Pos

Kerjasama

Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menjalin kerja sama dengan Universiti Malaysia Kelantan (UMK) ditandai dengan penandatanganan surat kerja sama di Malaysia, Senin (5/5/2025). Kerja sama ini semakin meneguhkan posisi UNISA Yogyakarta di tingkat internasional.

Kerja sama dengan UMK ini merupakan kerja sama pertama kali bagi UNISA Yogyakarta. “Kami saat ini tidak hanya fokus pada aspek jumlah dokumen MoU kerja sama, tapi lebih dari itu. UNISA Yogyakarta harus memastikan bahwa setelah MoU disepakati, tentu aktivitas internasional akan dijalankan,” ujar Rektor UNISA Yogyakarta, Dr. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat, Selasa (6/5/2025).

Warsiti menyebut UMK memiliki keunggulan pada bidang entrepreneurship, oleh karena itu UNISA Yogyakarta juga mencoba menyerap ilmu tersebut dengan mendukung aktivitas studi lanjut bagi dosen S3. Selain itu, berbagai aktivitas kerja sama lain juga akan dijalankan.

“Kami berharap kerja sama dengan UMK ini akan bisa ditindaklanjuti dengan aktivitas internasional. Seperti pertukaran mahasiswa outbound dan inbound (timbal balik), transfer kredit, conference internasional dan termasuk studi lanjut dosen,” ungkap Warsiti.

Warsiti menyebut ke depan UNISA Yogyakarta akan terus menguatkan civitas akademika, baik dosen, tenaga pendidik, dan mahasiswa untuk terlibat aktif dalam aktivitas internasional. “Aktivitas luar negeri yang tidak juga sekadar euforia, tetapi yang memberi dampak kepada universitas dan pengembangan kapasitas diri,” kata Warsiti.

Sebelumnya, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir mengatakan penandatanganan kerja sama ini sebagai langkah awal untuk kerja sama yang semakin kuat dan spesifik ke depannya.

“Tinggal nanti ke depannya kita spesifikkan, dan perkuat kerja sama dengan PTMA (Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah) yang berpotensi untuk dikerjasamakan,” harap Haedar.

Sementara itu, Naib Canselor UMK, YBrs. Prof.Ts.Dr. Arham bin Abdullah berharap penandatanganan LoA ini akan menjadi tiang penyangga dan tali yang kuat untuk menjalin silaturahmi guna kerja sama antara Muhammadiyah dengan UMK. “Kita nak perkuat, perkokoh ikatan kerja sama, kolaboration antara kita dengan Muhammadiyah yang besar ini,” katanya.

Bahkan, UMK menurutnya ingin menambah jaringan dengan PTMA tak hanya dengan lima kampus yang hari ini menandatangani LoA saja. Prof. Arham juga ingin mengikat kerja sama dengan Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah nantinya.

Diketahui selain Rektor Unisa Yogyakarta Warsiti, penandatanganan ini juga dilakukan Rektor UMSurabaya, Mundakir; Rektor UMP, Jebul Suroso; Rektor UMRI, Sa’idul Amin, dan Rektor UM Cirebon yang diwakili oleh Ketua PP Muhammadiyah dr. Agus Taufiqurrahman.

Sumber Foto : muhammadiyah.or.id

Pengabdian masyarakat

Asosiasi Pendidikan Ilmu Komunikasi Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (APIK PTMA) menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat internasional di Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (30/4/2025). Kegiatan ini diikuti sekitar 20 dosen PTMA dari berbagai kampus di Indonesia.

Dua dosen Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta turut ambil bagian dalam pengabdian masyarakat ini, yaitu Hari Akbar Sugiantoro dan Alfian Muhazir. Kegiatan ini bertujuan memperkuat branding lembaga pendidikan yang dikelola oleh masyarakat Indonesia di luar negeri, dengan tajuk acara ‘Branding Berkemajuan untuk Membangun Citra Positif Lembaga Pendidikan di Malaysia’.

Acara melibatkan mitra strategis yaitu para guru dan pengelola sekolah Indonesia Kuala Lumpur serta sanggar belajar yang berjumlah 25 orang. Dr. Tria Patrianti selaku narasumber menggali diskusi dari peserta yang hadir untuk merumuskan strategi branding yang tepat agar citra dan reputasi sekolah terbangun.

