Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta kembali menunjukkan komitmennya sebagai institusi pendidikan tinggi yang inklusif, humanis, dan terbuka terhadap keberagaman. Dalam kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk Project Al-Ma’un, mahasiswa Program Studi Profesi Fisioterapis UNISA Yogyakarta, yang merupakan mahasiswa non-Muslim atas nama Mieke Paulina Ivana Dimu, melaksanakan penyuluhan kesehatan di Masjid Jami Muhammadiyah Ar Rahmah, Sumba Barat, Minggu (13/4/2025).
Kegiatan ini mengangkat tema penyuluhan mengenai Nyeri Punggung Bawah, keluhan kesehatan yang kerap dialami masyarakat luas. Warga mendapatkan edukasi seputar penyebab, pencegahan, hingga latihan peregangan sederhana yang dapat dilakukan mandiri. Selain itu, kegiatan juga disertai sesi tanya jawab dan demonstrasi langsung oleh mahasiswa.
Keikutsertaan Mieke, mahasiswa non-Muslim asal Nusa Tenggara Timur, menjadi wujud nyata bahwa UNISA Yogyakarta tidak hanya menerima, tetapi juga memfasilitasi dan mendukung penuh mahasiswa dari berbagai latar belakang agama, suku, dan budaya. “Saya merasa sangat diterima di UNISA, baik oleh teman-teman maupun dosen. Saya tidak pernah merasa dikucilkan atau berbeda. Justru saya merasa berkembang dan bisa belajar banyak tentang toleransi, empati, dan kolaborasi lintas iman,” ujar Mieke.
Mieke juga menambahkan bahwa lingkungan kampus UNISA Yogyakarta sangat nyaman dan mendukung mahasiswa non-Muslim untuk beradaptasi, baik dalam kegiatan akademik maupun sosial kemasyarakatan. Menurutnya, keterlibatannya dalam kegiatan yang berlangsung di masjid ini menjadi bukti bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk melayani dan berkontribusi di tengah masyarakat.
“Saya berharap UNISA Yogyakarta terus memperkuat nilai inklusifitasnya dan menjadi teladan bahwa kampus Islam bisa menjadi rumah belajar yang hangat bagi siapa pun,” ucap Mieke.
Ketua Program Studi Sarjana dan Profesi Fisioterapi UNISA Yogyakarta, Hilmi Zadah Faidullah, M.Sc., PhD (PT) menyatakan bahwa kegiatan ini bukan hanya ajang praktik keilmuan, tetapi juga ruang pembelajaran karakter dan nilai. “Keterlibatan mahasiswa seperti Mieke menunjukkan bahwa inklusifitas bukan sekadar slogan di UNISA Yogyakarta, tetapi menjadi nilai yang dihidupkan dan diwujudkan dalam setiap aspek pendidikan,” jelasnya.
Masjid Jami Muhammadiyah Ar Rahmah, sebagai lokasi kegiatan, menyambut baik kehadiran mahasiswa. Jamaah dan tokoh masyarakat setempat, menyampaikan apresiasinya. Mereka bangga menjadi bagian dari kegiatan ini. Semangat membantu dan mengedukasi warga tanpa melihat latar belakang keyakinan adalah cerminan nilai-nilai luhur bangsa.
Melalui Project Al-Ma’un, UNISA Yogyakarta tidak hanya menanamkan nilai profesionalisme kepada mahasiswanya, tetapi juga menegaskan peran penting perguruan tinggi dalam membangun jembatan toleransi dan kemanusiaan. Kehadiran mahasiswa dari berbagai latar belakang yang bisa bersatu dalam misi sosial membuktikan bahwa nilai inklusifitas di UNISA Yogyakarta tidak hanya kuat, tapi juga mengakar dan nyata terasa oleh seluruh sivitas akademika.

