Pubertas

Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta menggelar kegiatan edukasi pubertas bagi anak-anak di SD Muhammadiyah Mantaran, Sleman, pada Selasa (17/9/2025). Kegiatan bertajuk Optimalisasi Komunikasi Guru untuk Mempersiapkan Siswa Menghadapi Pubertas di SD Muhammadiyah Mantaran Sleman Yogyakarta ini diikuti oleh para guru dan murid kelas IV sekolah tersebut.

Ketua tim pengusul program, Fitnaningsih Endang Cahyawati menjelaskan bahwa penyuluhan ini bertujuan mengenalkan kesehatan reproduksi kepada anak-anak sebelum memasuki masa pubertas. Selain memberikan edukasi, tim juga melakukan skrining kesehatan bagi para siswa.

“Tahun ini baru pertama kali diadakan penyuluhan tentang pubertas di SD Mantaran. Ke depan, kami berharap dapat menjalin kerja sama berkelanjutan agar program ini bermanfaat bagi anak-anak yang mulai memasuki masa pubertas atau baligh,” ujar Fitna.

Dalam penyuluhan tersebut, Fitna memperkenalkan perubahan fisik dan psikologis yang akan dialami saat pubertas. Ia juga mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan diri, melaksanakan ibadah wajib, serta mendorong anak-anak untuk berani berdiskusi mengenai pubertas dengan orang terdekat seperti ayah, ibu, dan guru.

Dosen Kebidanan Unisa Yogyakarta itu turut menekankan pentingnya menjaga adab pergaulan dengan lawan jenis ketika telah baligh. Ia menambahkan, saat sudah baligh, setiap anak mulai diwajibkan menjalankan syariat, termasuk menutup aurat.

Anak-anak tampak antusias mengikuti penyuluhan ini. Mereka mengaku mendapatkan banyak pengetahuan baru tentang pubertas. “Acaranya luar biasa keren,” ungkap Raka, siswa kelas IV SD Muhammadiyah Mantaran.

Sementara itu, Afifah Ika Rahmawati, guru SD Muhammadiyah Mantaran, mengapresiasi kegiatan tersebut. Menurutnya, penyuluhan ini sangat edukatif dan bermanfaat bagi anak-anak dalam menghadapi masa pubertas.

“Kegiatan ini sangat edukatif dan memperkenalkan ilmu baru tentang pubertas, sehingga sangat membantu anak-anak dalam mempersiapkan diri,” ujar Ika.

Judol pinjol

Ancaman judol pinjol, judi online (judol) dan pinjaman online (pinjol) yang semakin meresahkan kini menjadi perhatian serius di kalangan pelajar. Merespons hal ini, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta turun tangan memberikan edukasi langsung kepada siswa-siswi kelas 9 di SMP Negeri 1 Playen, Gunungkidul.

Kegiatan yang berlangsung selama empat hari, dari Selasa (18/8) hingga Jumat (22/8) ini, bertujuan untuk ‘membentengi’ para remaja dari bahaya laten judol dan pinjol. Mahasiswa memberikan pemaparan komprehensif mulai dari pengertian, dampak buruk dari sisi ekonomi dan psikologis, hingga tips praktis untuk menghindarinya.

Pihak sekolah menyambut baik inisiatif ini. Bidang Kesiswaan SMP Negeri 1 Playen, Trihono, menilai materi yang disampaikan sangat relevan dengan isu sosial yang sedang viral.

“Saya senang dengan adanya edukasi Judol dari mahasiswa KKN UNISA Yogyakarta. Ini bisa menjadi salah satu bentuk pencegahan yang bagus untuk anak-anak SMP,” ujar Trihono.

Sebelum dan sesudah penyuluhan, para siswa diminta mengisi pre-test dan post-test untuk mengukur peningkatan pemahaman. Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan, membuktikan bahwa banyak siswa yang sebelumnya hanya tahu tanpa memahami betul bahaya di baliknya.

Program ini diharapkan dapat meningkatkan literasi keuangan dan digital para siswa, sehingga mereka lebih bijak dalam mengambil keputusan dan tidak mudah tergiur oleh tawaran instan yang merugikan.

Tes iva

Kanker serviks masih menjadi momok menakutkan bagi perempuan di Indonesia. Prihatin dengan tingginya angka kasus, tim dosen dari Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta turun langsung menggelar penyuluhan dan pemeriksaan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) gratis untuk warga di Karangkajen, Yogyakarta, Senin (08/092025).

Langkah ini diambil untuk mematahkan rasa takut dan malu yang seringkali menghalangi perempuan melakukan deteksi dini. Padahal, data Globocan 2020 menunjukkan ada lebih dari 36 ribu kasus baru kanker serviks di Indonesia, yang sebagian besar ditemukan saat sudah stadium lanjut.

“Banyak ibu-ibu yang takut atau malu melakukan pemeriksaan, sehingga ketika datang ke rumah sakit kondisinya sudah parah. Inilah yang ingin kami ubah,” ujar Herlin Fitriana Kurniawati, salah satu anggota tim pengabdian, dalam keterangannya.

Dalam kegiatan ini, para dosen menjelaskan bahwa tes IVA adalah metode deteksi dini yang sederhana, cepat, dan murah. Berbeda dengan pap smear, hasil tes IVA bisa diketahui hanya dalam beberapa menit. Para peserta yang hadir pun langsung mengikuti pemeriksaan yang digelar di Pesantren MBS Putri Karangkajen.

Hasilnya, seluruh peserta yang diperiksa menunjukkan hasil IVA negatif. Meski begitu, tim pengabdian tetap mengingatkan pentingnya pemeriksaan rutin setiap tahun. Selain pemeriksaan, warga juga dibekali leaflet informatif untuk melanjutkan edukasi secara mandiri.

