Logo milad unisa 33 logomark with white background

Pada Sabtu (20/04), Universitas `Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta yang akan bersiap merayakan tonggak bersejarahnya ke-33 meluncurkan logo milad khusus untuk memperingati momen bersejarah ini. Acara peluncuran logo sendiri dilaksanakan dalam rangkaian kegiatan syawalan pegawai di Convention Hall Masjid Walidah Dahlan.

Dalam penjelasannya, Tika Ainnunisa Fitria, S.T., M.T., Ph.D, selaku ketua panitia milad UNISA Yogyakarta, memaparkan tema yang diusung pada milad ke-33 ini yaitu “Berkhidmat Memajukan Peradaban Bangsa”. Tema ini menggarisbawahi komitmen UNISA Yogyakarta dalam berkontribusi dalam memajukan peradaban bangsa melalui pendidikan dengan dedikasi yang tinggi.

Selain itu, Tika juga menjelaskan makna yang terkandung dalam logo Milad 33 tersebut. “Angka 3 melambangkan kehidmatan yang dinamis, sedangkan angka 3 pada lengkung bawah dianalogikan sebagai tangan yang terbuka, dapat diartikan sebagai simbol harapan atau doa,” ungkap Tika.

Lebih lanjut, Tika menambahkan bahwa warna hijau dan kuning yang tertanam pada angka 33 merupakan identitas warna UNISA Yogyakarta.

Acara peluncuran logo Milad 33 UNISA Yogyakarta dihadiri oleh para pegawai, dosen, serta mahasiswa yang turut merayakan momen bersejarah ini dengan antusiasme dan semangat kebersamaan. Peluncuran logo ini menjadi momentum penting dalam perjalanan panjang UNISA Yogyakarta dalam memberikan kontribusi yang berarti bagi kemajuan pendidikan dan peradaban bangsa.

Logo dapat diunduh disini

Syawalan 1

Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menggelar acara Syawalan dengan tema “Merajut Ukhuwah Berkhidmat Untuk Semesta” pada Sabtu, (20/04), di Convention Hall Masjid Walidah Dahlan UNISA.

Acara yang dihadiri oleh seluruh karyawan UNISA Yogyakarta dan jajaran pimpinan serta Badan Pembina Harian (BPH) ini menjadi momentum penting dalam mempererat tali silaturahmi dan meningkatkan semangat kebersamaan setelah libur pada bulan Ramadhan.

Dalam sambutannya, Rektor UNISA Yogyakarta, Dr. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat, mengajak seluruh karyawan untuk menjalankan amanah dengan semangat tinggi dalam merawat dan memajukan UNISA melalui kerja sama yang kuat dan sinergis. Warsiti menekankan pentingnya memperkuat jaringan dalam mencapai tujuan bersama.

Selanjutnya, ketua BPH UNISA Yogyakarta, Dr. Siti Noordjannah Djohantini, M.M., M.Si, juga menyampaikan pentingnya kebersamaan dalam membangun semangat dan menjalin ukhuwah serta berkhidmat untuk semesta, sebagai landasan utama dalam menghadapi tantangan masa depan.

Dalam khutbah Syawalan, Wakil Rektor I UNISA Yogyakarta, Taufiqur Rahman, S.IP., M.A., Ph.D, mengungkapkan konsep unggul UNISA, yaitu totalitas dalam berkhidmat. Menurutnya, keunggulan harus dibuktikan dengan semangat dan mentalitas yang unggul. UNISA sebagai lembaga pendidikan unggul harus mampu berinovasi dan memberikan solusi atas berbagai persoalan yang dihadapi bangsa.

Tak hanya merayakan kebersamaan, UNISA Yogyakarta juga memberikan penghargaan berupa reward Umroh kepada 11 karyawan dan bantuan ibadah haji kepada dua orang yang telah memberikan kontribusi luar biasa dalam kemajuan universitas.

Acara Syawalan UNISA Yogyakarta ini berhasil menciptakan kebersamaan yang hangat dan memperkuat rasa solidaritas di antara seluruh elemen kampus, menegaskan komitmen UNISA dalam mewujudkan visi dan misi sebagai lembaga pendidikan yang unggul dan berdampak positif bagi masyarakat.

