Potensi Siswa 1

Dalam upaya mengembangkan potensi siswa, Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta melalui Program Studi Psikologi dan Keperawatan menginisiasi program inovatif: Pembentukan Unit Kenali Diri (UKD). Program ini diterapkan melalui pengabdian masyarakat di SMK Muhammadiyah 3 Wates.

Potensi Siswa

Masa remaja adalah fase krusial dalam pengembangan diri. Sayangnya, banyak remaja yang masih kesulitan mengenali potensi dan tujuan hidupnya. Menyadari hal ini, UNISA berupaya memberikan solusi melalui program UKD.

“Kegiatan ini bertujuan untuk membantu siswa mengenal diri mereka lebih dalam, termasuk potensi, minat, dan bakat yang dimiliki,” ujar Zahro Varisna Rohmadani, S.Psi., M.Psi., Psikolog, Ketua Pengabdian Masyarakat UNISA Yogyakarta.

Dalam program UKD, siswa mengikuti berbagai kegiatan, mulai dari asesmen minat dan bakat hingga pelatihan motivasi. “Kami juga memberikan edukasi tentang pentingnya menjaga kesehatan mental dan bahaya penyalahgunaan narkoba,” tambah Zahro.

Salah satu kegiatan yang menarik perhatian adalah pelatihan membatik dengan teknik ecoprint. Selain melatih kreativitas, kegiatan ini juga mengajarkan siswa untuk menghargai lingkungan.

Hasil dari program UKD sangat menggembirakan. Dwi Sri Handayani, S.Kep., Ns., M.Kep., Dosen Keperawatan UNISA mengungkapkan, “Setelah mengikuti program ini, pengetahuan siswa tentang kesehatan mental dan bahaya narkoba meningkat secara signifikan.”

Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 3 Wates, Endro Haryadi, S.T., M.Pdi, sangat mengapresiasi program ini. “Kami berharap program ini dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat potensi siswa yang lebih luas bagi siswa-siswa kami,” ujarnya.

Inovasi

PKM Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta kembali memberikan inovasi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Kali ini, tim pengabdian masyarakat UNISA Yogyakarta fokus pada kesehatan lansia dengan memperkenalkan “Marning”, sebuah matras khusus untuk posisi proning. Posisi proning, yaitu berbaring telungkup, diketahui efektif mengurangi sesak napas, terutama pada pasien dengan gangguan pernapasan.

Inovasi

Posisi proning memang memberikan manfaat yang signifikan, namun seringkali kurang nyaman dan sulit dilakukan oleh pasien, terutama lansia. Melihat hal tersebut, tim dosen Unisa yang terdiri dari Luluk Rosida S.ST.,M.KM, Eny Fitriadi S.ST M.Kes, dan Andry ariyanto M.Fis, mengembangkan matras “Marning” yang dirancang ergonomis dan mudah digunakan.

“Matras ‘Marning’ ini tidak hanya nyaman, tetapi juga aman dan terjangkau. Selain itu, pasien dapat melakukannya secara mandiri di rumah,” ujar Luluk, salah satu peneliti.

Tidak berhenti sampai di situ, tim PKM UNISA juga berkolaborasi dengan tim IT untuk mengembangkan alat pengecekan saturasi oksigen yang terintegrasi dengan aplikasi berbasis mobile. Dengan begitu, pasien dan tenaga kesehatan dapat memantau kadar oksigen secara berkala dan lebih mudah.

“Inovasi ini diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi lansia dalam mengelola kondisi pernapasan mereka,” tambah Danur Wijayanto M.Cs., anggota tim IT.

Penerapan inovasi matras “Marning” di Posyandu Lansia Griya `Aisyiyah Baiturahmah Patangpuluhan Yogyakarta disambut antusias oleh para lansia. Mereka merasa lebih nyaman dan yakin dalam melakukan posisi proning.

“Saya merasa lebih lega setelah mencoba matras ini. Sesak napas saya berkurang,” ungkap salah seorang lansia peserta kegiatan.

Penelitian dan pengembangan matras “Marning” ini mendapatkan dukungan penuh dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) melalui pendanaan tahun 2024. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah sangat mendukung upaya-upaya inovasi yang berdampak langsung pada masyarakat.

Kader kesehatan

Universitas `Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta kembali menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Kali ini, melalui Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes), UNISA Yogyakarta bekerja sama dengan Pengurus Cabang `Aisyiyah (PCA) Kraton menyelenggarakan Pelatihan Kader Kesehatan. Kegiatan ini bertujuan untuk membekali kader kesehatan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam memberikan pelayanan kesehatan dasar di tingkat komunitas, Sabtu (03/08).

