Ibu Hamil 1

Penelitian kolaboratif yang dilakukan oleh Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta dan Universitas Sebelas Maret (UNS) telah berhasil mengeksplorasi implementasi nilai-nilai keislaman dalam pelayanan kebidanan pada ibu hamil. Fokus utama penelitian ini adalah bagaimana mahasiswa kebidanan mampu mengintegrasikan pendekatan spiritual dalam praktik asuhan kebidanan, khususnya untuk meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan pasien.

Ibu Hamil

Penelitian yang diketuai Endang Koni Suryaningsih, S.ST., MSc.N-M., Ph.D ini beranggotakan tim dosen dan mahasiswa Bidan dari Unisa Yogyakarta bersama tim dari dosen dan mahasiswa bidan UNS ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam, observasi, dan analisis data dari mahasiswa kebidanan semester V. Partisipan dipilih berdasarkan pengalaman mereka dalam praktik klinik kebidanan. Penelitian ini berhasil mengungkapkan berbagai cara nilai-nilai keislaman diterapkan dalam pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil.

Koni mengatakan temuan penelitian ini pertama implementasi nilai-nilai keislaman dalam pelayanan kebidanana, dalam praktik kebidanan, mahasiswa membiasakan diri membaca basmalah sebelum tindakan dan hamdalah setelah selesai. “Mereka juga memberikan bimbingan spiritual kepada ibu hamil, seperti mengajarkan doa sebelum persalinan atau menyarankan dzikir dan doa untuk mengatasi kecemasan. Praktik ini tidak hanya mendukung ibu hamil secara psikologis tetapi juga memberikan pengalaman spiritual yang bermakna,” kata Koni, Senin (9/12/2024).

Kedua, manfaat pendekatan spiritual bagi pasien; Pendekatan berbasis keislaman membantu mengurangi kecemasan ibu hamil, menciptakan rasa tenang, dan meningkatkan kepercayaan terhadap penyedia layanan kesehatan. Ibu hamil yang menerima dukungan spiritual ini merasa lebih siap menghadapi persalinan, yang pada akhirnya dapat membantu proses persalinan berjalan lebih lancar.

Ketiga, kegunaan nilai keislaman bagi mahasiswa; Mahasiswa yang terlibat dalam penelitian ini mengaku bahwa penerapan nilai-nilai keislaman membantu mereka menjadi lebih empati dan komunikatif dalam memberikan pelayanan. Selain itu, pengalaman ini memperkuat pemahaman mereka tentang pentingnya memberikan asuhan yang holistik, mencakup aspek fisik, psikologis, dan spiritual.

Keempat, tantangan dalam Implementasi; Beberapa mahasiswa menghadapi kendala seperti keterbatasan waktu selama praktik klinik dan kurangnya pemahaman pasien tentang pentingnya aspek spiritual dalam pelayanan kesehatan. Namun, kendala ini dapat diatasi dengan komunikasi yang efektif dan pelatihan lebih lanjut.

Koni mengatakan kesimpulan penelitian ini bahwa penerapan nilai-nilai keislaman dalam pelayanan kebidanan memberikan manfaat besar, baik bagi mahasiswa maupun pasien. Mahasiswa mampu memberikan asuhan yang lebih humanis, sementara pasien merasa lebih nyaman dan dihargai.

“Beberapa rekomendasi dari hasil penelitian ini meliputi, penguatan kurikulum yaitu menambahkan modul pembelajaran terkait pendekatan spiritual dalam pelayanan kebidanan. Pelatihan praktik klinis, mengadakan pelatihan intensif bagi mahasiswa untuk meningkatkan keterampilan dalam mengintegrasikan aspek spiritual dalam pelayanan. Evaluasi layanan, mengembangkan mekanisme evaluasi untuk memastikan implementasi nilai-nilai keislaman dalam praktik kebidanan,” ujar Koni.

