Pos

Cegah penyakit

Tim Pengabdian Masyarakat Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta aktif bergerak dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat. Kali ini, mereka berkolaborasi dengan Majelis Kesehatan Pimpinan Ranting Aisyiyah Bangunjiwo Barat, Kasihan, Yogyakarta, untuk menyelenggarakan edukasi komprehensif terkait pencegahan penyakit tidak menular (PTM) melalui program CERDIK, Senin (28/07/2025).

Tim pengabdian UNISA Yogyakarta, yang terdiri dari Luluk Rosida, S.ST., M.KM, Intan Mutiara Putri, S.ST., M.Keb, dan Andry Ariyanto, M.Fis, melihat relevansi program ini dalam menghadapi tantangan kesehatan di masyarakat. Penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, dan kolesterol tinggi kini menjadi ancaman serius yang membutuhkan pendekatan preventif.

Luluk salah satu tim pengabdian menjelaskan kegiatan pengabdian ini dibagi menjadi beberapa sesi krusial. Pertama, tim memberikan edukasi mendalam mengenai enam pilar program CERDIK. Akronim CERDIK sendiri merujuk pada Cek Kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet seimbang, Istirahat yang cukup, dan Kelola stres.

“Pemaparan tim kami diharapkan dapat meningkatkan kesadaran warga akan pentingnya gaya hidup sehat,” tutur Luluk.

Selain edukasi, tim UNISA juga melakukan pemeriksaan kesehatan dasar bagi peserta. Kegiatan ini mencakup pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar perut, serta pengecekan darah sederhana seperti pemeriksaan gula darah dan kolesterol. Tekanan darah juga turut diperiksa untuk mendeteksi potensi risiko PTM sejak dini.

Puncak kegiatan ditutup dengan sesi aktivitas fisik dan olahraga bersama. Warga diperkenalkan dengan beberapa jenis senam yang spesifik, seperti senam Hipertensi, senam Diabetes, dan senam Jantung Sehat. Inisiatif ini tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga membekali masyarakat dengan keterampilan praktis untuk menjaga kesehatan mereka secara mandiri. Kolaborasi UNISA Yogyakarta dan PRA Bangunjiwo Barat ini menjadi contoh nyata bagaimana sinergi perguruan tinggi dan masyarakat dapat menciptakan dampak positif dalam peningkatan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat.

Anugerah humas

Universitas `Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menorehkan prestasi di bidang kehumasan. Kali ini UNISA Yogyakarta berhasil meraih terbaik 2 kategori pengelolaan website dan terbaik 2 kategori pengelolaan media sosial dalam ajang Anugerah Humas Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah V. Acara penganugerahan berlangsung pada Rabu, 30 Juli 2025, bersamaan dengan Rapat Koordinasi Humas PTS 2025 yang diselenggarakan di kantor LLDIKTI Wilayah V.

Pencapaian ini menjadi bukti nyata komitmen UNISA Yogyakarta dalam mengelola informasi dan membangun citra positif di era digital. Di tengah persaingan ketat antar-perguruan tinggi, kemampuan mengelola platform komunikasi digital secara efektif menjadi sangat penting.

Kepala Humas dan Protokol UNISA Yogyakarta, Sinta Maharani, M.I.Kom, menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas penghargaan yang diraih. “Prestasi ini menjadi pemantik semangat bagi kami untuk terus meningkatkan kualitas komunikasi, baik melalui website maupun media sosial,” ujar Sinta.

Ia menambahkan bahwa di tengah dinamika transformasi digital yang kian pesat, kehadiran tim humas yang adaptif sangat krusial untuk memperkuat citra dan reputasi institusi.

Tim Humas UNISA Yogyakarta menegaskan komitmen mereka untuk terus berinovasi. Mereka bertekad mendekatkan institusi dengan masyarakat luas, serta menjadi jembatan informasi yang membangun kepercayaan dan kolaborasi. Penghargaan ini diharapkan dapat memacu UNISA Yogyakarta untuk terus menjadi salah satu universitas terdepan dalam komunikasi publik dan keterbukaan informasi.

Penanganan sinkop

Pingsan atau sinkop merupakan kondisi kehilangan kesadaran mendadak dan bersifat sementara, disebabkan berkurangnya aliran darah serta oksigen ke otak. Kondisi ini sering diawali dengan gejala pusing, pandangan kabur, atau telinga berdenging. Meskipun tampak sepele, sinkop berpotensi menyebabkan cedera pada 28 persen kasus. Oleh karena itu, pengetahuan dan sikap yang tepat dalam memberikan pertolongan pertama pada sinkop menjadi krusial untuk mencegah risiko cedera lebih lanjut.