Pelatihan yang diikuti oleh 27 peserta dari berbagai wilayah di Kraton ini fokus pada isu kesehatan ibu dan anak. Materi yang disampaikan meliputi deteksi dini pertumbuhan anak melalui pengukuran berat badan dan tinggi badan, serta edukasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan ibu hamil.

“Kader memiliki peran yang sangat strategis dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Melalui pelatihan ini, kami berharap kader dapat menjadi agen perubahan di lingkungannya,” ujar Evi Wahyuntari.

Angka kematian ibu dan anak yang masih tinggi di Indonesia menjadi perhatian serius. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurangnya akses masyarakat terhadap informasi kesehatan. Kader kesehatan, sebagai perpanjangan tangan tenaga kesehatan, memiliki peran penting dalam mengatasi masalah ini. Dengan memberikan edukasi kesehatan secara langsung kepada masyarakat, kader dapat membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan.

Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, para kader akan melakukan identifikasi balita dan ibu hamil di wilayah masing-masing. Data yang diperoleh akan digunakan sebagai dasar dalam menyusun program promosi kesehatan yang lebih terarah.

“Kami berharap pelatihan ini dapat menjadi langkah awal dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Kraton,” tambah Laila Desi Ikawati.

Pengelolaan sampah organik

Bantul, 7 Agustus 2024 – Program pengabdian masyarakat bertajuk “Keluarga Lansia Sehat Fisik-Mental dan Berdaya (Klasikal-ya)” sukses digelar di Posyandu Lansia Aster, Bantul. Acara yang bertujuan meningkatkan kesehatan fisik dan mental serta kemandirian lansia ini difokuskan pada pengelolaan sampah organik rumah tangga.

Acara dimulai dengan sesi sosialisasi dan pelatihan pembuatan Losida (lodhong Sisa Dapur) yang dipandu oleh Ibu Suprihatin. Dalam sesi ini, peserta mendapatkan pengetahuan tentang teknik pembuatan Losida, yang merupakan solusi praktis dan ramah lingkungan untuk pengelolaan sampah organik di rumah. Pelatihan ini diharapkan dapat membantu lansia memanfaatkan sampah organik menjadi kompos yang berguna bagi tanaman di sekitar rumah mereka.

Setelah sesi pelatihan, acara dilanjutkan dengan screening kesehatan. Kegiatan ini bertujuan untuk memonitor kondisi kesehatan para lansia, meliputi pemeriksaan tekanan darah, gula darah, dan parameter kesehatan lainnya. Screening ini penting untuk memastikan para lansia tetap dalam kondisi sehat dan mendapatkan perawatan yang sesuai.

Acara ditutup dengan pemberian alat Losida kepada para peserta. Dengan adanya alat ini, diharapkan para lansia dapat langsung mempraktikkan ilmu yang telah diperoleh dan mulai mengelola sampah organik rumah tangga dengan lebih baik.

 Wantonoro sebagai ketua pengabdian masyarakat ini, menyampaikan bahwa tujuan dari program ini adalah sebagai wujud nyata kontribusi kampus dalam membantu mengurangi masalah sampah di Yogyakarta melalui pemberdayaan lansia yang sehat fisik dan mental. “Kami berharap dengan program ini, para lansia tidak hanya lebih sehat secara fisik dan mental, tetapi juga mampu berperan aktif dalam menjaga lingkungan,” ujar Dr. Wantonoro.

Program pengabdian masyarakat ini terdiri dari tiga dosen Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, yaitu Wantonoro, Ph.D., Suri Salmiyati, S.Kep., M.Kes., dan Hari Akbar Sugiantoro, M.A. Selain dosen, mahasiswa juga dilibatkan dalam kegiatan ini, sehingga dapat memberikan pengalaman langsung dalam mengaplikasikan ilmu yang mereka peroleh di bangku kuliah ke dalam kehidupan masyarakat.

Program ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan dan kemandirian lansia di Posyandu Lansia Aster, serta menjadi contoh bagi posyandu lainnya dalam mengadakan kegiatan serupa.