Koni mengatakan dampak yang diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam pengembangan pendidikan kebidanan di Indonesia. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai keislaman, profesi kebidanan dapat memberikan pelayanan yang lebih komprehensif dan bermakna, serta mendukung upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di masyarakat. 

“Penelitian ini juga menunjukkan pentingnya pendekatan spiritual dalam layanan kesehatan, terutama dalam memberikan dukungan psikologis dan emosional kepada ibu hamil. Hal ini mempertegas peran bidan sebagai tenaga kesehatan yang tidak hanya bertugas secara klinis, tetapi juga mampu membangun hubungan yang penuh empati dan dukungan bagi pasien,” ungkapnya.

Goblok

Awal tahun 90-an ramai dalam pemberitaan majalah politik dan koran politik di Indonesia dengan kata “stupid” yang dikemukakan oleh Gus Dur yang saat itu adalah ketua PBNU dan Ketua Forum Demokrasi. Awalnya kata stupid itu dilontarkan oleh Gus Dur ketika beliau diwawancarai sebuah media luar negeri berbahasa inggris. “He is stupid” demikian kira-kira kata Gus Dur ketika ditanya pendapatnya  tentang langkah-langkah yang dilakukan Soeharto pada waktu itu.

Mengatakan Soeharto stupid dalam konteks politik Indonesia waktu itu bukan saja memerlukan keberanian yang luar biasa, akan tetapi juga dilandasi dengan argumentasi yang kuat. Maka hampir semua khalayak mengagumi keberanian Gus Dur dan justru dengan afirmasi menyetujuinya. Setelah pernyataan itu maka pergulatan politik antara NU, Fordem, Pemerintah, dan ABRI sebagai pembela Soeharto berjalan keras. Dimulai dari pelarangan seminar hingga percobaan penggulingan Gus Dur dari ketua PBNU.

Goblok

Belum lama terdengar, sekitar 2 tahun lalu Pakar Filsafat demikian selalu disebut, Rocky Gerung mengatakan bahwa Jokowi itu “dungu” ketika dia berbicara di suatu kesempatan. Menurut Rocky, Pak Jokowi itu dungu karena tidak paham tentang hal-hal yang fundamental dalam pemerintahan. Dunia media Indonesia pun riuh rendah. Ada yang pro maupun yang kontra.

Sebagaimana biasa istana atau Jokowi tak pernah menanggapi kritik RG meskipun untuk sebagian besar telinga kata “dungu” itu termasuk kasar. Bukannya mengalami kesulitan seperti Gus Dur, bung RG malah semakin berkibar dan diundang kemana-mana. Nampaknya para oposisi Jokowi senang dengan ungkapan RG itu.

Beberapa hari ini meluncurlah kata “goblok” yang dikeluarkan “di atas” es teh oleh seorang staf khusus presiden di suatu forum pengajian. Kata itu kemudian menjadi viral dipotong-potong dalam video media sosial yang akhirnya memunculkan suatu intensi bahwa kata goblok itu demikian menghinakan. Bahkan di media sosial dibumbui dengan pendapat-pendapat yang sangat personal tentang stafsus presiden yang memang tidak disukai sebelumnya dan diikuti dorongan pemecatan.

Kalau kita melihat konteksnya dalam acara es teh itu sebenarnya celotehan candaan yang sudah biasa terjadi dalam forum-forum yang sama di tempat lain dan orang biasa saja. Ketika seorang pedagang belum bisa menjual dagangannya bisa jadi dia memang gak pinter jualan alias goblok. Lantas salahnya di mana kata goblok itu hingga menimbulkan hujatan.

Barangkali adalah posisi yang mengucapkan hari ini adalah pembantu presiden yang dalam Pemilu kemarin bukan pilihan netizen. Pertanyaannya adalah kenapa kata dungu yang dilontarkan kepada seorang presiden dianggap lebih tepat oleh netizen dibanding dengan kata goblok untuk seorang penjual es teh? Adilkah?

