Jagung

Tim peneliti dari Program Studi Bioteknologi Universitas ’Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta berhasil menciptakan inovasi pangan yang mengagumkan sekaligus bikin hepi perut. Bayangkan saja, jagung manis yang biasanya direbus atau dibakar, kini disulap menjadi yogurt probiotik yang diberi nama “Cornghurt”. Produk ini bukan sekadar yogurt biasa, tapi juga jadi solusi asyik buat mereka yang alergi susu atau ogah produk hewani.

Dua peneliti yang merupakan dosen prodi Bioteknologi UNISA Yogyakarta, Nosa dan Annisa, mengungkapkan bahwa “Cornghurt” ini hadir sebagai jawaban atas kebutuhan masyarakat akan pangan fungsional yang lezat sekaligus menyehatkan pencernaan. Keunggulan utamanya? Tentu saja karena bahan dasarnya dari jagung manis, bukan susu! Jadi, buat para pejuang intoleransi laktosa dan alergi produk susu, kini bisa tetap menikmati segudang manfaat yogurt.

Proses pembuatan “Cornghurt” ini mirip dengan pembuatan yogurt tradisional, yakni melalui fermentasi. Bedanya, bahan baku utamanya adalah jagung manis yang difermentasi menggunakan kultur bakteri probiotik pilihan. Istimewanya lagi, isolat bakteri probiotik yang digunakan ini adalah hasil “karya sendiri” tim peneliti UNISA Yogyakarta yang sudah dikembangkan sejak tahun 2018. Bakteri Lactiplantibacillus plantarum strain AS4, yang diisolasi dari Air Susu Ibu (ASI) pada tahun 2018 melalui pendanaan Kemenristekdikti, menjadi bintang utama dalam fermentasi “Cornghurt” ini. Inovasi ini jelas memanfaatkan potensi lokal jagung manis sebagai komoditas unggulan Indonesia sekaligus menjawab tantangan kebutuhan produk bebas laktosa dari protein hewani.

Ketua tim peneliti, Nosa, dengan antusias menjelaskan bahwa “Cornghurt” memiliki kandungan asam laktat, protein, dan aktivitas antibakteri yang tinggi. Kombinasi ini sangat baik untuk menjaga keseimbangan mikroflora usus.

“Kami ingin menghadirkan produk sehat yang bisa dinikmati semua kalangan, termasuk yang punya masalah dengan laktosa dan alergi produk hewani,” ujarnya dalam keterangan resmi pada Kamis (17/04).

Hasil uji laboratorium pun tak kalah mentereng. “Cornghurt” terbukti memiliki aktivitas antibakteri probiotik Lactiplantibacillus plantarum strain AS4 yang signifikan. Bakteri baik ini ampuh menjaga kesehatan saluran pencernaan sekaligus memberikan perlindungan alami terhadap bakteri jahat seperti Escherichia coli dan Staphylococcus aureus. Fortifikasi bakteri probiotik ini dalam fermentasi jagung manis terbukti mampu meningkatkan aktivitas antibakteri “Cornghurt” secara signifikan.

Soal rasa, jangan khawatir! “Cornghurt” punya cita rasa khas yang tidak terlalu asam, justru cenderung manis alami karena bahan dasarnya jagung manis. Teksturnya pun lembut, sehingga disukai oleh berbagai kelompok usia. Hasil uji laboratorium ini semakin mengukuhkan “Cornghurt” sebagai kandidat kuat untuk dikembangkan menjadi produk pangan fungsional komersial yang bernilai tambah tinggi.

Dengan dukungan pendanaan Penelitian Fundamental Riset-Mu tahun 2025, inovasi ini diharapkan menjadi pijakan untuk pengembangan produk olahan fermentasi lokal yang lebih sehat dan bernilai jual tinggi. Tentu saja, ini juga akan mendukung ketahanan pangan berbasis inovasi dan memberdayakan petani jagung lokal. Potensi ekonomi “Cornghurt” juga sangat besar, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan sehat. Ke depan, tim peneliti Unisa berencana menggandeng industri untuk memproduksi “Cornghurt” secara massal dan menjangkau pasar yang lebih luas. “Cornghurt” hadir sebagai solusi lokal yang mengedepankan gizi, keberlanjutan, dan inovasi.

Mahasiswa kedokteran

Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta telah mencetak sejarah baru dengan melantik Himpunan Mahasiswa Kedokteran yang pertama kalinya, dalam agenda Pelantikan Akbar Organisasi Kemahasiswaan yang digelar di Hall Baroroh Baried pada Selasa (22/4/2025).

