Pos

Inovasi gendongan

Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta tidak hentinya melahirkan berbagai inovasi yang memberi dampak positif untuk masyarakat. Kali ini sivitas akademika Unisa Yogyakarta, melahirkan purwarupa alat bantu pengasuhan bayi bernama ‘GOE-KB’ atau Gendongan Oksitosin Ergonomi – Kelekatan pada Bayi.

Inovasi ini lahir dari tim dosen Program Studi Kebidanan dan didukung oleh peneliti lintas bidang dari Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian diketuai oleh Prof. Dr. Mufdlilah, S.Si.T., M.Sc., dengan anggota tim yaitu Yekti Satriyandari, S.ST., M.Kes., Enny Fitriahadi, S.Si.T., M.Keb., dan Ir.Agus Jamal, S.T., M.Eng.

“Kolaborasi lintas keilmuan antara kebidanan dan teknik ini menghasilkan inovasi interdisipliner yang menjawab kebutuhan nyata di Masyarakat. GOE-KB tidak hanya sekadar gendongan bayi biasa, tetapi merupakan gendongan ergonomis yang dilengkapi dengan fitur pijatan oksitosiddin untuk meningkatkan kenyamanan ibu serta membentuk ikatan emosional yang kuat antara ibu dan bayi,” ujar Prof. Mufdlilah, Jumat (18/7/2025).

GOE-KB merupakan langkah nyata Unisa Yogyakarta untuk mendukung kesejahteraan ibu dan anak, setelah inovasi sebelumnya melahirkan KORSIMU atau Kursi Oksitosin Ibu Menyusui. Temuan yang ada menunjukkan bahwa penggunaan GOE-KB memberikan pengaruh signifikan terhadap peningkatan kadar oksitosin pada ibu menyusui.

“Peningkatan ini berdampak langsung terhadap kualitas menyusui, mengurangi stres, menjamin kualitas menyusui dan memperkuat bounding attachment atau kelekatan emosional antara ibu dan bayi. Selain itu, bayi yang digendong menggunakan GOE-KB juga menunjukkan kualitas tidur yang lebih baik – tidur lebih nyenyak, lebih lama, dan lebih jarang terbangun di malam hari,” ucap Prof. Mufdlilah.

Penelitian yang dilaksanakan di wilayah Puskesmas Kabupaten Sleman melibatkan ibu-ibu yang memiliki bayi usia 3-6 bulan. Dengan desain quasi eksperimen, intervensi berupa penggunaan GOE-KB dengan frekuensi minimal dua kali sehari selama 15-20 menit. Hasilnya menunjukkan peningkatan kadar oksitosin dari rata-rata 72,4 pg/mL menjadi 86,4 pg/mL. Efek relaksasi dari pijatan oksitosin yang terintegrasi dalam desain ergonomis gendongan memungkinkan ibu menyusui lebih tenang dan nyaman.

Proses Menyusui Jadi Bagian Penting Mendukung Keberhasilan ASI Eksklusif

Proses menyusui merupakan hal penting untuk mendukung keberhasilan ASI Eksklusif. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis yang dapat menghambat hormon oksitosin seperti kecemasan, ibu merasa ASI kurang dan jumlah kadar oksitosin sedikit sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayinya. Selama proses menyusui dibutuhkan alat gendong yang sesuai sehingga ibu merasa tenang, aman dan nyaman.

Gendongan bayi sebagai salah satu media untuk mendekatkan kontak fisik antara ayah ibu  dan anak. Hasil penelitian ini menunjukka bahwa menghabiskan waktu dengan menggendong dapat meningaktkan perhatian pada bayi serta meningkatkan kemampuan orang tua, khususnya pria untuk beradaptasi menjadi seorang ayah sehingga dapat berperan aktif dalam pengasuhan.

