LPPI UNISA Adakan kajian Tuntunan Sholat Ied dimasa Pandemi

Lembaga Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI) Universitas Aisyiyah Yogyakarta bekerjasama dengan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengadakan sebuah kajian tematik, Senin (29/06).

Kajian tersebut bertema tentang “tuntunan ibadah puasa arafah, idul adha, kurban dan protokol ibadah di masa pandemi covid-19”. Narasumber dalam kegiatan kajian kali ini adalah Ustadz. Ruslan Fariadi, M,Si. Selaku anggota majelis tarjih dan tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang sekaligus menjadi dosen di Unisa Yogya.

Royan Utsany, Lc., M.H.I. didapuk sebagai moderator dalam kajian ini, Wakil Rektor I UNISA Yogya Taufiqur Rahman, SIP., MA., Ph.D. ikut hadir dan memberikan sambutan.

Dalam sambutannya Taufiq  menyampaikan bahwa dalam kajian tersebut, hal yang menarik dari tuntunan ibadah di masa covid-19 adalah kita dapat mengambil pelajarannya, bukan hanya sekedar tuntunanya saja namun juga bagaimana proses tuntunan tersebut dilaksanakan.

Dalam paparannnya, Ruslan menyampaikan bahwa dalam masa pandemi Covid-19 sebagai suatu wujud pencegahan, serta sebagai antisipasi penularan atau tertular virus Covid-19, maka sholat Ied dilaksanakan di rumah dengan keluarga inti masing- masing yang cara pelaksanaanya persis dengan surat edaran yang sudah dikeluarkan oleh Majelis Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengenai tuntunan sholat Ied selama masa pandemi.

Namun dengan adanya New Normal muncul berbagai pertimbangan bahwa dalam wilayah yang dikatagorikan pemerintah sebagai wilayah yang sudah aman, maka bisa melaksanakan sholat ied di lingkungan yang relatif kecil dengan jam’ah yang tidak terlalu banyak namun meskipun begitu tetap harus melaksanakan standart protokol kesehatan,mulai dari jarak shaff-nya, menggunakan masker, handsinitizer dan protokol kesehatan lainnnya.

“Fatwa kita tidak hanya membahas tentang burhani (ilmu pengetahuan)nya tetapi juga ilmu agamanya bayani dan irfani” ungkap Ruslan.

Akhir acara dilakukan sesi tanya jawab melalui aplikasi zoom dan streaming live di channnel youtube Universitas Aisyiyah Yogyakarta, sehingga dapat disaksikann oleh masyarakat luas.

Mengetahui Peran Institusi Kesehatan di Webinar Kebidanan Unisa

Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas `Aisyiyah Yogyakarta bekerjasama dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) ranting Unisa Yogyakarta mengadakan webinar kebidanan ke- 2, Selasa (30/06).

Webinar kebidanan ke- 2 mengusung tema Peran Institusi Kesehatan Selama Pandemi, narasumber dalam kegiatan webinar kali ini Dr. Mufdlilah.,S.SiT., MSc selaku Staff Ahli Rektor Unisa Yogyakarta sekaligus ketua AIPKEMA, pembicara ke 2 Debrah Lewis, CNM, MSc yang pernah menjabat sebagai Vice President ICM 2011-2014.

Dalam kesempatan ini Debrah menyampaikan bahwa setiap pendidik dalam masa pandemi Covid-19 ini klinikal kompetensi masih sangat diperlukan dan tidak bisa digantikan dengan strategi yang sudah ada seperti secara online dan sebagainya, ketrampilan merupakan seuatu yang dibutuhkan dalam pendidikan kebidanan karena sebagai lulusan bidan mereka harus kompeten dan tau betul akan standar pelayanan yang akan dilakukan, serta standar keamanan bagi mereka sendiri beserta pasienya.

Mufdlilah dalam paparanya mengatakan pandemi Covid-19 menimbulkan dampak luar biasa termasuk disektor pendidikan, karena membawa efek kecemasan dan ketidakpastian, dan kita membutuhkan inovasi sebagai pendidik ataupun pengelola pendidikan untuk mensuport peserta didik.