Tria yang juga Kaprodi Studi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Jakarta menjelaskan, branding tidak sekadar membangun citra positif. Lebih dari itu juga membangun pengalaman yang konsisten kepada publik. Menurutnya hal ini harus didukung dengan komunikasi efektif yang terus-menerus dilakukan untuk menjaga hubungan harmonis antara sekolah dengan masyarakat sekitar.

Sulton dari Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) pun membagi pengalamannya tentang elemen branding yang telah terbentuk sejak awal berdirinya sekolah tersebut di tahun 1969.

“Sejak awal kami selalu membangun nilai-nilai kebangsaan, patriotisme, dan selalu berkolaborasi dengan mitra, tapi memang strategi branding belum dilakukan secara berkelanjutan,” ucap Sulton.

Ketua APIK PTMA, Choirul Fajri menekankan kegiatan pengabdian seperti ini merupakan bentuk nyata tanggung jawab perguruan tinggi dalam memberikan kontribusi langsung terhadap penyelesaian masalah sosial masyarakat, terutama di bidang pendidikan. “Perguruan tinggi tidak boleh hanya sekadar menghasilkan lulusan yang berkualitas secara akademik tetapi juga harus mampu berkontribusi secara nyata dalam membantu pengembangan masyarakat,” jelas Fajri.

Fajri juga mengungkapkan harapannya agar sekolah-sekolah yang dikelola oleh masyarakat Indonesia di luar negeri, khususnya di Kuala Lumpur, dapat berkembang dan memberikan kontribusi nyata dalam memperkuat hubungan antar komunitas Indonesia. Sekaligus memperkenalkan budaya dan pendidikan Indonesia secara lebih luas.

Muhajir, salah satu peserta kegiatan sekaligus pengelola sekolah, menyampaikan apresiasi yang tinggi atas pelaksanaan kegiatan ini. Menurutnya, acara ini memiliki manfaat penting dalam membantu pengembangan strategi promosi sekolah. “Meskipun ada karakteristik yang berbeda antara sekolah di Indonesia dan di Malaysia, kami mendapatkan wawasan baru mengenai strategi branding yang efektif,” ungkap Muhajir.

Muhajir juga menambahkan, berbagai ide dan wawasan yang diperoleh selama kegiatan ini memberikan semangat baru untuk meningkatkan kualitas branding sekolah. Ia berharap agar kegiatan serupa dapat terus diadakan secara berkala agar para pengelola sekolah mendapatkan pembaruan informasi dan wawasan secara berkelanjutan.

Selain penyampaian materi oleh para ahli, kegiatan ini juga dilengkapi dengan sesi Focus Group Discussion (FGD) yang bertujuan untuk merancang strategi branding secara praktis dan aplikatif. Dalam FGD ini, peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk berdiskusi dan merancang ide-ide strategis terkait peningkatan citra lembaga pendidikan yang mereka kelola.

Sebelum kegiatan berlangsung, rombongan peserta pengabdian internasional bersilaturahmi ke Sekretariat Pengurus Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) dan Pengurus Cabang Istimewa Aisyiyah (PCIA) di Kampung Bharu, Malaysia. Rombongan diterima Wakil Ketua PCIM Malaysia, Darsun Safwan dan Ketua PCIA Malaysia, Nuriyatun Nafiah.

Sertifikasi profesi

Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta dalam meningkatkan kualitas dan daya saing lulusannya menggelar Launching Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) UNISA Yogyakarta. Acara peresmian ini berlangsung di hall Baroroh Baried pada Sabtu (03/05), dihadiri oleh ratusan mahasiswa dan perwakilan dari berbagai prodi, biro dan unit yang ada di UNISA Yogyakarta.

Pendirian LSP UNISA Yogyakarta ini merupakan tindak lanjut dari keberhasilan UNISA Yogyakarta dalam memperoleh lisensi resmi dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) beberapa waktu lalu. Lisensi ini menjadi bukti pengakuan atas kompetensi UNISA Yogyakarta sebagai penyelenggara sertifikasi profesi yang terpercaya dan sesuai standar nasional.

Ketua LSP UNISA Yogyakarta, Endang Koni Suryaningsih, S.ST., MSc., N-M.,Ph.D, dalam sambutannya menyampaikan visi dan misi lembaga yang dipimpinnya.

