Webinar Internasional

Program Studi Radiologi Program Diploma III Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes) Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta sukses menggelar webinar internasional bertajuk “Radiologi Saluran Pencernaan”, Sabtu (25/1/2025). Acara ini merupakan hasil kerja sama dengan Majelis Kesehatan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Universiti Teknologi MARA Malaysia.

Webinar Internasional

Webinar internasional ini menghadirkan empat narasumber ahli pada bidang radiologi, baik dari Indonesia maupun Malaysia yaitu Sofie Nornalita Dewi, S.Tr. Kes., M.Tr.ID (Dosen UNISA Yogyakarta), dr. Bestari Ariningrum Setyawati, M.Si., Med. Sp. Rad. (Dokter Spesialis Radiologi RS dr. Sardjito), Leong Sook Sam (Dosen Universiti Teknologi MARA), Muhammad Riddha Bin Abdul Rahman, Ph.D. (Dosen Universiti Sultan Zainal Abidin).

Ketua panitia webinar Internasional, Mohammad Zaim, S.Si., M.Sc., menyampaikan bahwa acara ini diikuti oleh 613 peserta yang berasal dari Indonesia dan Malaysia. Peserta terdiri dari berbagai kalangan, termasuk radiografer, dokter spesialis radiologi, dokter umum, perawat, fisikawan medis, dokter spesialis penyakit dalam, serta mahasiswa dari kedua negara.

Wantonoro, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp. Kep. MB., Ph.D selaku Wakil Dekan III FIKes Bidang Kemahasiswaan dan Alumni UNISA Yogyakarta menyampaikan penghargaan kepada seluruh peserta dan panitia atas suksesnya penyelenggaraan webinar ini. Ia berharap melalui webinar ini, pengetahuan peserta mengenai radiologi gastrointestinal dapat meningkat, serta diadakan diskusi interaktif yang bermanfaat antara peserta dan narasumber.

Acara webinar internasional ini berlangsung dengan baik dan lancar dari pagi hingga sore hari. Meskipun dilaksanakan secara daring, seluruh peserta menunjukkan antusiasme yang tinggi dalam mengikuti setiap sesi acara dan berpartisipasi aktif dalam diskusi yang dipandu oleh moderator.

Di akhir acara, pembawa acara, Ms. Setya mengumumkan para pemenang lomba poster dan video “SACRUM” Internasional yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Radiologi (HIMARA) UNISA Yogyakarta.

Hari Jadi 1

Health Architecture Center (HAC) Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta merayakan hari jadinya yang ke-8 pada tanggal 23 Januari 2025. Didirikan pada tahun 2017, HAC Unisa telah menjadi pusat studi arsitektur yang berfokus pada riset dan solusi inovatif di bidang arsitektur kesehatan.

Dalam rangka memperingati ulang tahunnya, HAC UNISA menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam atas dukungan dari berbagai pihak, termasuk UNISA Yogyakarta, kolega, dan mitra-mitra strategis.

HAC Unisa didirikan oleh Program Studi Arsitektur UNISA Yogyakarta sebagai wujud komitmen untuk mengembangkan keilmuan dan praktik arsitektur berbasis riset. Pusat studi ini memiliki fokus utama pada arsitektur kesehatan, dengan tujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan berkelanjutan.

“Memasuki sewindu usia HAC UNISA, kami memperkuat pondasi operasional dan target-target ke depan,” ujar Aprodita Emma, Direktur HAC Unisa.

Aprodita juga menambahkan bahwa beberapa akselerasi program akan dijalankan ke depan, seperti wakaf desain masjid-mushola, baik untuk otonom Muhammadiyah-Aisyiyah maupun masyarakat umum.

Inisiatif wakaf desain masjid dan mushola merupakan salah satu program unggulan HAC UNISA dalam rangka memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat. Program ini bertujuan untuk menyediakan desain arsitektur yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, khususnya dalam pembangunan tempat ibadah.

“Besar harapan kami, dengan dukungan dari internal maupun mitra, dapat semakin memperkuat HAC dan semakin menebar manfaat,” lanjut Aprodita.

Selama 8 tahun berkiprah, HAC UNISA telah memberikan kontribusi dalam pengembangan arsitektur kesehatan di Indonesia. Berbagai riset dan proyek inovatif telah dihasilkan oleh pusat studi ini, dengan tujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan nyaman bagi masyarakat.

HAC UNISA juga terlibat dalam berbagai kegiatan seminar, workshop, dan pelatihan yang berkaitan dengan arsitektur kesehatan. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya arsitektur dalam menciptakan lingkungan yang sehat.