Anak muda muslim

Dampak perubahan iklim menjadi isu penting saat ini. Dampaknya sudah dirasakan seperti cuaca ekstrem, suhu panas udara yang semakin panas, musim kemarau yang lebih panjang, maupun banjir. Dalam jangka panjang jika tidak diantisipasi maka akan memberikan dampak yang lebih buruk pada problem lingkungan dan kemanusiaan. Di tingkat dunia, upaya-upaya untuk merumuskan tindakan dan strategi pencegahan dampak perubahan iklim sudah disepakati untuk mencegah agar suhu bumi tidak meningkat maksimal 1,5 derajat. Semua pihak harus memberikan perhatian dengan melakukan mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim ini. Demikian juga di kalangan anak muda muslim. Anak muda merupakan agen perubahan (agent of change) yang penting dalam mengkampanyekan pencegahan, bagaimana melakukan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Salah satu upaya yang dilakukan merespon dalam perubahan iklim ini adalah melakukan kolaborasi dengan menggelar kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk Generasi Hijau: Edukasi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim untuk Generasi Muhammadiyah.  Kolaborasi ini dilakukan antara dosen dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dan Universitas Aisyiyah (UNISA)Yogyakarta melalui kegiatan pengabdian masyarakat. Kegiatan ini diadakan di SM Tower and Convention dan dihadiri oleh aktivis remaja muslim dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah Yogyakarta baik di tingkat propinsi maupun kabupaten/kota (20/3/2024).

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada pemuda, khususnya generasi muda Muhammadiyah, agar lebih siap dan mampu beradaptasi dengan fenomena perubahan iklim yang semakin nyata. Melalui gerakan “Generasi Hijau”, diharapkan generasi muda Muhammadiyah dapat menjadi agen perubahan yang proaktif dalam merespons isu perubahan iklim. Sebagai generasi muda, yang dekat dengan dunia digital, mereka akan secara aktif melakukan kampanye melalui media social untuk bersama-sama mencegah dampak perubahan iklim ini melalui berbagai aksi. Selain itu pertemuan diskusi, dialog dan aksi bersama anak muda akan dilakukan untuk pencegahan dampak perubahan iklim ini.

Tri Hastuti Nur Rochimah, ketua Abdimas dari Ilmu Komunikasi UMY menyatakan pentingnya kesadaran akan perubahan iklim di kalangan generasi muda, kader-kader muda persyarikatan harus menjadi pelaku sejarah, menjadi agen-agen yang aktif dalam menghadapi isu penting yang berdampak pada problem kemanusiaan ini yaitu perubahan iklim. Kesadaran baik secara individu maupun kelompok dalam organisasi ini penting, bagaimana mitigasi dan adaptasi perubahan iklim menjadi salah satu agenda penting organisasi IPM dan IPmawati. Kader-kader muda persyarikatan Muhammadiyah perlu dipersiapkan untuk menghadapi perubahan iklim, mengambil bagian terdepan untuk peduli dengan berbagai aksi untuk mencegah dampak perubahan iklim, ujarnya. Nilai-nilai Islam menjadi landasan dalam bertindak, bahwa manusia adalah khalifah di bumi dan salah satu tugasnya adalah mencegah kerusakan di muka bumi ini. Alam diciptakan untuk dijaga keseimbangannya, dijaga kelestariannya sebagai bentuk keimanan kita pada Allah. Muhammadiyah juga sudah memiliki fiqh air, salah satu bagian penting terkait dengan alam dan lingkungan. maka menjadi penting kita semua mengambil peran penting menghadapi dampak perubahan iklim, khususnya generasi muda.

Ade Putranto dan Erwin Rasyid, Dosen Ilmu Komunikasi UNISA dalam paparan materinya menyampaikan isu perubahan iklim tidak bisa diselesaikan oleh satu pihak saja. Dibutuhkan kerjasama antara pemerintah, perguruan tinggi, masyarakat, dan sektor swasta untuk mencapai solusi yang efektif. “Termasuk peran aktif anak muda muslim untuk terlibat aktif dalam upaya mitigasi dan advokasi isu perubahan iklim. Generasi muda memiliki peran yang sangat penting dalam memperjuangkan keberlanjutan lingkungan hidup” ujar Erwin menambahkan.

Perwakilan IPM Yogyakarta menyampaikan bahwa sudah dilakukan upaya-upaya yang dilakukan oleh pengurus IPM dan IPMawati melalui divisi lingkungan hidup. “Setelah kegiatan ini kami akan menindaklanjuti kembali hasil mapping terkait isu-isu lingkungan di masing-masing wilayah. Sehingga adaptasi dan mitigasi terkait isu perubahan iklim dapat berjalan dengan baik” ujar El dari IPM Yogyakarta.

Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini didukung oleh Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) UMY. Harapannya, melalui kegiatan ini generasi muda Muhammadiyah dan juga anak muda muslim dapat menjadi agen perubahan yang memiliki pemahaman mendalam tentang isu perubahan iklim serta mampu mengambil langkah-langkah konkrit untuk melindungi lingkungan dan meraih masa depan yang berkelanjutan.