Hidup Sehat

Dalam upaya meningkatkan kesadaran global tentang pentingnya gaya hidup sehat, mahasiswi program magister Kebidanan Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta sukses menggelar Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) internasional di Kyoto Koka Women’s University, Jepang. Kegiatan ini berfokus pada tema “Healthy Life Style” dan melibatkan langsung mahasiswa serta dosen dari kedua universitas, Kamis (19/09).

Hidup Sehat

UNISA Yogyakarta perguruan tinggi swasta yang memiliki reputasi baik dalam bidang kesehatan. Dengan visi menjadi universitas Islam yang unggul dalam bidang kesehatan, UNISA terus berkomitmen untuk menghasilkan lulusan berkualitas yang mampu berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat.

Dr. Dewi Rokhanawati, S.SiT., M.PH Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UNISA Yogyakarta, mengungkapkan rasa bangganya atas partisipasi aktif mahasiswi dalam program ini.

“Ini adalah langkah nyata kami dalam mewujudkan komitmen untuk memajukan kesehatan masyarakat secara global. Melalui kolaborasi internasional seperti ini, kami berharap dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk mengadopsi gaya hidup sehat,” ujarnya.

Selama kegiatan, mahasiswa dari kedua universitas berbagi pengetahuan mengenai pentingnya pola makan seimbang, aktivitas fisik yang teratur, serta teknik manajemen stres yang efektif. Sesi tanya jawab yang interaktif juga turut digelar untuk memperkaya pemahaman peserta.

Kolaborasi Internasional untuk Masa Depan yang Lebih Sehat

Kemitraan antara UNISA Yogyakarta dan Kyoto Koka Women’s University semakin diperkuat melalui pelaksanaan PKM internasional ini. Kedua institusi pendidikan tinggi sepakat bahwa pertukaran ilmu pengetahuan dan pengalaman lintas budaya sangat penting dalam menghadapi tantangan kesehatan global.

Sehat Jiwa 2

Majelis Kesehatan ‘Aisyiyah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengambil langkah signifikan dalam mengatasi permasalahan kesehatan jiwa yang semakin melemahkan. Menghadapi data Survei Kesehatan Indonesia 2023 yang menunjukkan DIY memiliki prevalensi gangguan jiwa tertinggi, ‘Aisyyah menginisiasi program inovatif bernama Ranting Siaga Sehat Jiwa, Kamis (03/10).

Ranting

Program ini diluncurkan bertepatan dengan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, sebagai bentuk komitmen ‘Aisyyah dalam meningkatkan kesadaran dan akses layanan kesehatan jiwa bagi masyarakat. Ketua Majelis Kesehatan, Dr. dr Istianah, M.Sc, mengungkapkan harapannya agar program ini dapat menjadi solusi nyata dalam mengatasi masalah gangguan jiwa yang semakin kompleks.

Pelatihan Deteksi Dini Jadi Kunci

Dalam upaya memperkuat program ini, Majelis Kesehatan ‘Aisyyah telah menyelenggarakan pelatihan deteksi dini gangguan jiwa bagi pengurus Majelis Kesehatan seluruh kabupaten di DIY. Pelatihan yang dipimpin oleh Dr. Ns. Mamnuah, Sp. Kep.J, Wakil Ketua Majelis Kesehatan dan dosen Keperawatan Jiwa Universitas `Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, bertujuan untuk membekali para pengurus dengan pengetahuan dan keterampilan dalam mengidentifikasi gejala awal gangguan jiwa.

“Dengan mengenali tanda-tanda gangguan jiwa sejak dini, kita dapat memberikan intervensi yang tepat dan mencegah kondisi menjadi semakin buruk,” ujar Mamnuah.

Pelatihan ini juga mendesak pentingnya menghilangkan stigma negatif terhadap masalah kesehatan, sehingga masyarakat lebih terbuka untuk mencari bantuan.

Kolaborasi Jadi Kunci Sukses

Kolaborasi antara berbagai tingkatan organisasi ‘Aisyyah, mulai dari wilayah hingga mengobarkan, menjadi kunci keberhasilan program ini. Dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat, diharapkan upaya pencegahan dan penanganan gangguan jiwa dapat lebih efektif. “Kami berharap Ranting Siaga Sehat Jiwa dapat menjadi model bagi daerah lain dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa,” tambah Istianah.

