Sekolah dasar negeri

Fenomena menurunnya minat orang tua untuk menyekolahkan anak di Sekolah Dasar Negeri (SDN) semakin mengkhawatirkan. Tren ini mencerminkan adanya krisis kepercayaan masyarakat terhadap kualitas pendidikan sekolah negeri.

“Fenomena ini menunjukkan ritme yang memprihatinkan. Kondisi ini mencerminkan adanya pola krisis kepercayaan yang berimplikasi menurunnya minat masyarakat pada SD Negeri,” ucap Dosen Administrasi Publik Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Gerry Katon Mahendra, Jumat (18/7/2025).

Dari perspektif administrasi dan kebijakan publik, setidaknya terdapat tiga faktor utama penurunan minat pada SD Negeri. Pertama, kualitas layanan pendidikan yang dirasa belum merata (beda daerah, beda kualitas bahkan dalam lingkup satu kota/kabupaten). Kedua, lemahnya inovasi manajemen sekolah dalam menjawab kebutuhan siswa, orang tua, dan tuntutan perkembangan zaman; dan ketiga, rendahnya kepercayaan publik/ stigma yang terbangun saat ini, akibat dari kurangnya promosi tentang keunggulan SD Negeri.

Gerry menyebut ketimpangan promosi antara sekolah negeri dan swasta terlihat jelas. Ketimpangan tampak nyata terutama dalam konteks promosi dan peningkatan kualitas. Meskipun tidak semua, dapat dilihat sekolah swasta memiliki inisiatif dan modal yang kuat untuk melengkapi fasilitas dan peningkatan SDM Guru. Hal tersebut masih ditambah dengan promosi yang gencar. Memang ada implikasinya, yakni biaya sekolah menjadi mahal. Namun, para orang tua tetap memasukkan anaknya ke SD swasta karena merasa hal tersebut sangat “worth it”. Sementara sekolah negeri terikat regulasi dan birokrasi yang sering membatasi inovasi pelayanan.

“Orang tua murid saat ini juga sudah sangat aware dan ingin anaknya mendapatkan pendidikan yang berkualitas, aman, dan nyaman serta fasilitas yang baik. SD Negeri perlu berbenah secara menyeluruh, terutama fasilitas dan konsistensi kualitas pengajaran,” kara Gerry.

Gerry melihat saat ini kebijakan untuk mengatasi penurunan jumlah siswa di sekolah negeri masih belum begitu efektif. Saat ini memang sudah ada kebijakan zonasi yang secara teknis membuat persebaran siswa lebih merata. Namun, kebijakan zonasi saja tidak cukup, jika tidak diimbangi peningkatan kualitas sarpas yang memadai.

“Orang tua murid lebih memilih yang berkualitas sekalipun membayar lebih mahal. Kata kuncinya adalah, harus ditambahkan juga kebijakan dan tentu alokasi anggaran yang memadai berkaitan peningkatan kualitas secara komprehensif,” ucap Gerry.

Gerry menyebut Pemerintah daerah memiliki peran kunci untuk memastikan layanan pendidikan dasar tetap merata dan berkualitas. Pemerintah daerah wajib melakukan pemerataan guru, meningkatkan fasilitas sekolah negeri, serta membantu sekolah yang kekurangan murid dengan kebijakan afirmasi dan promosi agar akses pendidikan tetap adil bagi semua.

“Dinas pendidikan dan sekolah perlu fokus pada peningkatan kualitas pengajaran, pembaruan fasilitas, serta membangun citra positif melalui komunikasi yang transparan dan aktif,” kata Gerry.

Gerry juga menekankan branding dan komunikasi publik dari sekolah negeri perlu ditingkatkan. Setidaknya sekolah negeri bisa menunjukkan keunggulan dan prestasi secara terbuka. Selain juga memanfaatkan media sosial sekolah, serta membangun komunikasi yang aktif dan positif dengan orang tua dan masyarakat sekitar.