“Kita perlu menggunakan inovasi teknologi sebagai alat bantu pembelajaran seperti video, telemedicine,” ucap Mufdlilah.

Selain itu Mufdlilah menambahkan disaat seperti ini sangat diperlukan jejaring dan kolaborasi untuk mensuport mahasiswa mencapai tujuan pendidikan, serta apabila pandemi berakhir hal- hal positif yang sudah dilakukan bisa dilanjutkan dengan metode blended learning.

Administrasi Publik UNISA Adakan Webinar Dalam Menghadapi New Normal

Program Studi Administrasi Publik Fakultas Ekonomi, Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas `Aisyiyah Yogyakarta menyelenggarakan webinar, Sabtu (27/06).

Webinar dengan tema Arah Baru Pembangunan Daerah Menghadapi Tatanan Kehidupan Baru (New Normal) dilakukan secara daring melalui media Zoom, dengan menghadirkan Ir. Susyanto Tunut, MM (Asisten Pemerintahan dan Kesra) sebagai narasumber bersama dengan Gerry Katon Mahendra, S.IP.,M.I.P selaku kaprodi Administrasi Publik Unisa Yogya sebagai narasumber ke 2.

Tatanan kehidupan baru atau new normal menjadi wacana yang digulirkan pemerintah untuk memulihkan produktivitas masyarakat dan membuat kondisi perekonomian kembali bergairah. Menurut Gerry untuk menghadapi New Normal inovasi sangat diperlukan karena sebuah inovasi itu yang akan membantu kita dalam situasi seperti ini.

“Inovasi yang perlu dilakukan yaitu berupa inovasi tata kelola pemerintah daerah, inovasi pelayanan publik serta inovasi lainya yang menjadi kewenangan pemerintyah daerah,” tutur Gerry.

Sedangkan Susyanto menyampaikan bahwa Kabupaten Muratara dalam menghadapi New Normal telah menerbitkan beberapa kebijakan karena terkait mengenai beberapa target kebijakan pembangunan, dan salah satunya mengenai kebijakan APBD.

“Kami telah melakukan refocusing dan relocating untuk reorientasi anggaran pada sektor- sektor yang di prioritaskan, sedangkan untuk program yang tertunda akan diretrurisasi pada tahun 2021,” ucap Susyanto.

Kegiatan yang dihadiri 500 peserta ini membuka sesi tanya jawab dari peserta yang mengikuti webinar dengan para narasumber di akhir acara.

Prodi Kebidanan UNISA Yogyakarta Menyelenggarakan Webinar Kebidanan ke

Program Studi Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas `Aisyiyah Yogyakarta bekerjasama dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) ranting Unisa Yogyakarta mengadakan webinar kebidanan, Senin (29/06).

Webinar kebidanan ke- 1 ini mengusung tema Manajemen Stress Pada Tenaga Kesehatan Selama Pandemi Covid-19,   adapun pembicara dalam webinar ini yaitu Prof. Linda McGowan dari Leeds University UK, dan juga Sutarni Djufri, S.ST., MMR yang merupakan alumni Unisa Yogya dan sekaligus tenaga medis di Puskesmas Pleret Bantul.

Dalam kesempatan kali ini Sutarni berbagi pengalamanya selama pelayanan di tengah situasi pandemi Covid-19 di Puskesmas Pleret Bantul, menurut Sutarni pada kondisi seperti ini banyak masyarakat takut untuk pergi ke tempat pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit karena ketidak percayaan masyarakat kepada para tenaga kesehatan, serta ketakutan mereka akan tertular virus corona.

“Saat penyuluhan kepada masyarakat mengenai virus corona, tidak sedikit dari mereka yang menolak dan menentangnya, tetapi itu tidak membuat kami patah semangat karena kami ada ditengah masyarakat untuk membantu mereka,” ucap Sutarni.

Sutarni dan tim medis lainya mempunya komitmen bahwa semua yang mereka lakukan dengan senang hati dengan prinsip mengutamakan kepentingan dan keselamatan masyarakat.

