Pos

Isu kekerasan 2

`Aisyiyah merupakan organisasi perempuan terbesar di Indonesia yang telah memasuki abad kedua, telah memperkuat komitmennya untuk mendorong partisipasi perempuan dalam pengambilan kebijakan publik serta upaya pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Sebagai bagian dari upaya ini, Pimpinan Pusat `Aisyiyah (PPA) berkolaborasi dengan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) dalam sebuah workshop pelatihan yang bertujuan memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada tenaga kesehatan mengenai isu-isu kekerasan seksual. Workshop ini diadakan pada tanggal 21 hingga 22 Oktober 2023.

Dalam sambutan ketua panitia workshop Widyastuti, M. Hum, mengungkapkan bahwa kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah isu yang sangat serius dan meningkat secara signifikan, dengan peningkatan sebanyak 50 persen. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya serius dalam hal sosialisasi dan penanganan. Kerjasama antara PP `Aisyiyah dan KPPA bertujuan untuk mengatasi masalah kekerasan seksual dari sumbernya hingga penanganannya.

Dr. Warsiti, M.Kep.Sp.Mat, selaku ketua Majelis Kesehatan PP ‘Aisyiyah menyoroti peran penting tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada korban kekerasan. Dia menjelaskan bahwa sering kali korban kekerasan tidak dapat atau terbatas dalam menyampaikan informasi kepada tenaga kesehatan.

“Para tenaga kesehatan perlu belajar bagaimana memberikan pelayanan yang lebih baik, termasuk pendampingan psikologis, untuk mendukung korban kekerasan. Tujuannya adalah agar tenaga kesehatan tidak hanya memulangkan pasien kekerasan begitu saja, tetapi juga dapat memberikan rujukan yang tepat,” ujar Warsiti.

Sambutan Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan dalam Rumah Tangga dan Rentan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Eni Widiyanti, SE., MPP., M.SE, menjelaskan bahwa perlindungan terhadap perempuan dan anak adalah kewajiban negara, dan harus ada zero tolerance terhadap kekerasan. Data yang disampaikan menunjukkan bahwa tingkat kekerasan terhadap perempuan sangat tinggi, dengan sekitar 1 dari 4 perempuan mengalami kekerasan selama hidupnya. Salah satu tantangan adalah memastikan bahwa data pelaporan kekerasan dikelola dengan baik, sehingga dapat memberikan bantuan kepada korban dan memberikan efek jera kepada pelaku.

Ketua Umum PP ‘Aisyiyah, Salmah Orbayinah menyampaikan bahwa komitmen ‘Aisyiyah untuk pencegahan dan penanganan kekerasan seksual pada perempuan dan anak sudah menjadi perhatian sejak awal berdirinya. Komitmen ini diperkuat lagi dengan komitmen perempuan berkemajuan di Muktamar ke-48 ‘Aisyiyah pada tahun 2022 yang salah satunya adalah tentang komitmen untuk peduli terhadap masalah kemanusiaan universal.

“Tidak hanya kepekaan ‘Aisyiyah pada persoalan dunia namun yang terpenting ‘Aisyiyah berdiri dan hadir dalam isu-isu pembelaan kaum yang membutuhkan, salah satunya mereka yang menjadi korban kekerasan seksual,” ucap Salmah. Workshop yang dihadiri 75 peserta yang sebagian dari perwakilan majelis kesehatan wilayah PP `Aisyiyah ini, merupakan langkah penting dalam upaya memerangi kekerasan seksual dan memberikan pemahaman yang lebih baik kepada tenaga kesehatan tentang pencegahan dan penanganan kasus tersebut. ‘Aisyiyah dan KPPA berkomitmen untuk terus bekerja sama dalam mewujudkan perlindungan hak perempuan dan anak serta mendorong peran perempuan dalam pembangunan dan kebijakan publik.

Melawan plagiarisme

Sebanyak 210 Mahasiswa mengikuti Stadium General yang diselenggarakan oleh Tim Cifest Siti Moendjijah Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta dengan tema “Generasi Muda Berintegritas Sebagai Pionir Melawan Plagiarisme Melalui Media”, Rabu (18/10/2023).