Perpustakaan

Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (FPPTMA) resmi menjalin kerja sama dengan Perpustakaan Universitas Malaysia Terengganu (UMT). Penandatanganan Letter of Intent (LoI) yang berlangsung khidmat di Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta ini menandai babak baru dalam pengembangan kualitas layanan perpustakaan di lingkungan Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah (PTMA), Selasa (08/10).

Perpustakaan

Kerja sama ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan perpustakan PTMA, memperkaya koleksi, serta mendorong pengembangan sumber daya manusia. Beberapa kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka kerja sama ini antara lain :

  • Pertukaran pustakawan

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pustakawan melalui pengalaman kerja di lingkungan yang berbeda.

  • Pengembangan koleksi

Kedua belah pihak akan saling berbagi koleksi, baik dalam bentuk fisik maupun digital, untuk memperkaya sumber informasi yang tersedia bagi pengguna.

  • Pelatihan dan lokakarya

Kegiatan ini akan difokuskan pada pengembangan kapasitas pustakawan dalam pengelolaan koleksi, layanan informasi, dan pemanfaatan teknologi informasi.

  • Penelitian bersama

Kerja sama dalam bidang penelitian diharapkan dapat menghasilkan inovasi baru dalam pengembangan layanan.

Irkhamiyati, Ketua Umum FPPTMA, mengungkapkan rasa optimisnya terhadap keberhasilan kerja sama ini.

“Kolaborasi dengan UMT merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kualitas layanan perpustakaan PTMA. Kami berharap kerja sama ini dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi seluruh sivitas akademika PTMA,” ujarnya.

Haji Abu Hassan bin Ghazali, perwakilan Ketua Pustakawan Sultanah Nur Zahirah Universiti Malaysia Terengganu, juga menyambut baik kerja sama ini.

“Kami sangat antusias untuk bekerja sama dengan FPPTMA. Kami yakin kerja sama ini akan memberikan kontribusi positif bagi pengembangan di kedua negara,” ungkapnya.

Dalam berbagai hal, Moh Ali Imron, M.Fis selaku Wakil Rektor 4 bidang Kerjasama dan Urusan Internasional UNISA Yogyakarta, menekankan pentingnya literasi dalam peradaban manusia.

“Perpustakaan telah ada jauh sebelum sekolah, dan terbukti sebagai penjaga peradaban. Oleh karena itu, pengelolaan yang baik sangat penting untuk terus ditingkatkan,” tegasnya.

Selain penandatanganan LoI, rangkaian acara juga meliputi kunjungan ke Museum Muhammadiyah dan Perpustakaan Universitas Ahmad Dahlan, serta talkshow kepustakwanan yang menghadirkan narasumber dari Kepala Perpustakaan UMY dan perwakilan dari UMT. Kegiatan ini bertujuan untuk mempererat hubungan antar pustakawan dan memperkaya pengetahuan tentang perkembangan kepustakawanan terkini.

Sumpah Profesi 1

Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menggelar acara Sumpah Profesi di Convention Hall Masjid Walidah Dahlan, Ahad (6/10). Sebanyak 538 lulusan dari berbagai profesi kesehatan mengikuti prosesi sumpah tersebut. Para peserta sumpah berasal dari berbagai profesi, termasuk profesi Bidan, Radiografer, Tenaga Teknologi Laboratorium Medik (TLM), Penata Anestesi, dan Ners.

Sumpah Profesi

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) UNISA Yogyakarta, Dr. Dewi Rokhanawati, MPH, dalam sambutannya menyampaikan bahwa acara ini merupakan tonggak awal bagi para lulusan untuk memasuki dunia profesi kesehatan. “Setelah kegiatan hari ini, anda semua akan menghadapi tantangan dalam mengimplementasikan ilmu dan keterampilan yang telah diperoleh. UNISA melalui Career Development Center (CDC) telah mempersiapkan para lulusan untuk menghadapi dunia kerja melalui pembekalan alumni,” ujarnya.

Dr. Dewi juga menekankan pentingnya adaptasi terhadap perubahan serta kemampuan para lulusan untuk berkontribusi bagi masyarakat, menjaga nama baik almamater, serta menjunjung tinggi integritas dan akhlak mulia dalam menjalankan profesi. “Anda harus mampu berinovasi, bersaing secara global, dan selalu berpegang pada nilai-nilai profesionalisme,” tambahnya. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada para mitra kerja sama dan preceptor yang telah mendukung kesuksesan para alumni.