“Gendongan bayi ergonomi ini membantu mengatasi kekhawatiran dan kecemasan ibu karena ASI kurang. Meskipun ibu hanya memiliki waktu yang sedikit untuk memerah namun karena dibantu dengan gendongan sekaligus pijatan membuat ibu menjadi lebih relaks dan bisa meningkatkan kepercayaan ibu, sehingga produksi ASI menjadi lebih banyak. Gendongan ini dapat digunakan sebagai bentuk relaksasi dan ibu tetap dapat memerah saat bekerja meskipun tanpa hisapan langsung,” kata Prof. Mufdlilah.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai p-value sebesar 0,000 < 0,05, yang menunjukkan adanya pengaruh signifikan antara penggunaan GOE-KB terhadap kadar oksitosin pada ibu menyusui. GOE-KB ini didesain khusus untuk memberikan keamanan kenyamanan, dan dukungan optimal selama proses menyusui.

Cara Kerja GOE-KB

GOE-KB bekerja dengan beberapa mekanisme yang mendukung peningkatan kadar oksitosin. Pertama, desain ergonomis memastikan bahwa ibu dapat menyusui dalam posisi yang aman, nyaman dan relaks, mengurangi tekanan pada punggung dan bahu yang seringkali menjadi sumber ketidaknyamanan selama menyusui.

“Harapannya kenyamanan yang diberikan oleh GOE-KB dapat mengurangi respons hormon kortisol, yang merupakan hormon stres dalam tubuh ibu. Penurunan kortisol ini memungkinkan oksitosin untuk lebih dominan dalam sistem tubuh ibu, mendukung proses menyusui yang lebih efektif dan membangun ikatan emosional yang kuat dengan bayi. Dukungan fisik dan emosional yang diberikan oleh GOE-KB juga berkontribusi pada lingkungan menyusui yang positif, yang sangat penting untuk produksi oksitosin,” tambah Yekti.

Produk GOE-KB kini telah mencapai tahap purwarupa dan sedang dalam proses menunggu paten. Peneliti juga telah menjalin kemitraan dengan produsen gendongan lokal, CV Namansa Bakti Citra (Nana Baby Carrier), untuk pengembangan desain, produksi, hingga pemasaran. Proyek ini juga berhasil menghasilkan luaran tambahan berupa publikasi jurnal internasional dan buku ajar hasil penelitian yang sedang dalam proses cetak. Penelitian ini diharapkan menjadi solusi alternatif dalam mendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif dan penguatan hubungan emosional ibu dan bayi secara alami. Tim peneliti menyampaikan terima kasih kepada Kemendikbudristek atas dukungan pendanaan hibah riset 2024 Luaran dari penelitian ini meliputi Purwarupa dari hasil penelitian yang didaftarkan kekayaan intelektual  paten sederhana dengan produk GOE-KB: Submite dengan nomor pendaftaran S00202409927, publikasi pada Bunda Edu-Midwifery Journal (BEMJ) Volume 8 Nomor 2 Tahun 2025, serta buku ajar hasil penelitian dengan Judul “ Gendongan Ergonomi Oksitosin Kelekatan Bayi (GEO-KB) Meningkatkan Produksi ASI”, Haki Video Streaching yang sudah di Upload di Youtube LPPM Unisa Yogyakarta, dan Poster GEO-KB: Gendongan Oksitosin Ergonomi Kelekatan Pada Bayi.

Program magang

Program Magang Berdampak menjadi salah satu program yang dinanti oleh para mahasiswa. Tidak terkecuali bagi mahasiswa Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta. Magang Berdampak menjadi harapan, menjadi tempat mengasah keterampilan di dunia kerja.

“Antusias sekali menanti Program Magang Berdampak. Pengalaman pasti akan lebih luas, dengan mentor dari para ahlinya. Banyak benefit saya rasa nantinya bisa diperoleh, gak melulu uang kan benefit itu,” ujar salah satu mahasiswa Unisa Yogyakarta, Indra Kurniawan, Kamis (17/7/2025).

Awan yang mengenyam pendidikan di Ilmu Komunikasi Unisa Yogyakarta mencoba mengambil magang berdampak pada bidang content creator. “Berkaitan dengan program studi yang saya pelajari juga. Sambil kerja juga bisa belajar langsung kan pasti,” ucap pria kelahiran Magelang itu.

