Pos

kolaborasi

Senyum bahagia muncul dari seorang ibu di Sanden Kabupaten Bantul. Ia tak lagi harus menempuh perjalanan panjang ke kota hanya untuk menjalani latihan dan rehabilitasi fisik. Kini, cukup dengan pendampingan kader kesehatan dan bantuan sebuah aplikasi di gawai sederhana, ia bisa berlatih di rumah. Cerita ini lahir dari Project Inclusion, kolaborasi Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta dan JAMK University Finlandia

Kerjasama ini sejalan dengan agenda global WHO Rehabilitation 2030, yang menegaskan bahwa rehabilitasi adalah hak semua orang. Melalui Inclusion App, teknologi dan kearifan lokal berpadu: kader kesehatan desa menjadi ujung tombak, mahasiswa terlibat langsung, dan dosen serta peneliti berkolaborasi lintas negara.

“Selama ini, keterbatasan tenaga fisioterapi membuat warga desa sering tertinggal dalam akses layanan. Inclusion App menjembatani itu semua,” ujar seorang kader yang baru saja dilatih menggunakan aplikasi tersebut.

Dampaknya melampaui kesehatan. Dengan aplikasi ini, masyarakat menghemat biaya dan waktu, emisi transportasi berkurang, dan perempuan desa mendapat ruang lebih besar untuk berdaya sebagai agen kesehatan. Penyandang disabilitas pun kini memiliki akses lebih adil terhadap layanan yang selama ini sulit dijangkau.

Tak hanya itu, Project Inclusion juga mengangkat nama Indonesia di panggung internasional. UNISA Yogyakarta bersama JAMK menyelenggarakan Digital Rehabilitation Summit lintas negara, mempublikasikan riset bersama, hingga membuka peluang ekspor teknologi kesehatan berbasis aplikasi. “Ini bukan sekadar riset, tapi diplomasi akademik yang menunjukkan bahwa Indonesia bisa memberi solusi global,” tutur salah satu dosen UNISA Yogyakarta penuh semangat.

Dengan langkah ini, UNISA Yogyakarta menegaskan diri bukan hanya kampus lokal, tetapi pionir rehabilitasi digital yang membawa manfaat nyata bagi masyarakat desa sekaligus memperkuat reputasi bangsa di dunia.

Project Inclusion adalah bukti bahwa ketika pengetahuan, teknologi, dan kepedulian manusia berpadu, harapan baru bisa tumbuh bahkan dari desa kecil, untuk dunia.

Kolaborasi

Universitas `Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta dan Universitas Ahmad Dahlan (UAD) kembali menunjukkan kolaborasi dalam komitmennya meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. Kali ini, kedua universitas yang masih berada dalam naungan persyarikatan Muhammadiyah ini bekerja sama menyelenggarakan Pelatihan Peningkatan Ketrampilan Teknik Instruksional (Pekerti) bagi dosen Fakultas Kedokteran dan Agama Islam di UNISA, Senin (23/09).

Kolaborasi

Pelatihan yang berlangsung selama satu minggu ini bertujuan untuk membekali para dosen dengan keterampilan yang diperlukan dalam merancang pembelajaran yang efektif, melakukan evaluasi pembelajaran, serta mengimplementasikan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Center Learning).

Rektor UAD Prof. Dr. Muchlas, M.T mengatakan dalam berbagai tekanan pentingnya pengembangan kompetensi pedagogi di tengah perubahan paradigma kurikulum yang begitu cepat.

“Dosen tidak hanya dituntut untuk menguasai materi akademik, tetapi juga harus mampu menyampaikan materi tersebut dengan menarik dan efektif sehingga dapat dipahami oleh mahasiswa, ” ujarnya.

Wakil Rektor II UAD Dr. Norma Sari, M.Hum menambahkan bahwa pelatihan Pekerti merupakan salah satu bentuk implementasi dari izin yang telah diperoleh UAD dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sebagai penyelenggara pelatihan pekerti.

“Kami berharap pelatihan ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi para dosen, khususnya dalam menghadapi tantangan pembelajaran di era digital, ” imbuhnya.

Rektor UNISA Yogyakarta Dr. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat menyambut baik kerja sama kolaborasi dengan UAD dalam penyelenggaraan pelatihan ini.

“Pelatihan Pekerti ini merupakan langkah awal yang baik bagi dosen kami untuk meningkatkan kompetensinya. Dengan bekal keterampilan baru, kami optimis dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas dan siap menghadapi tantangan dunia kerja,” tuturnya.

Pelatihan Pekerti yang diikuti oleh 30 peserta, terdiri dari 22 dosen Fakultas Kedokteran dan 8 dosen Agama Islam dan Kemuhammadiyahan, menyoroti empat tugas utama dosen, yaitu ranah personal, sosial, profesional, dan pedagogi. Secara khusus, pelatihan ini memberikan perhatian yang besar pada pengembangan kompetensi pedagogi, mengingat pentingnya kemampuan dosen dalam menyampaikan materi pembelajaran yang kompleks dengan cara yang mudah dipahami oleh siswa.

Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Menjalin Sinergi Dengan Majelis Pemberdayaan Masyarakat Pimpinan Pusat Muhammadiyah

IMG-20170131-WA0010

Majelis Pemberdayaan Masyarajat (MPM) PP Muhammadiyah bersilaturahim ke Univeritas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, Selasa (31/1/2017). Kunjungan ini diharapkan akan ada kerjasama antara MPM PP Muhammadiyah dan UNISA.

Rombongan MPM PP Muhammadiyah yang dipimpin Dr M Nurul Yamin diterima Ummu Hani, Wakil Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes) dan Sarwinanti Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM). Audiensi ini membahas beberapa program yang bisa dikerjasamakan di antara kedua lembaga ini.

Ummu Hani yang juga mewakili Rektor UNISA menyambut baik silaturahim pengurus MPM PP Muhammadiyah ke kampus UNISA. “ Di UNISA, kami juga memiliki program pembinaan kepada masyarakat, harapannya kerja sama nanti dapat bermanfaat bagi masyarakat” kata Ummu Hani.

Unisa akan melakukan tindak lanjut pertemuan hari ini termasuk mapping program. “Sebagai wujud kepedulian terhadap masyarakat yang terpinggirkan, InsyaAllah kami akan membantu dalam tindak lanjut berikutnya,” kata Ummu.

M Nurul Yamin, Ketua MPM PP Muhammadiyah mengatakan, dalam beberapa program yang terkait pemberdayaan masyarakat, MPM senantiasa menggandeng Ortom dan amal usaha Muhammadiyah untuk bersinergi bersama-sama. “Kami bersilaturrahim dengan pimpinan Univesitas ‘Aisyiyah, dalam rangka membangun sinergi amal usaha pendidikan khususnya perguruan tinggi dengan program-program pemberdayaan masyarakat,” kata Yamin.

MPM, kata Yamin, selain melakukakan aktivitas pemberdayaan yang sifatnya peningkatan pendapatan atau kapasitas kelompok, juga melakukan advokasi pada kepentingan-kepentingan kelompok. “Salah satu yang ingin kami diskusikan hari ini adalah advokasi bidang kesehatan, karena salah satu problem yang ada di kelompok adalah kesehatan” tandas Yamin.

Yamin memandang UNISA banyak menangani perempuan dan anak-anak sehingga bisa diajak untuk berkolabroasi. “Kami memandang ‘Aisyiyah konsen terhadap perempuan dan anak-anak, karena isu-isu kesehatan pada kelompok dampingan kebanyakan adalah perempuan dan anak-anak” katanya.