Tingkatkan Kesiapsiagaan Hadapi Bencana, UNISA Yogyakarta Gelar Simulasi Gempa Bumi

,
Simulasi gempa bumi

Tingkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana, Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menggelar simulasi gempa bumi, di Gedung Siti Bariyah, Jumat (25/4/2025). Simulasi ini juga menjadi bagian dalam rangka memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana 2025.

“Tujuan utamanya tentu untuk meningkatkan kesiapsiagaan seluruh sivitas akademika terhadap potensi bencana gempa bumi,” ujar Ketua Penyelenggara Simulasi Gempa Bumi di UNISA Yogyakarta, Heri Puspito.

Dengan adanya simulasi ini, diharapkan mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan dapat mengetahui langkah-langkah evakuasi yang benar, mengenali titik kumpul, serta memahami prosedur penyelamatan diri saat terjadi gempa. “Ini bagian dari upaya mitigasi risiko bencana di lingkungan kampus,” tegasnya.

Kegiatan simulasi ini mencakup sosialisasi awal tentang gempa dan potensi risikonya, pelatihan tentang bagaimana merespons saat gempa terjadi, praktik evakuasi dari gedung menuju titik kumpul aman. “Serta evaluasi dari jalannya simulasi untuk melihat sejauh mana kesiapan peserta, karena simulasi kali ini tidak ada korban bencana sehingga tidak ada proses simulasi evakuasi korban, tim kesehatan hanya standby saja,” ungkap Heri.

Heri menyebut edukasi kebencanaan sangat penting, terutama karena Indonesia adalah negara rawan bencana, termasuk Yogyakarta yang berada di jalur cincin api dan dekat dengan sesar aktif. Dengan pemahaman yang baik, risiko jatuhnya korban jiwa bisa ditekan. Edukasi ini bukan hanya penting untuk individu, tapi juga untuk membentuk budaya tanggap bencana di masyarakat. Selain itu kegiatan ini sebagai bentuk evaluasi dari sarana dan prasarana apa yang kurang dan harus dibenahi untuk lebih siap kedepannya.

Selain itu Heri menyebut berdasarkan laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tingkat kesiapsiagaan masyarakat Indonesia masih tergolong sedang. Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui prosedur evakuasi yang benar atau tidak memiliki rencana darurat di rumah. “Oleh karena itu, simulasi dan edukasi seperti ini menjadi penting untuk meningkatkan budaya sadar bencana, khususnya di daerah rawan seperti DIY,” ucap Heri.

Dosen Keperawatan UNISA Yogyakarta itu juga memberikan tips pertolongan pertama saat terjadi bencana. Pertama, memastikan lingkungan aman sebelum menolong pastikan tidak ada reruntuhan. Lalu, lakukan pemeriksaan cepat dengan prinsip ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability, Exposure). Bila korban tidak sadar, periksa jalan napas dan segera lakukan resusitasi jika perlu.

“Hentikan perdarahan dengan penekanan langsung, stabilkan cedera patah tulang, dan segera evakuasi ke tempat yang lebih aman atau rujuk ke fasilitas kesehatan jika kondisinya berat. Biasanya tim respon cepat TRC  dalam hal ini yang menandai korban bencana apakah korban emergency dan harus segera ditolong, apakah bisa ditunda dan apakah korban meninggal,” tutup Heri.