Mahasiswa Unisa Yogyakarta lainnya, Rizqi Hendrika Nugraha tidak jauh berbeda dengan Awan. Ia pun ingin merasakan bagaimana dunia kerja secara nyata. Selain juga, dia berpandangan dengan magang akan menambah relasinya. “Kemudian mendukung program pemerintah,” ungkap Awan.

Rizqi berharap dengan bekal pengalamannya sebagai content creator nantinya lebih mudah untuk beradaptasi. “Memang senang bikin konten. Harapannya juga bisa berkontribusi buat perusahaannya nanti. Bisa FYP lah konten yang saya buat,” harap Rizqi.

Mahasiswa Unisa Yogyakarta, Khairunisa Trisna Safitri menilai magang berdampak bisa memberi manfaat jangka panjang. “Perusahaan yang ada di magang berdampak kan perusahaan besar, bisa jadi pengalaman, menambah portofolio. Harapannya ketika lulus peluang masuk dunia kerja semakin besar,” ungkap Nisa.

Berbeda dengan Awan dan Rizqi yang mengambil bidang kerja content creator, Nisa memilih video editor. Ia menjatuhkan pilihan pada video editor, tidak lepas setelah memperoleh teori dan praktik ketika berkuliah.

“Memang suka ngedit video. Semester sebelumnya juga ada kuliah sinematografi, jadi video editor pas buat film, jadi makin tertarik. Semoga bisa ngembangin bakat juga pas magang nanti,” ucap Nisa.

Sebelumnya, dilansir dari kemdiktisaintek.go.id, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek), secara resmi meluncurkan Program Magang Berdampak 2025 di Gedung D Kemdiktisaintek sebagai bagian dari arah strategis transformasi pendidikan tinggi menuju konsep “Kampus Berdampak”, Senin (16/6/2025).

Program Magang Berdampak tidak hanya bertujuan meningkatkan angka partisipasi mahasiswa dalam dunia kerja, tetapi juga untuk mencetak agen perubahan yang mampu menjawab tantangan masa depan.

“Program ini dirancang bukan semata-mata untuk meningkatkan angka partisipasi magang, tapi juga untuk menyiapkan mahasiswa menjadi pelaku perubahan. Kita tidak hanya mencetak lulusan, tetapi agen perubahan yang memiliki kepekaan sosial, keterampilan profesional, dan daya saing global,” kata Mendiktisaintek, Prof. Brian Yuliarto.

Peluncuran ini sekaligus menandai dimulainya tahapan implementasi program yang telah dipersiapkan sejak awal tahun 2025. Program ini merupakan jawaban atas transformasi pendidikan yang menuntut mahasiswa tidak lagi hanya berkutat di ruang kuliah dan teori semata.

“Mahasiswa perlu diberikan ruang untuk terlibat langsung dalam dunia kerja, menyelesaikan masalah nyata, serta membangun jejaring profesional lintas sektor. Program ini bukan sekadar magang biasa, melainkan bagian dari strategi besar Kampus Berdampak yang memadukan pembelajaran berbasis pengalaman, kontribusi sosial, dan koneksi antara kampus dengan dunia kerja,” jelas Menteri Brian.

Klinik fisioterapi

Asian Games 2010 dan SEA Games 2011 tidak hanya menyisakan euforia bagi masyarakat Indonesia, namun juga menjadi awal lahirnya mimpi seorang Tony Ibnu Yazid. Kekagumannya pada orang yang berkontribusi di balik perjuangan Timnas yaitu sosok fisioterapi, menjadi inspirasi baginya.

“Euforia timnas saat itu sangat luar biasa, namun di sisi lapangan ada sosok tim medis yang selalu sigap setiap ada pemain yang mengalami cedera di lapangan yaitu sosok fisioterapi. Nah dari situ awal mula tertarik berminat nanti setelah lulus MAN harus kuliah di jurusan fisioterapi,” cerita Tony, Kamis (17/7/2025).

Merajut Mimpi dari Unisa Yogyakarta

Tony menjatuhkan pilihan pada Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta pada tahun 2019. Selama mengenyam pendidikan di Program Studi Fisioterapi Unisa Yogyakarta, banyak hal ia peroleh. Salah satu momen yang memantapkan dirinya mengembangkan klinik fisioterapi juga saat berkuliah di Unisa Yogyakarta.