Sedangkan Prof. Linda memberikan paparanya kepada peserta bahwa pekerjaan bidan didalam masa pandemi ini merupakan suatu hal atau kondisi yang baru untuk kita semua, karena para bidan bekerja dibawah bayang- bayang infeksi penyakit yang sangat menular.

“Wajar jika beberapa dari kita merasakan stress yang luar biasa, dan distress emosi lebih dari biasanya pada saat pelayanan,” tutur Linda.

Linda menambahkan bahwa ada tips merawat diri dan psikologis kita sebagai tenaga kesehatan selama pandemi yaitu dengan cara kita mengatasi masalah yang sudah pernah kita alami sebelumnya, menceritakan masalah dengan keluarga dekat maupun teman, dan yang terakhir dengan melakukan apa yang kita sukai seperti hobi, baik dengan berolahraga maupun sesuatu yang menyenangkan.

Webinar ke-1 ini dihadiri oleh 500 peserta di media Zoom, dan juga disaksikan oleh 19000 melalui media streaming Youtube Unisa Yogyakarta.

Dosen Arsitek UNISA Sampaikan Konsep Guidlene Urban Design Berbasis Kesehatan

Dosen Arsitektur Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, Indah Pujiyanti, M.Sc, di masa new norml ini berbagi konsep guidline design berbasis kesehatan. Hal tersebut disampaikan dalam diskusi bertajuk “Architect as a Mayor in Indonesian Cities: What’s Impact on Urban Design Policy?” yang diselenggarakan oleh Architecture 04 Connection bekerja sama dengan Universitas Islam Indonesia Yogyakarta (UII), UIN Sunan Ampel Surabaya, Universitas Aisyiyah (Unisa) serta Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), pada Kamis (25/5).

Indah Pujiyanti, M.Sc, menjelaskan bahwa desain perkotaan diatur dalam peraturan perundang-undangan. Sebagai contoh dalam peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Panduan Arsitektur Bangunan Baru Bernuansa Budaya Daerah. Selain itu, juga diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/ PRT/ M/2007 Tanggal 16 Maret 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

Himbauan mencuci tangan sebagai langkah pencegahan Pandemi Covid-19 telah menimbulkan kebiasaan baru, yaitu munculnya berbagai macam tempat cuci tangan portable. Tidak jarang tempat cuci tangan ini menggunakan barang seadanya seperti tempat minum, tempat makanan dan sebagainya. Indah Pujiyanti berpendapat munculnya tempat-tempat cuci tangan portable di ruang publik juga harus memperhatikan kelayakan terutama dalam hal kesehatan.

“Tempat cuci tangan idealnya bersifat permanen, sesuai karakter lokal, dan lebih baik lagi jika penggunaannya tanpa sentuhan.” Jelasnya.

Lain hanya pada bangunan. Tempat cuci tangan pada bangunan menurut Indah, wajib ada di setiap pintu masuk utama, serta memperhatikan ketentuan sebagaimana panduan tempat cuci tangan yang ada di ruang publik. 

Himbauan mengenakan masker pun tidak luput dari perhatiannya. Menumpuknya limbah masker misalnya perlu disikapi dengan adanya tempat pengelolaan limbah masker. Seperti penyediaan tempat sampah tertutup, di berbagai tempat baik di ruang publik maupun di salah satu bangunan, serta menyediakan sistem pengelolaan limbah “infeksius” skala kawasan. 

Di samping itu, menjaga jarak fisik tidak kalah penting. Kursi-kursi yang sebelumnya berdekatan dibuat berjarak. Jarak diantara kursi tersebut akan cantik jika dimanfaatkan sebagai meja atau dibuat menyerupai pot tanaman. Begitu halnya pada bangunan. Menurut Indah, kapasitas bangunan perlu dibatasi, presentasi Ruang Terbuka Hijau (RTH) diperbesar, menyediakan tempat antrian di luar ruangan, serta menyediakan area drivethru untuk banguna komersil.

“Penting menyediakan sarana dan prasarana pendukung seperti jaringan internet, ruang serbaguna dengan tetap menjaga jarak. Ruang terbuka hijau, minimal 30% untuk berjemur, berolahraga, bercocok tanam, dan lain-lain.” Terang Indah.