Mudik 1

Mudik atau pulang kampung merupakan momen yang seharusnya ditunggu-tunggu datang. Seharusnya, momen pulang kampung saat lebaran akan menjadi momen yang membahagiakan, bukan menegangkan.

Tapi realitanya terkadang tidak demikian. Kebahagiaan yang menurut Seligman (tokoh psikologi positif) adalah hasil dari kontribusi lingkungan dan faktor internal ini, menjadi ukuran bahwa konsep Bahagia saat lebaran menjadi nisbi manakala pertanyaan stigmatif lebaran mulai bermunculan dari lingkungan.

Mereka yang akan pulang ke kampung halaman, pasti merasakan hal ini. Mulai dari ditanya “Kapan lulus?”, “Kapan nikah?”, “Kapan punya momongan?”, “Kapan kerja?”, maupun kapan kapan yang lainnya. Ya begitulah, kebiasaan peduli kebablasan menjadi curiosity. Bagaimana dengan kalian sendiri, apakah kalian juga pernah mengalaminya?..

Berdasarkan survey terbatas yang dilakukan oleh Ratna Yunita Setiyani Subardjo, S.Psi., M.Psi., Psikolog yang merupakan dosen prodi Psikologi UNISA Yogyakarta, didapatkan data bahwa pertanyaan paling dihindari saat lebaran bagi mahasiswa adalah “Kapan lulus?”, sedangkan bagi mereka yang sudah lulus, tetap saja akan muncul pertanyaan lainnya dengan “Kapan kerja”. Tidak berhenti disitu saja, pertanyaan lainnya setelah lulus adalah “Kapan nikah?”, dan malangnya, bagi yang sudah menikahpun tetap akan dicecar pertanyaan dengan “Kapan punya momongan?”. Ini sering ditanyakan ketika berkumpul dengan keluarga saat lebaran. Walau terdengar sepele, pertanyaan-pertanyaan tersebut menjadi “momok” bagi sebagian orang sehingga mereka merasa tertekan. Dampak pertanyaan tersebut bahkan dapat memunculkan gangguan psikologis. Lantas, kenapa orang Indonesia senang menanyakan pertanyaan-pertanyaan stigmatif tersebut saat lebaran? Lalu, bagaimana cara menjawabnya?

Ditanya dengan pertanyaan-pertanyaan stigmatif tersebut saat kumpul bersama keluarga ketika lebaran memang membuat kurang nyaman, terlebih jika belum memiliki progress dalam studi/lambat progress, belum memiliki pacar atau pasangan, atau belum memiliki pekerjaan mapan, atau belum memiliki momongan. Bagi Anda yang berencana mudik saat lebaran namun belum siap dengan pertanyaan-pertanyaan stigmatif yang besar jadi akan dilontarkan keluarga dan handai taulan ini, berikut beberapa tips menghadapinya:

  • Bangun Topik Pembicaraan yang Umum

Hindari topik obrolan yang menjurus ke ranah pribadi supaya tidak memancing pertanyaan dari orang lain.

  • Alihkan Topik Pembicaraan

Cobalah untuk mengalihkan topik obrolan dengan lawan bicara ke hal-hal yang umum. Pertanyaan sensitif yang kurang etis ditanyakan, terutama kepada mereka yang memiliki keterbatasan atau permasalahan pribadi.

  • Hadapi Dengan Senyuman

Hadapi pertanyaan stigmatif ini dengan senyuman. Terkadang orang bertanya tanpa berpikir, dan senyuman dapat membawa dampak positif bagi diri kita dan orang lain.

  • Balas Dengan Lelucon

Balas pertanyaan ini dengan lelucon atau candaan untuk menurunkan tegangan dan menghindari “bad mood”.

  • Menjauh

Jika merasa risih atau tidak betah karena ditanya dengan pertanyaan stigmatif ini, ada baiknya menjauh dari lokasi. Lakukan relaksasi untuk mengurangi dampak negatifnya.

