Pos

Yasmine likhadiatri 3

Gelombang unjuk rasa yang belakangan marak di berbagai daerah, termasuk Yogyakarta, kerap diwarnai dengan penggunaan gas air mata oleh aparat. Kondisi ini menimbulkan perhatian serius, mengingat paparan gas air mata dapat berdampak langsung pada kesehatan masyarakat, terutama para peserta aksi. Menanggapi hal tersebut, dosen Fakultas Kedokteran Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, dr. Yasmine Likhadiatri memberikan penjelasan mengenai risiko yang ditimbulkan sekaligus langkah penanganannya, Kamis (3/9).

Menurut dr. Yasmine Likhadiatri, gas air mata mengandung senyawa kimia iritan yang mampu memengaruhi saluran pernapasan, mata, dan kulit. Paparan yang terjadi biasanya ditandai dengan mata perih, berair, penglihatan kabur, batuk, hingga rasa sesak di dada. Tidak jarang pula muncul sensasi panas atau terbakar pada kulit. Bagi individu dengan riwayat penyakit pernapasan seperti asma, gejala tersebut bisa menjadi lebih berat dan berbahaya.

Ia menjelaskan bahwa paparan dalam waktu lama, apalagi di ruang tertutup, berpotensi menimbulkan komplikasi serius. Beberapa kasus bisa berkembang menjadi sesak berat, muntah, atau bahkan kehilangan kesadaran apabila tidak segera mendapatkan penanganan. Karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengetahui cara sederhana mengurangi risiko ketika terpapar.

Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah segera menjauh dari lokasi sumber gas dengan arah berlawanan dari tiupan angin agar paparan tidak semakin parah. Apabila mata terasa perih atau berair, sebaiknya segera dibersihkan menggunakan air mengalir tanpa menguceknya. Menutup hidung dan mulut dengan kain basah atau masker dapat membantu meminimalisasi masuknya partikel kimia ke dalam saluran pernapasan. Setelah kondisi memungkinkan, pakaian yang dikenakan sebaiknya segera diganti dan kulit dibersihkan dengan sabun agar sisa partikel kimia tidak menempel lebih lama. Bila gejala semakin berat, seperti sesak napas yang tidak kunjung membaik atau gangguan penglihatan, maka pertolongan medis harus segera dicari.

“Keselamatan diri adalah yang utama. Ketika berada di tengah kerumunan massa, penting untuk tetap waspada terhadap situasi sekitar dan memahami bagaimana cara menjaga kesehatan tubuh ketika terpapar gas air mata,” tegas dr. Yasmine.

Melalui penjelasan ini, Fakultas Kedokteran UNISA Yogyakarta berharap masyarakat semakin sadar akan risiko kesehatan dari gas air mata serta mampu mengambil langkah cepat untuk meminimalisasi dampaknya, khususnya di tengah situasi unjuk rasa yang masih berlangsung di berbagai wilayah.