Di usia yang ke-8 ini, HAC Unisa memiliki harapan besar untuk terus berkembang dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi masyarakat. Dengan dukungan dari berbagai pihak, HAC Unisa yakin dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

Reakreditasi

Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes) Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menerima kunjungan dari tim asesor Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAMPT-Kes) pada Jumat (31/1/2025). Kunjungan ini merupakan bagian dari proses reakreditasi prodi gizi yang bertujuan untuk memastikan kualitas dan standar pendidikan yang diberikan.

Asesmen lapangan ini dilaksanakan di ruang sidang lantai 4 gedung Siti Moendjijah dan dihadiri oleh dua asesor dari LAMPT-Kes, yaitu Dr. Ahmad Faridi, SP, MKM., C.IP., C.TM dan Dr. Muflihah Isnawati, DCN, M.Sc. Keduanya bertugas untuk melakukan pemeriksaan data serta wawancara dengan mahasiswa dan stakeholder UNISA Yogyakarta.

Rektor UNISA Yogyakarta, Dr. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat, dalam sambutannya menyampaikan dukungan penuh terhadap proses reakreditasi ini. Ia juga berharap bahwa segala upaya yang dilakukan dapat membawa Prodi Gizi UNISA Yogyakarta menjadi unggul, semakin berkualitas, dan mampu berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.

“Semoga segala upaya yang kita lakukan hari ini akan membawa kita menuju Prodi gizi Unggul, semakin berkualitas dan mampu berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat,” tutur Warsiti.

Sementara itu, Dr. Ahmad Faridi menjelaskan bahwa tugasnya dalam asesmen lapangan ini adalah untuk memvalidasi dan memverifikasi data serta bukti yang telah dikirimkan oleh Prodi Gizi ke LAMPT-Kes. Beliau juga menekankan pentingnya kerja sama dari semua pihak terkait untuk menyiapkan data yang dibutuhkan oleh asesor.

“Kami hanya butuh kerja sama dari semua pihak yang ada di sini untuk menyiapkan apa yang dibutuhkan oleh asesor, yaitu berupa data-data yang kami butuhkan untuk kami lihat sudah sesuai,” ucap Faridi.

Hasil dari asesmen lapangan ini akan menjadi dasar bagi LAMPT-Kes untuk menentukan status akreditasi Prodi Gizi UNISA Yogyakarta. Akreditasi ini penting untuk menjamin mutu pendidikan dan lulusan Prodi Gizi, serta memberikan kepercayaan kepada masyarakat bahwa prodi ini memenuhi standar yang telah ditetapkan.

Demam Berdarah

Musim penghujan yang tengah berlangsung membawa dampak yang beragam, dari manfaat bagi sektor pertanian hingga tantangan dalam kesehatan masyarakat. Salah satu penyakit yang kerap menjadi perhatian utama di musim ini adalah Demam Berdarah Dengue (DBD). Penyakit ini menjadi ancaman serius setiap tahun, terutama di daerah tropis seperti Indonesia. Kelembapan tinggi dan genangan air akibat hujan menciptakan lingkungan yang ideal untuk berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti, vektor utama penyebar virus dengue.

Genangan air yang terbentuk di berbagai tempat, mulai dari selokan, wadah air terbuka, hingga benda-benda bekas seperti kaleng atau ban bekas, menjadi tempat bagi nyamuk untuk bertelur. Nyamuk betina Aedes aegypti hanya membutuhkan sedikit air untuk meletakkan telurnya, yang kemudian akan menetas menjadi larva dalam beberapa hari. Siklus hidup nyamuk yang cepat ini membuat populasinya dapat meningkat drastis selama musim penghujan, memperbesar risiko penularan DBD.

Penyebaran virus dengue terjadi ketika nyamuk yang sudah terinfeksi menggigit manusia. Virus tersebut masuk ke aliran darah melalui air liur nyamuk dan mulai bereplikasi di dalam tubuh. Gejala DBD biasanya muncul dalam waktu empat hingga sepuluh hari setelah gigitan, ditandai dengan demam tinggi, nyeri kepala hebat, nyeri sendi, serta munculnya bintik-bintik merah pada kulit. Pada kasus yang lebih parah, penyakit ini dapat menyebabkan kebocoran plasma, perdarahan, bahkan kematian jika tidak segera ditangani.

Musim penghujan juga memperpanjang masa hidup nyamuk. Kelembapan yang tinggi selama musim ini memberikan kondisi yang ideal bagi nyamuk untuk tetap aktif menggigit dan menyebarkan virus. Tidak hanya di luar ruangan, nyamuk Aedes aegypti juga dapat berkembang biak di dalam rumah, terutama pada wadah air yang tidak tertutup atau tidak rutin dikuras, seperti bak mandi, dispenser, dan tempat minum hewan peliharaan.