Tony mengingat salah satu Dosen Perawat di Unisa Yogyakarta, juga pemilik Rumah Sakit Queen Latifa, Saefudin yang merupakan pengampu mata kuliah entrepreneur. “Materinya ketika itu sangat menggugah mental untuk terjun ke dunia usaha dengan tujuan bukan mencari kerja setelah lulus kuliah nanti, tapi merintis usaha biar kelak bisa membuka lapangan pekerjaan,” ujar Tony.

Tony mengaku setelah menyelesaikan studinya, sempat mencoba melamar di salah satu Rumah Sakit di Jakarta. Namun, ia gagal saat itu. Kegagalan tidak membuat Tony terpuruk. Ia akhirnya mendaftar kerja di RS Orthopaedi Purwokerto. Di sana sempat magang 6 bulan dan mendapat tawaran untuk kontrak 2 tahun, namun dengan berani ia menolak dan lebih memilih resign.

“Memilih merintis usaha untuk babat alas. Membuka praktik mandiri fisioterapi, karena selama magang 6 bulan juga dimanfaatkan buat survei pasar/market. Jika buka praktik mandiri di Purwokerto gimana prospeknya, karena kebetulan baru ada 1 klinik fisioterapi dan itupun lebih khusus ke pediatri,” ungkap Tony.

Tony yang memiliki basic ke fisioterapi olahragamenjadi modal nekatnya. Akhirnya ia memberanikan diri untuk resign dan memilih untuk menyewa rumah dan dijadikan praktik mandiri fisioterapi. “Memilih nama Physiokerto supaya masyarakat awam bisa lebih mengena, karena fisioterapi yang di Purwokerto ya pasti Physiokerto,” kata dia.

Mendirikan klinik fisioterapi bukan hal mudah. Tony mengaku tantangan selalu ada, tapi harus siap untuk dihadapi. Bisa dibilang Tony modal nekat saat itu. “Sewa tempat itu pinjam dana ke orang tua Rp14 juta dan untuk beli perlengkapan dari tabungan selama 6 bulan kerja dan homecare untuk tempat bed, meja dan lain-lain bayar termin ke reka MAN yang punya usaha meubelair,” ungkap Tony.

Fisioterapi Melayani dengan Hati Bukan Seenak Hati

Tony memanfaatkan media sosial untuk mengenalkan Physiokerto. Ia berbagi tentang penanganan hingga edukasi fisioterapi. Pelayanan yang ramah, responsif, beberapa hal yang diterapkan oleh Tony di Physiokerto. 

“Pelayanan yang maksimal menjadikan pasien getok ular (menyebarkan informasi dari mulut ke mulut) ke rekan, saudara, keluarga atau pun tetangga. Utamakan pelayanan cepat dan ramah, pelayanan itu senjata utama. Dengan begitu pasien pasti bakal balik lagi dengan 10 rekannya untuk melakukan treatment fisioterapi,” kata Tony.

Dirinya yang aktif di berbagai himpunan selama berkuliah di Unisa Yogyakarta, membawa relasinya semakin luas. Relasi adalah investasi terbaik saat masa muda menurut Tony. “Cari pengalaman dan belajar dari orang yang membuat terus berkembang. Karena relasi dan ilmu yang tepat bisa membuka peluang lebih besar dari sekedar materi. Mulailah bertumbuh bukan hanya bermimpi,” ungkapnya.

Tony juga berpesan Standar Operasional Prosedur (SOP) pelayanan fisioterapi harus selalu dijalankan, agar pasien merasa nyaman dan pelayanan sesuai dengan standar. “Karena fisioterapi itu melayani dengan hati bukan seenak hati,” kata Tony.

Fokus Pelayanan Bukan Uang

Tony mengungkapkan market fisioterapi di jalur praktik mandiri masih terbuka lebar. Ia berpesan kepada mahasiswa Unisa Yogyakarta agar memiliki mental wirausaha. Memiliki cita-cita untuk membuka lapangan kerja. “Wirausaha itu mental kuncinya, bukan modal,” pesan Tony.