“Visi kami adalah menjadi Lembaga Sertifikasi Profesi yang unggul dalam menghasilkan lulusan yang kompeten di bidang kesehatan, berwawasan luas, menjadi pilihan utama, dan berlandaskan nilai-nilai Islam yang berkemajuan,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa misi LSP UNISA Yogyakarta adalah menyelenggarakan sertifikasi kompetensi bagi mahasiswa UNISA Yogyakarta sesuai dengan standar dan peraturan yang berlaku.

Saat ini, LSP UNISA Yogyakarta telah memiliki tiga skema sertifikasi yang siap melayani mahasiswa. “Untuk tahap awal, kami melayani Skema Petugas Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang diperuntukkan bagi mahasiswa dari Program Studi Kebidanan, Bioteknologi, Fisioterapi, Teknologi Laboratorium Medis (TLM), dan Radiologi. Kami berharap program studi lain di UNISA Yogyakarta dapat segera menyusul dengan skema sertifikasi yang relevan,” imbuh Koni.

Direktur LSP Muhammadiyah, Dr. Filosa Gita Sukmono, S.I.Kom., M.A, turut hadir dan memberikan sambutan. Ia menekankan betapa pentingnya sertifikasi profesi bagi mahasiswa dalam menghadapi persaingan di pasar kerja, baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional.

“Kepemilikan sertifikasi profesi memberikan nilai tambah yang signifikan bagi mahasiswa di mata perusahaan atau klien. Sertifikasi ini menjadi bukti konkret bahwa kompetensi mereka telah diakui oleh pihak ketiga yang independen,” tegas Filosa.

Wakil Rektor I UNISA Yogyakarta, Dr. Sulistyaningsih, S.KM., MH.Kes, menyampaikan apresiasi yang tinggi atas kerja keras tim dalam mewujudkan LSP UNISA Yogyakarta.

“Kami sangat mengapresiasi perjalanan panjang pembentukan LSP UNISA Yogyakarta, mulai dari inisiasi hingga akhirnya mendapatkan lisensi dari BNSP. Kami berharap LSP Muhammadiyah terus memberikan bimbingan dan pendampingan agar program studi lain di UNISA Yogyakarta dapat segera memiliki skema sertifikasi yang baru,” kata Sulis.

Acara peluncuran ini juga diisi dengan sharing session dan sesi tanya jawab yang diikuti antusias oleh sekitar 180 mahasiswa. Kegiatan ini memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai manfaat dan proses sertifikasi profesi yang ditawarkan oleh LSP UNISA Yogyakarta.

Pemanasan global 1

Program Studi Bioteknologi Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas `Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta terus menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan wawasan global mahasiswanya. Langkah konkretnya diwujudkan melalui kuliah umum bertajuk SIMBION (Sinau Bareng Bioteknologi) yang mengangkat tema, “Microbial Approaches to Mitigating Global Warming”.

Acara yang dihelat pada Rabu (30/04) di ruang sidang gedung Siti Moendjijah ini menghadirkan narasumber professor terkemuka, yakni Prof. Hiroyuki OHTA, Rektor Ibaraki University Jepang yang juga dikenal sebagai pakar di bidang pemanfaatan mikroorganisme.

Ketua Prodi Bioteknologi UNISA Yogyakarta, Arif Bimantara, S.Pi., M.Biotech, mengungkapkan bahwa kuliah umum ini memiliki dua tujuan utama. Pertama, memberikan kesempatan bagi para mahasiswa untuk menyerap ilmu dan perspektif langsung dari seorang ilmuwan internasional. Kedua, memperkuat jalinan kerja sama yang telah terjalin erat antara Prodi Bioteknologi UNISA Yogyakarta dan Ibaraki University, terutama dalam ranah penelitian. Kuliah umum SIMBION ini menjadi salah satu implementasi nyata dari sinergi akademik tersebut.

“Kami berharap melalui kuliah umum ini, mahasiswa Prodi Bioteknologi UNISA Yogyakarta mendapatkan wawasan baru yang signifikan, terutama mengenai alternatif solusi inovatif dalam mengatasi permasalahan pemanasan global melalui pendekatan bioteknologi. Lebih dari itu, kami juga berharap agenda ini dapat memantik motivasi mahasiswa untuk semakin berinovasi di bidang biotek, sehingga kelak mampu berkontribusi nyata dalam mengatasi tantangan lingkungan,” terang Arif.