“Strategi jangka pendeknya meningkatkan kualitas pembelajaran dan fasilitas sekolah negeri agar menarik perhatian masyarakat. Strategi jangka panjang, reformasi manajemen pendidikan dan inovasi kurikulum yang menyesuaikan kebutuhan zaman agar tetap relevan,” saran Gerry.

Pkm

Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta kembali mencatatkan prestasi membanggakan di tingkat nasional. Sebanyak lima tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dari UNISA Yogyakarta berhasil meraih pendanaan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) tahun 2025.

Capaian ini menempatkan UNISA Yogyakarta pada peringkat ke-6 dalam daftar perguruan tinggi di wilayah LLDIKTI V Daerah Istimewa Yogyakarta yang memperoleh pendanaan terbanyak untuk program PKM tahun ini. Ini sekaligus menjadi bukti bahwa semangat inovasi dan pengabdian mahasiswa UNISA semakin kuat dan berdampak nyata.

PKM yang didanai termasuk dalam skema Program Kreativitas Mahasiswa Pengabdian Masyarakat (PKM-PM), yakni program yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk mendorong mahasiswa terlibat langsung dalam kegiatan pengabdian berbasis penerapan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Ketua Biro Kemahasiswaan dan Alumni (BKA) UNISA Yogyakarta, Yekti Satriyandari, menyampaikan apresiasinya atas capaian luar biasa ini.“Ini merupakan hasil kerja keras mahasiswa yang penuh semangat, didukung oleh dosen pembimbing yang kompeten dan sistem pembinaan PKM yang semakin terstruktur. Capaian ini menjadi motivasi besar untuk terus mengembangkan kreativitas mahasiswa UNISA yang berorientasi pada pengabdian masyarakat dan solusi nyata di lapangan,” ujar Yekti.

Dalam proses seleksi, tim-tim PKM UNISA berhasil menyisihkan ribuan proposal dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Kelima tim yang lolos pendanaan akan segera melaksanakan program pengabdian di berbagai wilayah sesuai dengan isu strategis yang mereka angkat, mulai dari kesehatan masyarakat, pemberdayaan perempuan, ekonomi kreatif, hingga teknologi tepat guna.

Adapun lima judul PKM dari UNISA Yogyakarta yang berhasil memperoleh pendanaan adalah sebagai berikut:

  1. Exercise Game therapy: Mewujudkan Urip Apik Warga Binaan Lansia Lapas Kelas II B Sleman Melalui Metode Cognitive Motor Dual Task
  2. Pemberdayaan Caregiver dalam Mendukung Kemandirian Lansia Melalui Teknologi Geriatric Care di Yayasan Stroke Indonesia Yogyakarta
  3. Smart Posyandu; Optimalisasi Layanan 5 Meja Posyandu Berbasis Digital Menuju Posyandu 4.0
  4. Optimalisasi Binaural Beats Dalam Menurunkan Durasi Temper Tantrum Anak Dengan Autism Spectrum Disorder (ASD)
  5. Strategi Peningkatan Motivasi dan Mental Health Remaja Berbasis Nilai Pepatah Jawa ‘Urip iku Urup”

Capaian ini juga menjadi bukti nyata bahwa UNISA Yogyakarta terus berkomitmen membina mahasiswa yang tidak hanya unggul dalam akademik, tetapi juga memiliki kepedulian sosial dan kontribusi terhadap masyarakat luas.

Lldikti

Universitas `Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta mendapat kehormatan dengan kunjungan silaturahmi dari Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah V Yogyakarta. Acara strategis ini berlangsung di Hall Baroroh Baried pada Senin, 14 Juli 2025, dan dihadiri sekitar 120 dosen UNISA Yogyakarta, menunjukkan antusiasme tinggi dari civitas akademika. Kunjungan ini fokus pada penguatan mutu pendidikan tinggi, khususnya terkait akreditasi dan jabatan fungsional dosen akademik.