Dirinya berharap kedepan alumni Fisioterapi Unisa Yogyakarta banyak yang membuka praktik mandiri di daerah asal masing-masing. Dengan begitu, fisioterapi bisa lebih dikenal masyarakat luas dan bermanfaat untuk umat. “Yakinlah asal usaha kalian diniati karena Allah untuk membantu menyehatkan Masyarakat, InsyaAllah rezeki bakal terus mendekat. Fokus ke pelayanannya bukan uangnya,” ucap Tony.

Tony mengatakan fisioterapi membantu pasien jalan disaat pasien belum mampu berjalan. Fisioterapi membantu menghilangkan nyeri disaat obat tidak bisa menghilangkannya. Fisioterapi memberikan semangat disaat pasien kehilangan semangat. Fisioterapi membantu atlet cedera agar bisa kembali berolahraga.

Sekolah dasar negeri

Fenomena menurunnya minat orang tua untuk menyekolahkan anak di Sekolah Dasar Negeri (SDN) semakin mengkhawatirkan. Tren ini mencerminkan adanya krisis kepercayaan masyarakat terhadap kualitas pendidikan sekolah negeri.

“Fenomena ini menunjukkan ritme yang memprihatinkan. Kondisi ini mencerminkan adanya pola krisis kepercayaan yang berimplikasi menurunnya minat masyarakat pada SD Negeri,” ucap Dosen Administrasi Publik Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Gerry Katon Mahendra, Jumat (18/7/2025).

Dari perspektif administrasi dan kebijakan publik, setidaknya terdapat tiga faktor utama penurunan minat pada SD Negeri. Pertama, kualitas layanan pendidikan yang dirasa belum merata (beda daerah, beda kualitas bahkan dalam lingkup satu kota/kabupaten). Kedua, lemahnya inovasi manajemen sekolah dalam menjawab kebutuhan siswa, orang tua, dan tuntutan perkembangan zaman; dan ketiga, rendahnya kepercayaan publik/ stigma yang terbangun saat ini, akibat dari kurangnya promosi tentang keunggulan SD Negeri.

Gerry menyebut ketimpangan promosi antara sekolah negeri dan swasta terlihat jelas. Ketimpangan tampak nyata terutama dalam konteks promosi dan peningkatan kualitas. Meskipun tidak semua, dapat dilihat sekolah swasta memiliki inisiatif dan modal yang kuat untuk melengkapi fasilitas dan peningkatan SDM Guru. Hal tersebut masih ditambah dengan promosi yang gencar. Memang ada implikasinya, yakni biaya sekolah menjadi mahal. Namun, para orang tua tetap memasukkan anaknya ke SD swasta karena merasa hal tersebut sangat “worth it”. Sementara sekolah negeri terikat regulasi dan birokrasi yang sering membatasi inovasi pelayanan.

“Orang tua murid saat ini juga sudah sangat aware dan ingin anaknya mendapatkan pendidikan yang berkualitas, aman, dan nyaman serta fasilitas yang baik. SD Negeri perlu berbenah secara menyeluruh, terutama fasilitas dan konsistensi kualitas pengajaran,” kara Gerry.

Gerry melihat saat ini kebijakan untuk mengatasi penurunan jumlah siswa di sekolah negeri masih belum begitu efektif. Saat ini memang sudah ada kebijakan zonasi yang secara teknis membuat persebaran siswa lebih merata. Namun, kebijakan zonasi saja tidak cukup, jika tidak diimbangi peningkatan kualitas sarpas yang memadai.

“Orang tua murid lebih memilih yang berkualitas sekalipun membayar lebih mahal. Kata kuncinya adalah, harus ditambahkan juga kebijakan dan tentu alokasi anggaran yang memadai berkaitan peningkatan kualitas secara komprehensif,” ucap Gerry.