“Harapannya, kegiatan ini bisa menjadi program rutin di masyarakat. Lebih baik mencegah daripada terlambat mengobati,” pungkas Ana.

stunting

Angka keluarga berisiko stunting di Kota Yogyakarta yang mencapai 33% pada tahun 2022 menjadi perhatian serius. Merespons hal ini, tim dosen dari Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menggandeng Pimpinan Cabang Nasyiatul ‘Aisyiyah (PCNA) Kraton untuk mengaktifkan kembali Posyandu Remaja Milenial Nasyiatul ‘Aisyiyah (PasmiNA).

Langkah ini diambil karena pencegahan stunting paling efektif dimulai jauh sebelum kehamilan, yaitu pada masa remaja putri. Tim Program Kemitraan Masyarakat (PKM) dari UNISA Yogyakarta memberikan pelatihan intensif kepada kader-kader baru PasmiNA.

Ketua tim PKM, Bdn. Esitra Herfanda, S.ST., M.Keb., menjelaskan bahwa para kader dibekali berbagai keterampilan. Mulai dari pemahaman kesehatan reproduksi, gizi remaja, cara pengukuran antropometri (berat dan tinggi badan), hingga deteksi dini anemia melalui pengecekan hemoglobin (Hb).

“Kader yang telah dilatih ini akan melakukan pemeriksaan kesehatan dan memberikan konseling bagi teman sebayanya,” ujar Esitra dalam keterangannya.

Setelah pelatihan, para kader langsung bergerak memberikan layanan kesehatan. Para remaja yang diperiksa mengaku senang karena bisa mengetahui status gizi dan kondisi kesehatan mereka, sesuatu yang jarang mereka dapatkan sebelumnya.

Program yang didanai oleh Kemendikbud RI ini tidak berhenti di sini. Tim dosen UNISA Yogyakarta akan terus memonitor pelaksanaan layanan kesehatan dan telah menjalin kerja sama dengan Puskesmas Kraton untuk keberlanjutan program.

Inclusion

Hingar bingar semangat masyarakat Sanden Bantul dalam menjaga kesehatan, menyisakan cerita tentang perjuangan menghadirkan layanan rehabilitasi yang lebih dekat, murah, dan mudah dijangkau. Harapan itu kini mulai nyata lewat Project Inclusion, sebuah kolaborasi antara Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta bersama Puskesmas Sanden.

Selama ini, banyak warga pedesaan yang kesulitan mendapat layanan fisioterapi. Tenaga fisioterapis terbatas, sementara biaya dan jarak ke rumah sakit rujukan terdekat di kota kabupaten tidaklah ringan. “Bagi sebagian warga, pergi ke Rumah Sakit hanya untuk terapi adalah tantangan besar, baik dari segi biaya maupun tenaga,” ungkap salah satu kader kesehatan di Sanden.

Melihat kenyataan itu, para peneliti UNISA Yogyakarta bersama mitra internasional Physitrack UK dan Physiotools Finland mengembangkan Inclusion App, sebuah aplikasi digital yang memungkinkan kader kesehatan desa mendampingi warga dalam latihan rehabilitasi dasar. Tidak hanya mempermudah akses, aplikasi ini juga memberdayakan kader-kader perempuan desa untuk menjadi ujung tombak layanan kesehatan pada komunitas.

Puskesmas Sanden menjadi pilot project program ini. Mahasiswa UNISA Yogyakarta diterjunkan langsung ke dusun-dusun, mendampingi kader dan warga yang membutuhkan rehabilitasi. Bahkan, Puskesmas Sanden kini menjadi tempat belajar bagi mahasiswa internasional yang ingin memahami praktik rehabilitasi berbasis komunitas di Indonesia.

Dampaknya pun mulai terasa. Warga tak lagi harus jauh-jauh ke rumah sakit kota untuk terapi, biaya bisa dihemat, dan kader desa memperoleh keterampilan baru yang meningkatkan peran mereka di masyarakat. “Saya senang bisa membantu tetangga saya berlatih, sekaligus belajar hal baru,” ujar salah satu kader dengan mata berbinar.

Lebih dari sekadar kesehatan, program ini juga memberi nilai tambah bagi masyarakat Sanden Bantul yang hidup berdampingan dengan pariwisata pantai. Dengan tubuh yang sehat, warga bisa tetap produktif mendukung sektor wisata sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan pesisir.

Project Inclusion pun diakui mendukung Sustainable Development Goals (SDGs), mulai dari peningkatan kesehatan (SDG 3), pemberdayaan perempuan (SDG 5), pengurangan kesenjangan (SDG 10), hingga penguatan kemitraan global (SDG 17).

Tak berhenti di Sanden, model kolaborasi ini telah dimulai di 2 puskesmas lain yaitu puskesmas Srandakan dan Puskesmas Bambanglipuro dan akan direplikasi ke wilayah lain di seluruh Indonesia. Harapannya, lebih banyak warga desa yang bisa merasakan layanan rehabilitasi tanpa hambatan jarak dan biaya.

“Ini bukti bahwa riset bukan hanya untuk jurnal, tapi benar-benar hadir untuk menjawab kebutuhan masyarakat,” tutur Hilmi Zadah Faidullah salah satu dosen penelitia dari Prodi Fisioterapi UNISA Yogyakarta.

Dengan sentuhan teknologi dan semangat gotong royong, Bantul menunjukkan bahwa inovasi bisa tumbuh dari desa, menyentuh hati, dan membawa dampak perubahan nyata bagi seluruh masyarakat.