Semoga tips sederhana ini dapat membantu menghadapi pertanyaan-pertanyaan stigmatif saat mudik tersebut dengan lebih tenang dan bahagia saat berkumpul dengan keluarga pada momen lebaran.

Berat badan

Sebuah penelitian terbaru menyoroti bahwa ibadah puasa yang dilakukan tanpa diimbangi dengan pola makan yang sehat dapat meningkatkan berat badan seseorang. Selama 30 hari ibadah puasa, pola makan terjadwal ketika berbuka dan sahur telah mengubah ritme sirkadian tubuh, menyebabkan adaptasi yang berdampak pada kesehatan.

Nor Eka Noviani, S.Gz., M.PH dosen prodi Gizi UNISA Yogyakarta, menjelaskan bahwa sistem tubuh beradaptasi dengan pola makan terjadwal selama bulan Ramadan. “Aktivitas yang banyak dilakukan di malam hari mengubah jam tidur dan ritme biologis tubuh,” ujarnya. Hal ini dapat mengganggu kualitas tidur dan menyebabkan perubahan dalam metabolisme tubuh.

Namun, bukan hanya faktor fisik yang berperan. Psikologi dan emosi manusia juga memainkan peran penting selama bulan suci ini. “Perasaan ingin makan semua sajian lezat menjadi faktor yang mempengaruhi pola makan selama bulan puasa,” kata Novi. “Berkunjung ke sanak saudara juga membuka peluang untuk makan berlebihan.”

Makan berlebihan selama bulan puasa dan perayaan Idul Fitri tidak hanya meningkatkan risiko kesehatan, tetapi juga dapat mengganggu fungsi tubuh secara keseluruhan.

Setelah lebaran, berbagai penyakit berisiko muncul akibat perubahan pola makan dan gaya hidup. Novi mengingatkan tentang peningkatan risiko infeksi dan penyakit degeneratif seperti hipertensi dan diabetes.

Untuk menghindari dampak negatif ini, penting untuk menjaga pola yang seimbang dan sehat. Novi merekomendasikan prinsip “4J”: jam, jenis, jumlah, dan jurus mengolah. “Makan terjadwal, memilih jenis makanan yang tepat, mengontrol jumlah konsumsi, dan cara pengolahan yang sehat sangat penting,” katanya.

Dengan kesadaran akan pola yang sehat dan pengendalian emosi yang baik, diharapkan masyarakat dapat menghadapi bulan puasa dan perayaan Idul Fitri dengan lebih baik, menjaga kesehatan tubuh dan menghindari risiko penyakit.

Berbagi takjil

Dalam semangat memeriahkan bulan suci Ramadhan, Himpunan Mahasiswa Bidan (HIMABIDA) Universitas `Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menggelar kegiatan Shine of Ramadhan (SOR) dengan berbagi takjil, Sabtu (06/04).

Sekitar 200 takjil dibagikan kepada para pengendara dan warga sekitar yang melintasi sekitaran jalan Godean, Sleman.

Rina selaku ketua pelaksana kegiatan SOR menyampaikan bahwa rangkaian acara tersebut meliputi kegiatan bagi-bagi takjil, kajian dengan tema “Ramadhanmu ngebosenin? Yuk kita bikin romantis”, dan buka bersama.

Kajian dengan tema tersebut akan dibuka untuk umum melalui zoom meeting. Setelah kajian, diadakan kegiatan berbagi takjil, yang kemudian dilanjutkan dengan buka bersama HIMABIDA.

Feero ketua HIMABIDA periode 2023/2024 UNISA Yogyakarta, menyatakan bahwa kegiatan SOR merupakan program kerja Divisi Kemuhammadiyahan HIMABIDA. Dia menambahkan bahwa kegiatan ini adalah upaya untuk mengajak mahasiswi kebidanan untuk berpartisipasi aktif dalam program kerja HIMABIDA, dengan harapan agar kegiatan ini dapat menjadi tradisi setiap tahun sebagai sarana untuk bersama-sama mencari kebaikan di bulan Ramadhan.