Pelantikan ini merupakan momen bersejarah yang mencerminkan awal perjalanan dunia akademik dan juga organisasi bagi mahasiswa kedokteran UNISA Yogyakarta. Fakultas Kedokteran sendiri merupakan fakultas termuda yang diresmikan pada tahun 2024 lalu.

Ketua Himpunan Mahasiswa Kedokteran, Syamaidzar menyatakan bahwa lahirnya Himpunan Mahasiswa Kedokteran yang pertama ini, memiliki beberapa tantangan yang harus dihadapi, yaitu kesibukan mahasiswa Kedokteran dengan dunia akademiknya.

“Kedokteran itu kan identik dengan kepadatan jadwal, kepadatan ini kadang jadi suatu kendala, karena di sisi lain kita harus fokus organisasi dan fokus akademik. Menurut saya itu adalah tantangan yang terbesar, terutama bagi saya dan teman-teman yang menjadi pengurus,” ujarnya.

Meskipun, dibayang-bayangi oleh kesibukan akademik yang padat, Syamaidzar tetap menaruh rasa optimis dalam dirinya dan ingin menghilangkan stigma tersebut. Ia percaya bahwa, mahasiswa Fakultas Kedokteran UNISA Yogyakarta dapat mengatur waktu antara organisasi dan akademik dengan baik serta aktif dalam berbagai kegiatan di kampus.

“Kami dari kedokteran, walaupun kita sesibuk seperti apapun, kita juga bisa tetap menjalin relasi yang baik dengan yang lain. Seperti dari teman kami, sering mengikuti kegiatan UKM di kampus maupun kegiatan positif di kampus,” imbuhnya.

Wakil Rektor III UNISA Yogyakarta, Prof. Dr. Mufdlilah, S.SiT., M.Sc., berpesan kepada para pengurus organisasi yang terpilih, agar menjadi pemimpin yang tidak hanya melayani saja, tetapi juga berprestasi. Ia berharap semangat dalam organisasi yang ada, tidak meruntuhkan nilai akademik, sehingga menjadi contoh yang baik bagi para mahasiswa.

“Menjadi pemimpin itu bukan hanya mengorbankan, bukan hanya melayani. Tetapi harus bisa melayani diri yang lebih, malu dong jika kita tidak bisa menjadikan diri menjadi orang yang teladan, itu yang harus menjadi cita-cita,” tutupnya.

Ormawa

Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta resmi melantik 36 Organisasi Mahasiswa (Ormawa) secara serentak dalam acara Pelantikan Akbar di Hall Baroroh Baried pada Selasa (22/4/2025). Acara ini merupakan momen penting dalam menandai dimulainya masa kepengurusan baru bagi seluruh organisasi kemahasiswaan UNISA.

Rektor UNISA Yogyakarta, Dr. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat menyampaikan dalam sambutannya, bahwa agenda pelantikan ini jangan hanya dimaknai sebatas agenda seremonial saja, akan tetapi menjadi sebuah momen penting perjalanan untuk memupuk jiwa kepemimpinan.

“Karena kepemimpinan itu bukan hanya sekedar mempunyai jabatan, tapi juga butuh pengorbanan. Jadi saya rasa itu harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan punya semangat untuk melayani,” katanya.

Presiden mahasiswa terpilih, Lukmanul Hakim, berharap pada acara pelantikan ini dapat melahirkan kepemimpinan baru yang mampu bergerak dan menginspirasi.

“Kawan-kawan, kita butuh pemimpin yang berani mengambil beban, yang berpikir progresif dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman. Mari kita kawal bersama proses ini, karena mahasiswa harus diberi ruang untuk tumbuh,” ujarnya.

Demisioner presiden mahasiswa, Esa Jongko Budi Angkoso mengucapkan rasa terima kasih kepada seluruh elemen yang sudah membantu menyukseskan acara. Ia juga berpesan kepada seluruh pengurus Ormawa terpilih untuk tetap terus belajar dan berproses.

“Kami berpesan untuk terus belajar menikmati proses tanpa protes. Jadilah versi terbaik dari diri kalian setiap harinya. Maka bolehlah badan lelah, tapi hati tidak boleh menyerah. Karena orang hebat tercipta dari tantangan dan air mata,” tutupnya.

Kekerasan

Berbagai kasus kekerasan seksual dan pelecehan seksual belakangan muncul dari kalangan terpelajar. Ironi yang terjadi turut menjadi perhatian bagi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA).

Melihat rentetan kejadian yang ada, Menteri PPPA, Arifah Fauzi mengatakan Kementerian PPPA bersama Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) menginisiasi memberikan pembekalan tentang bahaya kekerasan terhadap perempuan, saat penerimaan mahasiswa baru.