Ia juga menambahkan dengan adanya kegiatan ini, kerja sama antara UNISA Yogyakarta dan Ibaraki University diharapkan semakin solid dan produktif di masa mendatang.

Dalam sesi kuliah umumnya, Prof. Hiroyuki OHTA memaparkan secara komprehensif mengenai potensi besar mikroorganisme dalam menjadi solusi efektif untuk menghadapi ancaman pemanasan global. Ia mengupas tuntas berbagai riset terkini dan aplikasi praktis pemanfaatan mikroba dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, meningkatkan penyerapan karbon, hingga mengembangkan sumber energi alternatif yang berkelanjutan.

Mahasiswa Bioteknologi UNISA Yogyakarta dari berbagai tingkatan, mulai dari semester 1 hingga semester 6, tampak antusias menyimak paparan dari profesor asal Jepang tersebut. Kuliah umum ini diharapkan dapat membuka cakrawala pemikiran mahasiswa dan mendorong mereka untuk mendalami lebih jauh potensi bioteknologi dalam menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Jantung 2

Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian utama di dunia. Menurut laporan World Health Organization (WHO), sekitar 17,9 juta orang meninggal setiap tahun akibat penyakit kardiovaskular, yang mewakili 32 persen dari seluruh kematian global. Dari jumlah ini, sebanyak 85 persen disebabkan oleh serangan jantung dan stroke.

Di Indonesia, prevalensi penyakit jantung koroner dan henti jantung mendadak menunjukkan tren peningkatan, seiring dengan perubahan gaya hidup, pola makan tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik.

Henti jantung mendadak dapat terjadi kapan saja dan di mana saja, sering kali tanpa peringatan. Tindakan cepat dalam hitungan menit pertama sangat penting untuk menyelamatkan nyawa. Karena itu, pemahaman masyarakat tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD), khususnya Resusitasi Jantung Paru (RJP), menjadi sangat krusial.

Sebagai bentuk kontribusi nyata Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah dalam meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi kegawatdaruratan jantung, telah dilaksanakan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat berupa Pelatihan Resusitasi Jantung Paru (RJP) di Dusun Pasekan Lor, Balecatur, Gamping pada 15 April 2025.

Kegiatan ini melibatkan peserta dari unsur kader kesehatan Posyandu dan masyarakat umum di Pasekan Lor, Balecatur, Gamping. Para peserta mendapatkan pembekalan teori dan praktik langsung terkait pelaksanaan RJP sebagai bagian dari Bantuan Hidup Dasar.

Materi pelatihan disampaikan oleh para narasumber berpengalaman, yakni:

  • Dr. dr. Ardi Pramono, M.Kes., Sp.An. dosen dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)
  • Ns. Hamudi Prasestiyo, M.Kep., Sp.Kep.Onk. dosen dari Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta
  • Tim Kesehatan RS PKU Muhammadiyah Gamping

“Dalam pelatihan ini, peserta diberikan pemahaman tentang tanda-tanda henti jantung, pentingnya mengenali kondisi kegawatdaruratan sejak dini, serta teknik resusitasi jantung paru yang efektif. Sesi praktik menggunakan pantom (boneka latihan) bertujuan untuk membiasakan peserta melakukan RJP dengan teknik yang benar,” ujar Hamudi.

Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan signifikan dalam pengetahuan peserta mengenai prinsip dasar RJP. Selain itu, peserta mampu mempraktikkan teknik RJP dengan baik sesuai dengan prosedur standar. Antusiasme peserta sangat tinggi, dengan banyaknya pertanyaan dan diskusi aktif selama sesi berlangsung.

Melalui pelatihan ini, diharapkan kader kesehatan dan masyarakat awam dapat menjadi penolong pertama yang sigap dan terampil dalam menghadapi kasus henti jantung mendadak di lingkungan mereka. Semakin banyak masyarakat yang terlatih RJP, maka angka keselamatan akibat henti jantung di komunitas dapat meningkat.

Kegiatan ini menjadi bukti nyata pentingnya kolaborasi antara akademisi, tenaga kesehatan, dan masyarakat dalam membangun ketahanan komunitas menghadapi kegawatdaruratan kardiovaskular sebagai bukti nyata kontribusi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah di masyarakat.