Rektor UNISA Yogyakarta, Dr. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat , dalam sambutanya menyampaikan apresiasi mendalam atas program silaturahmi ini. Ia menegaskan bahwa kunjungan LLDIKTI Wilayah V merupakan wujud nyata perhatian dan komitmen lembaga tersebut dalam mendukung serta mendorong UNISA Yogyakarta untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan.

“Ada dua agenda besar pada kunjungan LLDIKTI kali ini, yaitu peningkatan akreditasi institusi dan juga peningkatan jabatan fungsional akademik dosen,” ujar Dr. Warsiti.

“Meskipun kami sudah terakreditasi Unggul, ini merupakan tantangan besar bagi kami untuk merawat keunggulan kami. Kami akan terus mendukung program studi yang ada di UNISA agar tetap meraih akreditasi Unggul,” Warsiti menambahkan, menegaskan visi UNISA dalam mempertahankan predikat terbaik.

Senada dengan rektor, Mohammad Adam Jerusalem, ST, SH, MT, Ph.D, selaku Badan Pembina Harian (BPH) UNISA Yogyakarta, juga mengucapkan terima kasih kepada LLDIKTI Wilayah V. Ia menyoroti peran penting LLDIKTI dalam memberikan pendampingan dan pelatihan berkelanjutan kepada UNISA Yogyakarta.

“Kami akan terus mendorong agar para dosen mendapatkan jabatan fungsional, baik lektor maupun lektor kepala,” tegas Adam, menunjukkan komitmen institusi terhadap pengembangan karir akademik para dosen.

Sementara itu, Prof. Setyabudi Indartono, MM., Ph.D, Kepala LLDIKTI Wilayah V, memaparkan strategi bagaimana tetap merawat dan mengakselerasi program studi yang sudah meraih akreditasi Unggul. Diskusi ini menjadi bekal berharga bagi UNISA Yogyakarta untuk terus berinovasi dan menjaga standar kualitas pendidikan tinggi yang telah diraih. Kunjungan ini diharapkan semakin mempererat sinergi antara UNISA Yogyakarta dan LLDIKTI Wilayah V demi kemajuan pendidikan di DI Yogyakarta.

Kesehatan reproduksi

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung pendidikan kesehatan masyarakat melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Kali ini, kegiatan dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta pada hari Selasa, 15 Juli 2025, pukul 08.00–10.00 WIB dengan tema “Kesehatan Reproduksi Remaja”.

Kegiatan ini diikuti oleh 293 siswa kelas VIII dan IX, terdiri dari 135 siswi dan 158 siswa, sebagai bagian dari program pembentukan karakter remaja. Dua narasumber dari Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta hadir memberikan edukasi penting seputar kesehatan reproduksi, yaitu:

Tri Hapsari Listyaningrum, SST., MH, dosen Program Studi S1 Kebidanan

Gatot Suparmanto, S.Kep., Ns., M.Sc, dosen Divisi Keperawatan Anestesiologi

Materi yang disampaikan mencakup pemahaman tentang sistem reproduksi pria dan wanita, pubertas, seksualitas remaja, hak-hak remaja dalam kesehatan reproduksi, serta pentingnya pengambilan keputusan yang sehat dan bertanggung jawab di masa remaja. Para siswa juga diajak mengenali tantangan yang umum dihadapi remaja seperti tekanan teman sebaya, mitos seputar seksualitas, hingga risiko infeksi menular seksual (IMS) dan kehamilan remaja.

Penyampaian materi dilakukan secara interaktif dan partisipatif, disesuaikan dengan usia dan perkembangan psikologis peserta. Tidak hanya berisi paparan ilmiah, kegiatan juga dilengkapi dengan diskusi terbuka dan kuis reflektif untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan.