Wakil Rektor I Bidang Akademik, Dr. Sulistyaningsih, MHKes, dalam sambutannya berpesan kepada para lulusan untuk memanfaatkan teknologi guna mendukung pelayanan kesehatan. “Namun, di balik kemajuan teknologi, tantangan tetap ada. Empati tetap dibutuhkan dalam setiap pelayanan kesehatan. Triple burden disease, yakni penyakit infeksi, penyakit tidak menular, dan penyakit baru, menjadi tantangan yang harus dihadapi bersama, termasuk melalui kolaborasi interprofesi,” tegasnya.

Dr. Sulistyaningsih juga menekankan bahwa lulusan UNISA Yogyakarta dibekali dengan nilai-nilai Islam berkemajuan dan nilai dasar UNISA, seperti akhlak mulia, amanah, profesional, kolaboratif, dan unggul, untuk diterapkan dalam kehidupan profesi.

Ketua Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI), Irham Syaifudin, S.Kep.Ns., MM., MARS yang turut hadir dalam acara tersebut, menyampaikan bahwa tantangan dalam dunia kesehatan semakin kompleks. “Dibutuhkan kesungguhan dan semangat untuk terus belajar. Hari ini adalah awal pengabdian para lulusan sesuai profesi masing-masing, dengan integritas, disiplin, dan etika profesi sebagai landasan utama,” ungkapnya. Irham juga mengucapkan selamat kepada para lulusan atas pencapaian mereka dan berharap mereka dapat menjalankan profesi dengan penuh dedikasi.

Acara sumpah profesi ini menandai dimulainya perjalanan karier bagi para lulusan UNISA Yogyakarta dalam dunia kesehatan. Para lulusan diharapkan mampu berkontribusi secara profesional dan penuh integritas di masyarakat, sesuai dengan nilai-nilai yang telah ditanamkan selama menempuh pendidikan di UNISA Yogyakarta.

Muhammadiyah

Muhammadiyah

Dalam upaya mewujudkan pendidikan yang setara dan inklusif, Majelis Perkaderan dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, bersama Suara Muhammadiyah dan Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, menggelar bedah buku “Menakar Hak Pendidikan bagi Perempuan Penyandang Disabilitas: Agama, Gender, dan Kebijakan”. Acara yang berlangsung pada 4 Oktober 2024 ini menyoroti diskriminasi ganda yang dialami perempuan penyandang disabilitas dalam mengakses pendidikan.

Buku karya Dr. Islamiyatur Rokhmah, S.Ag., M.S.I., yang merupakan dosen di UNISA Yogyakarta ini mengupas tuntas berbagai tantangan kompleks yang dihadapi perempuan penyandang disabilitas. Selain menghadapi stigma dan hambatan fisik, mereka juga seringkali terpinggirkan akibat interseksi antara gender, disabilitas, dan kemiskinan. Hal ini menyebabkan mereka kesulitan mendapatkan akses pendidikan yang layak.

Pendekatan Holistik

Uniknya, buku ini tidak hanya menyoroti masalah dari perspektif sosial dan kebijakan, tetapi juga mengintegrasikan perspektif Islam, gender, dan disabilitas. Dengan menggunakan pendekatan intersectionality, buku ini mengungkap bagaimana berbagai bentuk diskriminasi saling terkait dan memperparah situasi perempuan penyandang disabilitas.

“Pendekatan intersectionality ini sangat penting untuk memahami kompleksitas masalah yang dihadapi perempuan penyandang disabilitas,” ujar Dr. Bachtiar Dwi Kurniawan, Ketua MPKSDI PP Muhammadiyah.

“Dengan memahami akar masalah, kita dapat merancang solusi yang lebih komprehensif,” tambahnya.

Aksi Nyata untuk Pendidikan Inklusif

Bedah buku ini tidak hanya menjadi ajang diskusi akademis, tetapi juga menjadi momentum untuk mendorong aksi nyata. Para peserta, yang terdiri dari akademisi, aktivis, dan pembuat kebijakan, sepakat bahwa perlu adanya upaya bersama untuk mewujudkan pendidikan inklusif. “Kita perlu mengubah paradigma kita tentang disabilitas,” tegas Dr. Apt. Salmah Orbayinah, Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah. “Disabilitas bukan kekurangan, tetapi keberagaman yang harus kita akomodasi dalam sistem pendidikan kita.”