Wakil rektor I Bidang Akademik dan Kerjasama Taufiqur Rahman,SIp.,MA.,Ph.D mengapreasiasi baik langkah yang di lakukan oleh tim cifest Unisa Yogyakarta “Kegiatan yang sangat luar biasa dan sangat penting untuk memberikan pemahaman integritas akademik khususnya perlawanan terhadap plagiarisme,” Ungkapnya.

Taufiq mengungkapkan Pemerintah melalui peraturan Menteri Pendidikan No.17 tahun 2010 berkaitan dengan aturan plagiarisme, sehingga masalah plagiarisme ini menjadi salah satu masalah utama bagi Pendidikan.

“Plagiarisme pelaku menjiplak karya bentuknya beragam yakni Plagiarisme of ideas,Word for word plagiarisme, Plagiarisme atas sumber, dan plagiarisme penerbitan” Tuturnya. Hal tersebut tidak dapat di pungkuri dengan kemajuan teknologi dengan cara copas untuk mendapatkan sumber informasi.

Unisa Yogyakarta telah melakukan ihtiar praktek-praktek melawan plagiarisme dapat teratasi seperti terdapat Kode etik mahasiswa, Dosen dalam membuat Karya untuk tidak melakukan hasil karya plagiarisme.

Disisi lain, Taufiq menegaskan dalam Perspektif Muhammadiyah sangat menolak tindakan plagiarisme hal tersebut karena Muhammadiyah memiliki nilai-nilai islam berkemajuan yakni mengembangkan ijtihad dan tajdid. Pada rangkain tersebut di lanjut dengan penyerahan Buletin dan surat Keputusan terbentuknya pers mahasiswa . Kegiatan tersebut dilanjutkan  diskusi dengan menghadirkan Nabhan Mubrik Alyaum selaku CEO IBTimes.ID, Alumni YSEALI 2022 dan Aji Bintang Nusantara selaku pimpinan umum LPM Arena UIN Sunan Kalijaga.

Prodi gizi 2

Sebanyak 57 mahasiswa semester 7 Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes) Universitas `Aisyiyah Yogyakarta (UNISA) telah mengambil janji praklinik yang penuh makna sebagai langkah awal dalam perjalanan mereka menuju ke lahan pekerjaan yang sesungguhnya. Dalam sebuah upacara yang digelar di ruang sidang gedung Siti Moendjijah kampus UNISA Jogja, Jumat (20/10) para mahasiswa prodi gizi berjanji untuk memberikan yang terbaik dalam praktik klinis mereka.

Wakil Dekan III FIKes UNISA Jogja, Wantonoro, S.Kep.,Ns. M.Kep., Sp.KMB., PhD., memberikan semangat kepada para mahasiswa prodi gizi dengan mengatakan bahwa praktik klinis adalah peluang langka untuk mendapatkan pengalaman berharga yang tidak dapat ditemukan di dalam ruang kuliah.

“Praktik klinis merupakan cara untuk mendapatkan pengalaman, ini adalah momentum berharga dalam perjalanan akademik dan profesional kalian,” ujar Wantonoro.

Lebih lanjut, Wantonoro memberikan pesan kepada mahasiswa prodi gizi untuk menjaga nama baik mereka sendiri, keluarga, Program Studi, Fakultas, dan Universitas `Aisyiyah Yogyakarta. Ia menekankan pentingnya etika dan integritas dalam melaksanakan praktik klinis.

“Ketika kalian melangkah ke lapangan, kalian adalah duta dari universitas ini. Selalu ingat untuk menjaga sikap dan tindakan kalian agar selalu positif,” tambah Wantonoro. Namun, dalam perjalanan menuju praktik klinis, Wantonoro juga mengingatkan bahwa ada beberapa mahasiswa yang mungkin memiliki sikap yang kurang menguntungkan, yang dapat memengaruhi baik diri mereka sendiri maupun teman-teman mereka di lapangan. Ia mengajak seluruh mahasiswa untuk menjaga solidaritas dan saling membantu di lapangan serta menjauhi sikap yang merugikan.