Oleh : Moh. Ali Imron, S.Sos., M.Fis. (Wakil Rektor IV Bidang Kerjasama dan Urusan Internasional Unisa Yogyakarta)

Umkm

Program Pengabdian Masyarakat Universitas `Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta telah berhasil membekali usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) setempat dengan keterampilan pengelolaan keuangan yang penting melalui lokakarya, Minggu (10/11). Diselenggarakan di Isvara Riverside Resto and Hall, acara tersebut mempertemukan 24 peserta dari berbagai latar belakang, termasuk perajin penyandang disabilitas, usaha eco-print, dan produsen susu kambing.

Sesi pelatihan diawali dengan pemaparan materi pelatihan prinsip manajemen keuangan bisnis dan penyusunan dokumen analisis usaha oleh Diska Erliana Hafni, S.E., M.SA., Akt. CA dan Ibu Avininda Dewi Nindasari, SE., M. Ak yang merupakan dosen program studi Akuntansi UNISA Yogyakarta.

Lokakarya bertema “PENDEKAR KITA” ini bertujuan untuk memberdayakan para wirausahawan, khususnya penyandang disabilitas, melalui literasi keuangan dan perangkat digital. Peserta diperkenalkan pada prinsip-prinsip dasar akuntansi, analisis bisnis, dan penggunaan praktis aplikasi akuntansi digital “SIAPIK”.

Dengan menguasai akuntansi digital, UMKM kini dapat membuat keputusan bisnis yang tepat, melacak kinerja keuangan, dan pada akhirnya meningkatkan skala operasinya. Inisiatif UNISA merupakan bukti komitmen universitas untuk membina ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Bangun Sdm 2

Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menjadi tuan rumah kick off jangka menengah Strategi Leapfrogging dalam Peningkatan Mutu dan Relevansi Perguruan Tinggi Swasta Berbasis Joint Resource PTS DIY,  yang diselenggarakan oleh LLDIKTI Wilayah V di Convention Hall Masjid Walidah Dahlan Unisa Yogyakarta, Sabtu (7/12/2024). Kegiatan ini diharapkan menjadi lompatan besar meningkatkan pembangunan SDM dan pendidikan di Indonesia.

“Mudah-mudahan melalui tempat ini, menjadi lompatan besar untuk meningkatkan pembangunan SDM di Indonesia,” ujar Wakil Rektor IV Bidang Hubungan Kerja Sama dan Internasional Unisa Yogyakarta, M. Ali Imron., M.Fis.

Imron juga menyinggung pentingnya acara ini untuk meningkatkan kolaborasi antar Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di DIY. Ia mengingatkan makna surat Ali Imron ayat 103 yang bermakna tentang perintah menjaga persatuan dan larangan untuk bercerai-berai dalam kehidupan bermasyarakat.

Kepala LLDIKTI Wilayah V, Prof. Setyabudi Indartono, M.M., Ph.D. menjelaskan bahwa strategi leapfrogging yang memanfaatkan sumber daya kolektif PTS di DIY merupakan pendekatan baru untuk menjembatani kesenjangan antar lembaga dan mendorong terciptanya lingkungan akademik yang lebih dinamis dan kompetitif. Ia juga mengatakan bahwa kegiatan ini upaya menuju lompatan besar dalam peningkatan kualitas pendidikan dengan memanfaatkan sumber daya bersama antar PTS di DIY.

“Dengan kolaborasi yang erat, diharapkan dapat mengurangi kesenjangan antar perguruan tinggi serta menciptakan lingkungan akademik yang lebih dinamis dan kompetitif,” kata Prof. Setyabudi.

Prof. Setyabudi juga mengucapkan terima kasih telah difasilitasi oleh Unisa Yogyakarta. “Kami sangat terhormat atas disediakan fasilitas oleh Unisa Yogyakarta. Unisa Yogyakarta menjadi salah satu perguruan tinggi swasta di DIY yang sudah berakreditasi unggul,” ungkapnya.

