen pada organ-organ tersebut,” ujarnya.
Faurina menjelaskan salah satu kontaminan alami yang paling signifikan dalam beras adalah arsenik. Beras (Oryza sativa L.) memiliki kemampuan luar biasa untuk mengakumulasi arsenik, dengan konsentrasi yang bisa mencapai sepuluh kali lebih tinggi dibandingkan sereal lain seperti gandum. Hal ini diperparah oleh cara penanaman padi yang umumnya terendam air, yang mendukung kelarutan arsenik dalam tanah dan penyerapan ke dalam tanaman. Arsenik anorganik, bentuk yang lebih toksik, dapat masuk ke dalam beras melalui transporter silikon yang secara tidak sengaja mengangkut arsenit. Akibatnya, beras menjadi sumber utama paparan arsenik diet, terutama bagi populasi yang mengonsumsi beras dalam jumlah tinggi.
“Paparan arsenik, bahkan pada kadar rendah, dapat menyebabkan mual, muntah, diare, detak jantung tidak teratur, dan kerusakan pembuluh darah. Pada kadar yang tinggi dan paparan jangka panjang, zat ini dapat meningkatkan risiko keracunan arsenik, diabetes tipe 2, hipertensi, gangguan kulit, kerusakan saraf, penyakit jantung, serta berbagai jenis kanker seperti kanker kulit, paru-paru, dan kandung kemih,” ujar Faurina.
Cara mengenali beras oplosan
Faurina mengatakan masyarakat bisa mendeteksi apakah beras yang ada termasuk beras oplosan atau bukan. Pertama, konsumen bisa mulai dengan memahami tanda visual, bau, tekstur, dan rasa. Dari ciri visualnya, bisa diketahui dari warna yang tidak seragam atau terlalu mencolok.
“Beras oplosan sering menunjukkan warna yang tidak merata, di mana butiran putih cerah bercampur dengan yang kusam atau kekuningan. Beberapa beras oplosan juga tampak terlalu putih mengkilap, menyerupai plastik. Beras asli umumnya memiliki warna putih alami, tidak terlalu mengkilap,” jelas Faurina.
Hal kedua yang bisa dilihat secara visual yaitu ukuran butiran bervariasi. Butiran beras oplosan seringkali tidak seragam, mencampur bulir panjang-pendek atau besar-kecil dalam satu kemasan. Beras asli cenderung memiliki ukuran yang seragam dan bentuk gemuk dengan guratan alami pada permukaannya. Beras palsu atau sintetis, di sisi lain, tampak lebih ramping, mulus tanpa guratan, dan bening.
“Kemudian, adanya benda asing saat dicuci. Jika saat mencuci beras muncul serpihan plastik, serbuk putih, atau partikel lain yang tidak biasa, hal ini patut dicurigai sebagai indikasi beras oplosan atau palsu,” ungkap Faurina.
Selain dari tanda visual, untuk mengenali beras oplosan juga bisa dari bau atau aroma. Pertama yang harus dicurigai ketika menemukan aroma mencurigakan. “Beras oplosan mungkin mengeluarkan bau apek, bau kimiawi, bau sangit seperti plastik terbakar, atau bahkan tidak berbau sama sekali. Beras asli umumnya memiliki aroma khas yang netral, sedikit harum, atau wangi pandan yang lembut,” ucap Faurina.
Mengenali beras oplosan atau asli juga bisa dilihat dari segi teksturnya saat masih mentah. Pertama terlalu halus dan licin, beras oplosan sering terasa terlalu halus, licin, dan mengkilap seperti plastik saat disentuh. Beras asli memiliki permukaan yang cenderung kasar. Kedua, keras atau tidak mudah patah. Jika butiran beras oplosan ditekan dengan kuku, cenderung terasa keras dan tidak mudah patah. Beras berkualitas baik tidak mudah remuk saat diremas.