Kepala SMP Muhammadiyah 7 Yogyakarta, Supriyadi, S.Pd., M.Si, menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada UNISA Yogyakarta atas terselenggaranya kegiatan ini. “Kami sangat bersyukur atas kehadiran para dosen UNISA yang telah memberikan edukasi penting kepada siswa-siswi kami. Kegiatan seperti ini sangat dibutuhkan untuk membekali remaja agar mampu menjaga kesehatan reproduksinya secara benar dan bertanggung jawab,” ujarnya.

Kegiatan pengabdian ini diharapkan dapat memperkuat sinergi antara institusi pendidikan tinggi dengan sekolah-sekolah dalam membentuk generasi muda yang sehat, cerdas, dan berdaya, terutama dalam menghadapi isu-isu reproduksi yang kian kompleks di era digital saat ini.

Hari pustakawan

Semarak Milad ke-34 Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta berpadu dengan peringatan Hari Pustakawan Nasional pada 7 Juli, menghasilkan sebuah gelaran akbar. Perpustakaan UNISA Yogyakarta, bersinergi dengan Pengurus Daerah Ikatan Pustakawan Indonesia (PD IPI) DIY, sukses menyelenggarakan Seminar Nasional bertajuk “Peran Pustakawan di Era Teknologi AI: Ciptakan Inovasi dan Prestasi”. Acara daring yang digelar Rabu (9/7/2025) melalui Zoom Meeting dan YouTube ini disambut antusias, menarik perhatian ratusan pegiat literasi dari berbagai penjuru.

Rektor UNISA Yogyakarta, Dr. Warsiti S.Kp, M.Kep., Sp.Mat., secara langsung membuka seminar ini. Dalam sambutannya, ia menegaskan urgensi transformasi pustakawan masa kini menjadi arsitek layanan informasi sekaligus kurator data. Warsiti menekankan vitalnya kemampuan pustakawan dalam menyajikan informasi yang relevan, akurat, dan etis, di tengah gempuran teknologi digital dan kecerdasan buatan (AI) yang makin masif.

Dipandu oleh Irkhamiyati, M.IP., seminar terbagi dalam dua sesi pemaparan dari narasumber kompeten. Sesi pertama menghadirkan Safirotu Khoir, Ph.D, Pustakawan UGM, yang menyoroti relevansi tiga elemen pokok perpustakaan menurut teori Ranganathan: koleksi, pemustaka, dan pustakawan. Ia mengingatkan bahwa penggunaan AI di perpustakaan memiliki dua sisi mata uang, yaitu manfaat dan risiko, sehingga kebijaksanaan dan etika menjadi kunci.

Selanjutnya, Dr. Komarudin, S.Psi., M.Psi, Psikolog, Dosen Psikologi UNISA Yogyakarta, membahas dampak AI dari perspektif psikologis. Ia mewanti-wanti tentang fenomena brain rot, kelelahan kognitif akibat penggunaan teknologi berlebihan tanpa diimbangi interaksi sosial. Menurutnya, menjaga kesehatan mental dan terus membangun interaksi sosial adalah penangkal agar teknologi tak mendominasi hidup secara negatif.

Sesi kedua tak kalah menarik, menampilkan Dr. Muhammad Sulhan, S.IP., M.SI., Dosen Ilmu Komunikasi UGM. Beliau memaparkan tentang peran krusial big data dalam pengembangan AI. Sistem AI sangat bergantung pada suplai data dari manusia, termasuk pustakawan sebagai penyedia dan pengelola informasi. Oleh karenanya, pemahaman kuat tentang pengelolaan data secara etis dan strategis esensial untuk menjamin kualitas sistem informasi masa depan.

Antusiasme peserta seminar ini sungguh di luar dugaan. Terbukti, 744 peserta memadati Zoom Meeting dan 160 lainnya menyimak via YouTube hingga akhir acara. Para peserta berasal dari beragam latar belakang, mulai dari pustakawan, dosen, mahasiswa, hingga pegiat literasi. Harapannya, melalui kegiatan ini, para pustakawan kian siap menghadapi era kecerdasan buatan dengan inovasi, kolaborasi, dan semangat literasi yang berkelanjutan.