Agenda sosialisasi dan aktualisasi pandangan islam wasathiyah berkemajuan di ptma

Sumber Daya Manusia yang berkompeten merupakan aset penting yang dimiliki oleh Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta. Oleh karenanya, dalam proses bekerja perlu dilandasi oleh spirit rasa syukur, ibadah dan amanah. Hal ini disampaikan oleh dr. H. Agus Taufiqqurahman, M. Kes., Sp.OG pada momen Pengajian Ramadhan UNISA Yogyakarta (29/4).

“Mari kita ingat bahwa bukan kebahagiaan yang membuat kita bersyuur. Tetapi bersyukur yang membuat kita bahagia. Maka marilah senantiasa bersyukur dengan nikmat bisa kerja. Karena tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama seperti kita” Agus Taufiqqurahman menambahkan.

Perlu dicermati bahwa terdapat relasi antara agama (mencari Ridho Allah) dan etos kerja sehingga dapat membentuk pola pikir SDM yang unggul. Bekerja dengan ikhlas dengan senantiasa dilandasi oleh etos kerja yang tinggi. Maka hakikatnya akan membawa manfaat bagi tempat kita bekerja.

“Peliharalah tempat kamu bekerja, jagalah nama baiknya. Walaupun tidak membuat kaya tapi setidaknya dari sanalah kalian hidup. Maka, mari bekerja dengan senang hati seperti piknik yang dibayar” tutup Agus Taufiqqurahman dalam paparan materinya.

Agenda sosialisasi dan aktualisasi pandangan islam wasathiyah berkemajuan di ptma

Perguruan Tinggi ‘Aisyiyah (PTA) merupakan amal usaha yang dijiwai dan dilandasi oleh nilai-nilai Islam Berkemajuan dalam tatanan Ideologis, filosofis dan praksis-aplikatif. Nilai-nilai tersebut menjadi menjadi salah satu kekuatan untuk kelangsungan dan kesinambungan ‘Aisyiyah sebagai Gerakan dakwah dan tajdid yang melintasi jaman.

Dalam kegiatan Pengajian Ramadhan (28/4) yang diselenggarakan oleh Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta. Shoimah Kastolani menyampaikan bahwa semua Civitas Akademika punya tugas untuk menjadikan Kampus sebagai pusat pengembangan kepribadian muslim yg ber-Muhammadiyah dan berwawasan kebangsaan dengan mengintegrasikan  ilmu dan amal.

PTA khususnya UNISA Yogyakarta mempunyai ikatan struktural, fungsional, dan kultural langsung maupun tidak langsung dengan visi ‘Aisyiyah. Oleh karenanya, PTA perlu menumbuhkan nuansa keislaman di kampus. Misalnya dengan menggemakan Al Quran, melaksanakan Pengajian secara rutin dan tetap menjaga Kebersihan kampus.

“Untuk mendukung pengembangan kepribadian Muslim, seluruh elemen Kampus juga perlu memiliki loyalitas. Merasa bagian dari sistem, taat pada regulasi dan memberi kontribusi nyata bukan hanya sekedar menuntut” Ujar Shoimah Kastolani. Selain nilai akademik, juga perlu ditumbuhkan nilai kepribadian muslim pada seluruh Civitas. Sehingga PTA sebagai Amal Usaha dapat tetap terawatt dan terjaga.

 

 

Agenda sosialisasi dan aktualisasi pandangan islam wasathiyah berkemajuan di ptma

Di antara problematika perempuan dan media adalah citra perempuan dalam media, kekerasan berbasis gender online, akses perempuan dalam dunia digital, kurangnya literasi digital, maraknya hoaks dan fakes news dan problem influencer Islam Wasathiyah. Media mereproduksi stereotype perempuan, melakukan pelabelan feminitas dan maskulinitas dan perempuan sebagai penggoda. Media juga mengukuhkan domestifikasi perempuan. Adapun kekerasan berbasis gender online meningkat 300 persen di masa pandemi. Hal ini disampaikan oleh Dr. Tri Hastuti Nur Rochimah, M.Si., Sekretaris Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, dalam Pengajian Ramadhan UNISA Yogyakarta (28/4).

Pentingnya influencer Islam Wasathiyah mengingat wacana Islam Liberal mendominasi dunia media social, minimnya influencer perempuan dengan pandangan Islam Wasathiyah, dan pengelolaan media social pandangan Islam Wasathiyah secara lebih professional. Demikian penjelasan Tri Hastuti yang pernah menjabat sebagai Dekan FEISHum Unisa Yogyakarta tahun 2017-2019.