Acara ini menghadirkan tokoh-tokoh terkemuka dari kalangan akademisi, termasuk perwakilan dari BAN-PT, LAM INFOKOM, LAMEMBA, LAMSPAK, LAM TEKNIK, dan LAMDIK. Kehadiran mereka menegaskan pentingnya inisiatif ini dan komitmen berbagai pemangku kepentingan untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi.

Gender

Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta dan Universitas Muhammadiyah Makassar melakukan kerja sama penelitian dengan tema Model Intervensi Pengetahuan dan Sikap GEDSI (Gender Disabilitas dan Sosial Inklusi) di Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah. Peneilitan ini mencoba mendukung pemenuhan hak disabilitas dan perempuan, serta mengintervensi terkait masalah kekerasan.

Penelitian ini berangkat dari persoalan masih banyak kasus kekerasan terhadap perempuan penyandang disabilitas yang belum terungkap dan teradvokasi dengan baik. Selain itu juga masih banyak pernikahan anak, sunat perempuan, diskriminasi terhadap perempuan rentan, dan masih banyak kasus lainnya yang merupakan contoh dari kasus-kasus berbasis GEDSI.

Salah satu anggota peneliti Dr. Islamiyatur Rokhmah.,S.Ag.,M.S.I (Unisa Yogyakarta) mengatakan Indonesia turut meratifikasi konfensi PBB dalam pencapaian SDGs dengan kesepakatan bahwa no one left behind (tidak ada seorang-pun yang tertinggal) maka dalam segala aspek kehidupan perempuan, disabilitas, anak dan kelompok rentan bisa mendapatkan semua hak, baik hak hidup, beragama, ekonomi, politik, kesehatan, pendidikan, sosial dan budaya.

“Tidak ada seorang-pun yang tertinggal untuk mendapatkan akses tersebut, inilah konsep GEDSI yang diusung untuk mengentaskan problematikan yang ada di masyarakat. Maka Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah memiliki andil disini dalam membantu program pemerintah tersebut, dengan melakukan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat,“ ujar Islamiyatur, Kamis (5/12/2024).

Penelitian ini diketuai oleh Dr. Warsiti., S.Kp., Sp.Mat (Unisa Yogyakarta) dengan anggota 1, Dr. Islamiyatur Rokhmah.,S.Ag.,M.S.I (Unisa Yogyakarta) dan anggota 2, Dr. Dahniar., M.Kes. (UNISMUH Makassar). Penelitian lanjutan ini dirasa sangat penting, untuk dapat memberikan salah satu solusi terhadap upaya meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap isu GEDSI, yang pada penelitian sebelumnya diketahui pengetahuan dan sikap terhadap isu GEDSI masih terbatas. 

“Penelitian lanjutan ini diharapkan akan menghasilkan sebuah modul yang dapat diaplikasikan oleh perguruan TInggi Muhammadiyah Aisyiyah untuk mensosialisasikan isu GEDSI dapat menjadi dasar bagi pemangku kebijakan/stakeholder di lingkungan kampus dalam melakukan upaya pencegahan terhadap berbagai isu-isu GEDSI, seperti kasus-kasus diskriminasi, marginalisasi, beban ganda dan kekerasan yang berbasis gender, disabilitas dan sosial ingklusi,“ ujar Islamiyatur.

PTMA memiliki kewajikan mengamalkan catur darma Perguruan Tinggi yakni pengajaran, penelitian, pengabdian masyarakat dan aktif di persyarikatan, hendaknya memiliki wawasan isu GEDSI. Tidak terbatas pada wawasan saja, namun diharapkan isu GEDSI dapat tertuang pada kebijkan di perguruan tinggi yakni masuk pada Indeks Kinerja Utama (IKU) dan Indeks Kinerja Tambahan (IKT), karena Perguruan Tinggi sebagai salah satu elemen stakeholder yang turut mengentaskan berbagai problematikan masyarakat yang berkaitan dengan isu GEDSI.