“Mahasiswa ospek harus ada materi tentang bahayanya kekerasan terhadap perempuan,” ucap Arifah, ditemui di Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, Sabtu (19/4/2025).

Selain itu, Arifah menyebut setiap mahasiswa baru juga harus punya komitmen atau semacam pakta integritas. Bila mereka melakukan kekerasan, maka akan ada konsekuensinya. “Seluruh Indonesia deklarasi kampus anti kekerasan, dan ramah terhadap perempuan,” tegas Arifah.

Rektor UNISA Yogyakarta, Dr. Warsiti mengatakan UNISA Yogyakarta memiliki komitmen untuk perlindungan dan pemberdayaan perempuan. UNISA Yogyakarta juga memiliki konsen pada bidang kesehatan mencoba menjalankan berbagai program, salah satunya community development, dengan menguatkan masyarakat dengan wawasan kesehatan.

“Kami mendorong teman-teman civitas UNISA Yogyakarta ini yang 80 persennya perempuan. Mendorong dosen kami melakukan riset, pemberdayaan perempuan. Bahkan itu jadi indikator khusus, fokus pemberdayaan perempuan dan anak,” ungkap Warsiti.

Warsiti menyebut kekerasan terhadap perempuan juga menjadi perhatian khusus bagi UNISA Yogyakarta. Dikatakannya kekerasan ini perlu diantisipasi. Disebutnya UNISA Yogyakarta juga memiliki Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS). “Kita mengkampanyekan kampus ramah anak, perempuan, disabilitas, salah satu program kami,” ujarnya.

Kartini

Dalam rangka memperingati Hari Kartini yang bertepatan pada tanggal 21 April 2025, Wakil Rektor III Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, Prof. Dr. Mufdlilah, S.SiT., M.Sc., memberikan pesan kepada para mahasiswa UNISA terkhusus perempuan, untuk merefleksikan kembali semangat juang yang membara pada RA Kartini. Hal itu bisa diwujudkan dengan berpikir merdeka, berani bersuara dan berani mengambil peran.

“Hari ini, Kartini mengamanahkan kepada kita sekaligus harapan, agar kita senantiasa terlibat didalam sebuah proses pendidikan, kewirausahaan, pengambilan kebijakan, bahkan didalam mendidik anak, sehingga perempuan memiliki akses untuk berkembang dan maju,” kata Mufdlilah, di UNISA Yogyakarta, Senin (21/4/2025).

Mufdlilah juga berharap kepada mahasiswa UNISA Yogyakarta khususnya perempuan dalam mengisi Hari Kartini 2025, agar dapat berperan dan menjadi penggerak dalam masyarakat, yaitu dengan mengasah diri menjadi seorang pemimpin yang berani dan berkarakter positif.

“Ini tidak mudah loh ya, banyak sekali tantangan yang ada. Akan tetapi ini bisa terwujud jika kita para perempuan, mau untuk bergandengan tangan serta menguatkan solidaritas antar perempuan. Sehingga para perempuan di UNISA berani untuk mengambil keputusan, berani bertindak dan berani bersuara layaknya RA. Kartini,” imbuhnya.

Mufdlilah juga menyoroti kasus ketimpangan gender yang terjadi terhadap perempuan. Terkadang hal itu disebabkan oleh perempuan itu sendiri. Dimana mereka masih menganggap laki-laki lebih dominan dan memiliki otoritas lebih dibanding perempuan, sehingga peran perempuan didalam sektor publik menjadi terbatas.

“Saya kira masih ada hal, dimana perempuan belum berani untuk menjadi orang yang terdepan. Ada perempuan yang bilang ‘Ya sudah Bapak, ya sudah kamu yang laki-laki’, di forum-forum ini, kadang kepemimpinan itu belum berani diambil posisinya,” ujarnya.

Menurut Mufdlilah, perempuan yang memiliki sifat takut untuk ambil peran, takut untuk bersuara, takut untuk melawan, menjadikan perempuan itu sebagai mangsa yang empuk bagi para pelaku pelecehan seksual. Sifat inilah yang membuat perempuan dipandang sebagai makhluk yang lemah yang tidak bisa membela diri. Ia juga mengajak kepada seluruh perempuan yang ada di UNISA Yogyakarta untuk menaikan value dalam dirinya, berani melawan dan berani bersuara agar tidak direndahkan dan dilecehkan.

“Saya kira, perempuan sudah saatnya untuk berani berpikir kritis, berpikir merdeka, punya pendapat yang merdeka, karena di dalam model pelecehan seksual itu, kalau hanya diam ya sudah tertanam, kelemahan perempuan itu kan kayak malu, tidak berani, takut, khawatir. Nah, itu harus dihilangkan sebagai nilai emansipasi dari Ibu Kartini,” tutupnya.