Strategi yang bisa digunakan adalah kritis terhadap media, meningkatkan pengetahuan digital dan ketrampilan digital. Adapun tantangan yang dihadapi perempuan antara lain: (1) fenomena Buzzer, (2) kemampuan (biaya dan SDM) dan kompetensi (content creator) untuk mengelola dakwah Islam Wasathiyah menggunakan media social secara professional, (3) kolaborasi, (4) implementasi kebijakan pemerintah mendukung literasi digital perempuan.

Agenda sosialisasi dan aktualisasi pandangan islam wasathiyah berkemajuan di ptma

Islam Wasathiyah yaitu: (1) Tawasuth (jalan tengah), (2) Tawazun (berkeseimbangan), (3) I’tidal (lurus dan tegas, proporsional), (4) Tasamuh (toleransi), (5) Musawah (egaliter non diskriminatif), (6) Syura (musyawarah), (7) Ishlah (reformasi), (8) Aulawiyah (mendahulukan yang prioritas), (9) Tathawur wa ibtikar (dinamis dan inovatif), (10) Tahadhdhur (berkeadaban). Hal ini disampaikan oleh Bapak Dr. H. Agung Danarto, M.Ag., Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, di hari kedua Pengajian Ramadhan 1442 H Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, Rabu (28/4).

Lebih lanjut dijelaskan Islam Berkemajuan: (1) Memiliki spirit untuk maju, (2) Membawa masyarakat kepada era yang lebih modern dan lebih maju, (3) Selaras dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, (4) Memiliki etos masyarakat modern: professional, disiplin, kerja keras, rasional, team work, jejaring dan sinergi, open mind, demokratis, memanfaatkan kemampuan teknologi, (5) Memberikan manfaat untuk masyarakat luas: etos “Rohmah” untuk menyelamatkan umat manusia, etos “al-Ma’un” untuk kepedulian kepada masyarakat dhuafa, keterpaduan iman dan amal shalih, (6). Mentradisikan amal shalih.

Adapun agenda aktualisasi Islam Wasathiyah Berkemajuan di PTMA antara lain: (1) PTMA sebagai pusat pendidikan unggul. Tidak bisa ditawar lagi, kita semua harus berbenah, (2) PTMA sebagai pusat keunggulan saintek. Kita perlu menyiapkan pakar, dan menyiapkan riset centre, (3) Tatakelola PTMA yang baik (good governance), (4) Laboratorium Pengembangan Persyarikatan di PTMA, (5) PTMA sebagai Pusat Pengembangan Masyarakat, (6) Pengembangan unit bisnis untuk menopang pembiayaan., (7) Pembinaan AIK yang intensif di kampus, di asrama/ kost dan di masyarakat untuk mahasiswa, karyawan dan dosen, (8) Pengarusutamaan paham Islam Wasathiyah Berkemajuan di kampus melalui seminar, kajian, pengajian, baitul arqam, peraturan, kurikulum AIK.

Agenda sosialisasi dan aktualisasi pandangan islam wasathiyah berkemajuan di ptma

Kalau kita ingin mengetahui transisi era klasik ke era  modern, maka lihatlah Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau dikenal Hamka. Tahun 1930-an Hamka sudah jadi tokoh Muhammadiyah di Bukit Tinggi, Padang Panjang. Dia telah menulis “Tenggelamnya Kapal van der Wijck”. Pergumulan klasik – modern ada di diri Hamka. Hal tersebut di sampaikan oleh Prof. Dr. HM Amin Abdullah, dalam kegiatan Pengajian Ramadhan 1442 H di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (UNISA),  Rabu (28/4).

Muhammadiyah hadir abad ke-20 (1912) setelah mengenal model pendidikan agama saja (pesantren, dayah, surau) dan pendidikan umum saja (sekolah), Zending-Kristen bersama kehadiran Portugis-Belanda. Kemudian, Muhammadiyah memadukannya menjadi agama-umum (madrasah).

Pandangan keilmuan keislaman di era disruptif yaitu cara atau model pembelajaran, berpikir dan beragama yang mampu: (1) menyatupadukan informasi, data, teknik, alat-alat, perspektif, konsep, (2) untuk memajukan pemahaman fundamental atau (3) untuk memecahkan “permasalahan tertentu” yang pemecahannya berada di luar wilayah jangkauan satu disiplin tertentu atau wilayah praktik penelitian tertentu.

Adapun cara berpikir dan beragama yang bercorak multidisiplin, interdisiplin dan transdisiplin yaitu: (1) Melibatkan berbagai pendekatan, (2) Mampu memecah kebekuan dan kejenuhan disiplin ilmu (sains, social, humaniora, agama) yang berdiri sendiri-sendiri, (3) Mampu melunakkan batas-batas kaku antara berbagai disiplin ilmu, (4) Menciptakan ruang intelektual-spiritual baru.