Di Desa Balecatur, Sleman, penanganan sinkop menjadi isu kesehatan yang signifikan. Banyak warga yang beraktivitas fisik berat di bawah terik matahari, meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini. Sayangnya, minimnya pengetahuan masyarakat tentang gejala dan tata cara penanganan pingsan yang benar kerap menyebabkan respons yang lambat, berujung pada potensi cedera. Menanggapi permasalahan ini, penyuluhan kesehatan mengenai pertolongan pertama pada kasus sinkop dinilai sebagai solusi efektif untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan warga dalam merespons situasi darurat tersebut.

Nasyiatul Aisyiyah (NA) Balecatur, yang beranggotakan remaja berusia 16-19 tahun, menjadi sasaran utama program edukasi ini. Remaja-remaja NA dikenal aktif dalam berbagai kegiatan sosial di desa. Mengedukasi mereka tentang pertolongan pertama memiliki manfaat ganda: pertama, mereka dapat menjadi penggerak dan motivator kesehatan di lingkungan sekitar; kedua, edukasi yang disertai demonstrasi ini diharapkan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam memberikan pertolongan pertama pada pasien sinkop.

Endah Tri Wulandari, anggota tim pengabdian masyarakat dan dosen Program Studi Keperawatan Anestesiologi Universitas `Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, menjelaskan bahwa program edukasi dan demonstrasi “Pertolongan Pertama pada Sinkop (Pentasy)” sangat bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan remaja, Sabtu (26/07/2025).

“Pada tahap awal pelaksanaan, mayoritas remaja belum sepenuhnya memahami bagaimana pertolongan pertama sinkop. Melalui edukasi dan demonstrasi yang diberikan, para remaja mulai memahami pentingnya memberikan pertolongan pertama sebelum pasien dievakuasi ke pelayanan kesehatan oleh petugas berwenang,” ujar Endah.

Pemaparan materi dan demonstrasi ini tidak hanya bertujuan mentransfer informasi, tetapi juga diharapkan mampu mengubah perilaku dan menumbuhkan kesadaran diri para remaja. Edukasi ini juga diharapkan dapat mengembangkan kemampuan remaja dalam berperan aktif menjaga kesehatan masyarakat. Dengan demikian, diharapkan Balecatur memiliki generasi muda yang tanggap dan sigap dalam situasi darurat kesehatan.

Konferensi internasional 2

Universitas `Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta sukses menggelar Konferensi Internasional 2025 secara online melalui platform Zoom pada Sabtu, 26 Juli 2025. Konferensi berskala global ini mengusung tajuk panjang nan visioner: “Wofdic and Interferon: The 2nd International Conference of Women, Family and Disaster Studies and 1st International Conference of Nursing Anesthesiology – Empowering Women and Families: Building Environmental Resilience in Face of Disasters”. Acara ini menjadi wadah strategi untuk membahas peran krusial perempuan dan keluarga dalam mitigasi serta penanganan dampak bencana, sekaligus memperkenalkan perspektif anestesiologi.

Konferensi internasional ini menghadirkan empat narasumber berkompeten dari berbagai belahan dunia. Mereka adalah Joshua Vidal, MSSc., MAEG., EM, LPT dari Manila University Filipina, Dr. Przemysław Żuratyński dari Nicolaus Copernicus University, Wantonoro, Ph.D. dari UNISA Yogyakarta sendiri, serta Dr. Raditya Jati, S.SI., M.SI dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Kehadiran para pakar ini memperkaya diskusi dan memberikan perspektif multisektoral.

Dr. M. Ali Imron, M.Fis , selaku Wakil Rektor IV UNISA Yogyakarta, dalam sambutanya mengungkapkan bahwa studi kebencanaan telah menjadi bagian integral dari hampir semua program studi di UNISA Yogyakarta, bahkan sejak kampus ini masih berstatus STIKES `Aisyiyah Yogyakarta.

“Hal-hal yang terkait bencana bukan hanya satu monodisiplin, tetapi interdisiplin,” tutur Imron.

Menyadari pentingnya pendekatan multidisiplin, UNISA Yogyakarta pada tahun 2016 mendirikan lembaga khusus bernama Pusat Studi Perempuan, Keluarga dan Bencana (PSPKB).

Imron menambahkan bahwa berdirinya PSPKB ini memiliki tujuan utama untuk meningkatkan kemampuan, mempersiapkan pembelajaran, membangun jejaring, serta menyusun pedoman yang dapat digunakan masyarakat ketika bencana terjadi. Konferensi Internasional 2025 ini sendiri diikuti oleh 130 peserta dari berbagai daerah di Indonesia, menandakan tingginya minat terhadap isu-isu kebencanaan dan peran sentral perempuan di dalamnya.