“Menempel di tangan. Jika beras cenderung menempel pada telapak tangan saat diremas dalam keadaan kering, ini bisa menjadi indikasi bahwa beras tersebut telah dicampur dengan pelicin bahan kimia,” tutur Faurina.
Beras asli dan oplosan juga bisa dikenali setelah dimasak. Nasi yang dihasilkan dari beras oplosan bisa terasa aneh, terlalu lembek, cepat basi, atau cepat mengeras dan sulit dicerna setelah dingin (Nasi Tidak Wajar). Beras sintetis juga dapat mengeluarkan air saat dimasak, bukan menyerapnya seperti beras normal. Nasi normal, dari beras asli akan menghasilkan nasi yang lembut, pulen, manis, dan mudah dikunyah.
“Untuk mengenali beras oplosan atau bukan, bisa juga dengan melakukan tes tambahan. Pertama tes air, beras oplosan atau palsu cenderung mengapung saat direndam dalam air, sedangkan beras asli akan tenggelam karena berat jenisnya lebih tinggi. Air rendaman beras asli akan berubah menjadi keruh keputihan, sementara air rendaman beras palsu akan tetap jernih. Kedua tes bakar, beras palsu yang terbuat dari plastik akan meleleh atau mengeluarkan bau plastik terbakar saat dibakar,” ujar Faurina.
Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta bekerja sama dengan Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Gamping melaksanakan program pengabdian masyarakat bertajuk PESONA (Pengelolaan Sampah Organik Mandiri) yang berlangsung sejak Februari hingga Juli 2025. Program ini hadir sebagai upaya konkret dalam meningkatkan produktivitas masyarakat dan menjaga kesehatan lingkungan melalui pengelolaan sampah organik yang berkelanjutan.
Kegiatan ini dilaksanakan di beberapa titik binaan LLHPB PCA Gamping dengan melibatkan dosen dan mahasiswa lintas program studi di Unisa Yogyakarta, khususnya dari bidang kesehatan dan lingkungan. Program PESONA dirancang untuk mendorong kemandirian masyarakat dalam memilah dan mengelola sampah rumah tangga menjadi kompos, eco-enzyme, dan produk olahan ramah lingkungan lainnya.
“PESONA tidak hanya sekadar tentang mengelola sampah, tetapi juga membangun kesadaran kolektif masyarakat untuk menjadikan lingkungan sebagai ruang yang sehat dan produktif,” ungkap Ketua Tim Pengabdian Unisa Yogyakarta, yang juga Dosen Bioteknologi Unisa Yogyakarta, Arif Bimantara, Senin (4/8/2025).
Melalui pelatihan, praktik langsung, dan pendampingan rutin, warga diajak untuk mengubah kebiasaan membuang sampah menjadi aktivitas produktif bernilai ekonomi. Produk seperti maggot kering menjadi target utama dari pengabdian masyarakat bersama LLHPB PCA Gamping. Kerja sama Unisa Yogyakarta dengan LLHPB PCA Gamping ini juga merupakan wujud implementasi nilai-nilai green campus dan community engagement yang selama ini menjadi bagian penting dari misi tridharma perguruan tinggi.
Dengan berakhirnya program PESONA pada Juli 2025, Unisa Yogyakarta dan LLHPB PCA Gamping berharap semangat pengelolaan sampah organik secara mandiri dapat terus berkembang dan direplikasi di wilayah lain, demi terciptanya masyarakat yang sehat, produktif, dan peduli lingkungan.
https://www.unisayogya.ac.id/wp-content/uploads/2025/08/kesehatan-lingkungan.jpg10781430adminhttps://media.unisayogya.ac.id/wp-content/uploads/2024/01/Logo-Unisa_Horisontal_bg_putih.pngadmin2025-08-11 15:15:442025-08-11 15:15:51Tingkatkan Produktivitas dan Kesehatan Lingkungan, Unisa Yogyakarta dan LLHPB PCA Gamping Gelar Program PESONA