Situasi ini diperburuk oleh rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Banyak orang tidak menyadari bahwa genangan kecil sekalipun dapat menjadi tempat bertelur bagi nyamuk. Selain itu, kebiasaan menumpuk sampah atau membiarkan barang bekas di sekitar rumah tanpa dikelola dengan baik juga turut meningkatkan risiko.

Perubahan iklim global turut memengaruhi pola penyebaran DBD. Suhu yang semakin hangat dan hujan yang turun lebih sering menciptakan siklus musim penghujan yang lebih panjang. Hal ini memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak lebih banyak dan mempercepat siklus penyebaran virus dengue. Kombinasi antara perubahan iklim dan kurangnya langkah pencegahan yang efektif menyebabkan jumlah kasus DBD meningkat setiap tahunnya di berbagai wilayah.

Pemerintah dan berbagai lembaga kesehatan telah mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan risiko penyebaran DBD. Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang melibatkan masyarakat menjadi salah satu upaya utama dalam menekan populasi nyamuk. Fogging atau pengasapan juga dilakukan di daerah dengan kasus tinggi untuk membunuh nyamuk dewasa. Namun, keberhasilan program ini sangat bergantung pada partisipasi aktif masyarakat.

Selain itu, edukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan harus terus digalakkan. Masyarakat perlu memahami bahwa pencegahan lebih efektif daripada pengobatan. Mengenali gejala awal DBD dan segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan juga menjadi kunci untuk mengurangi angka keparahan dan kematian akibat penyakit ini.

Meski demikian, upaya pemerintah tidak cukup tanpa dukungan penuh dari masyarakat. Setiap individu memiliki peran penting dalam mencegah penyebaran DBD, terutama dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah. Dengan membersihkan genangan air secara rutin, menutup wadah penampung air, dan mendaur ulang barang bekas, kita dapat memutus siklus hidup nyamuk Aedes aegypti.

Penulis : Wawan Febri Ramdani Dosen Keperawatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Simulasi Bencana 2

Program Studi Keperawatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (UNISA) menggelar simulasi penanganan bencana gempa bumi yang melibatkan 232 mahasiswa tingkat akhir. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi teknis dan kesiapan mental mahasiswa dalam menghadapi situasi darurat bencana, Sabtu (25/01).

Simulasi ini merupakan bagian dari mata kuliah Keperawatan Bencana dan dilaksanakan bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Pusat Studi Perempuan, Keluarga, dan Bencana (PSPKB) UNISA, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, dan Dinas Sosial DIY (TAGANA).

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UNISA Yogyakarta, Dr. Rokhana Dewi, SSiT., MPH, membuka acara ini dengan menekankan pentingnya pelatihan bagi mahasiswa kematian dalam menghadapi tantangan bencana.

“Pelatihan ini membekali mahasiswa menjadi tenaga kesehatan yang tangguh, kompeten, dan responsif,” ujar Dewi.

Kepala Program Studi Keperawatan UNISA Yogyakarta, Dr. Sarwinanti, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Mat., menambahkan bahwa simulasi ini tidak hanya melatih keterampilan teknis, tetapi juga membangun karakter siswa agar mampu bekerja dalam tim dan mengambil keputusan cepat di bawah tekanan.

Simulasi ini dipandu oleh tim dosen yang ahli di bidang gawat darurat dan bencana, yaitu Wawan Febri Ramdani, S.Kep., Ns., M.Kep., Dwi Prihatingsih, S.Kep., Ns., M.Ng., Efi Fibriyanti, S.Kep., Ns., M.NS., serta Abdul Aziz, Enaryaka dan lainnya. Mereka mendampingi mahasiswa dalam skenario gempa bumi besar yang menyebabkan kerusakan infrastruktur dan banyak korban jiwa.

Mahasiswa dibagi menjadi beberapa tim dengan peran masing-masing, seperti Tim Rapid Health Assessment (RHA), Tim Field Hospital, Tim Emergency Medical Team (EMT), dan Tim Support. Setiap tim memiliki tugas khusus dalam menangani situasi darurat, mulai dari penilaian awal hingga evakuasi korban.

Simulasi ini dirancang dengan tingkat realisme yang tinggi, menggunakan properti dan peralatan medis yang menyerupai kondisi nyata di lapangan. Hal ini bertujuan untuk memberikan pengalaman langsung kepada mahasiswa, sehingga mereka dapat merasakan tekanan dan tantangan yang muncul dalam situasi bencana.

Dewi menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu bentuk komitmen UNISA untuk mendukung program pemerintah dalam pengurangan risiko bencana. Ia berharap kegiatan ini dapat memberikan manfaat langsung bagi pelajar, baik selama masa studi maupun saat mereka terjun ke sebagai masyarakat tenaga kesehatan profesional.