Gerry menyebut Pemerintah daerah memiliki peran kunci untuk memastikan layanan pendidikan dasar tetap merata dan berkualitas. Pemerintah daerah wajib melakukan pemerataan guru, meningkatkan fasilitas sekolah negeri, serta membantu sekolah yang kekurangan murid dengan kebijakan afirmasi dan promosi agar akses pendidikan tetap adil bagi semua.

“Dinas pendidikan dan sekolah perlu fokus pada peningkatan kualitas pengajaran, pembaruan fasilitas, serta membangun citra positif melalui komunikasi yang transparan dan aktif,” kata Gerry.

Gerry juga menekankan branding dan komunikasi publik dari sekolah negeri perlu ditingkatkan. Setidaknya sekolah negeri bisa menunjukkan keunggulan dan prestasi secara terbuka. Selain juga memanfaatkan media sosial sekolah, serta membangun komunikasi yang aktif dan positif dengan orang tua dan masyarakat sekitar.

“Strategi jangka pendeknya meningkatkan kualitas pembelajaran dan fasilitas sekolah negeri agar menarik perhatian masyarakat. Strategi jangka panjang, reformasi manajemen pendidikan dan inovasi kurikulum yang menyesuaikan kebutuhan zaman agar tetap relevan,” saran Gerry.

Pkm

Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta kembali mencatatkan prestasi membanggakan di tingkat nasional. Sebanyak lima tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari UNISA Yogyakarta berhasil meraih pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) tahun 2025.

Capaian ini menempatkan UNISA Yogyakarta pada peringkat ke-6 dalam daftar perguruan tinggi di wilayah LLDIKTI V Daerah Istimewa Yogyakarta yang memperoleh pendanaan terbanyak untuk program PKM tahun ini. Ini sekaligus menjadi bukti bahwa semangat inovasi dan pengabdian mahasiswa UNISA semakin kuat dan berdampak nyata.

PKM yang didanai termasuk dalam skema Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-PM), yakni program yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk mendorong mahasiswa terlibat langsung dalam kegiatan pengabdian berbasis penerapan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Ketua Biro Kemahasiswaan dan Alumni (BKA) UNISA Yogyakarta, Yekti Satriyandari, menyampaikan apresiasinya atas capaian luar biasa ini.“Ini merupakan hasil kerja keras mahasiswa yang penuh semangat, didukung oleh dosen pembimbing yang kompeten dan sistem pembinaan PKM yang semakin terstruktur. Capaian ini menjadi motivasi besar untuk terus mengembangkan kreativitas mahasiswa UNISA yang berorientasi pada pengabdian masyarakat dan solusi nyata di lapangan,” ujar Yekti.

Dalam proses seleksi, tim-tim PKM UNISA berhasil menyisihkan ribuan proposal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Kelima tim yang lolos pendanaan akan segera melaksanakan program pengabdian di berbagai wilayah sesuai dengan isu strategis yang mereka angkat, mulai dari kesehatan masyarakat, pemberdayaan perempuan, ekonomi kreatif, hingga teknologi tepat guna.

Adapun lima judul PKM dari UNISA Yogyakarta yang berhasil memperoleh pendanaan adalah sebagai berikut:

  1. Exercise Game therapy: Mewujudkan Urip Apik Warga Binaan Lansia Lapas Kelas II B Sleman Melalui Metode Cognitive Motor Dual Task
  2. Pemberdayaan Caregiver dalam Mendukung Kemandirian Lansia Melalui Teknologi Geriatric Care di Yayasan Stroke Indonesia Yogyakarta
  3. Smart Posyandu; Optimalisasi Layanan 5 Meja Posyandu Berbasis Digital Menuju Posyandu 4.0
  4. Optimalisasi Binaural Beats Dalam Menurunkan Durasi Temper Tantrum Anak Dengan Autism Spectrum Disorder (ASD)
  5. Strategi Peningkatan Motivasi dan Mental Health Remaja Berbasis Nilai Pepatah Jawa ‘Urip iku Urup”

Capaian ini juga menjadi bukti nyata bahwa UNISA Yogyakarta terus berkomitmen membina mahasiswa yang tidak hanya unggul dalam akademik, tetapi juga memiliki kepedulian sosial dan kontribusi terhadap masyarakat luas.