Keprihatinan akan tingginya angka anemia, menggerakkan sivitas akademika Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta menggagas program Gen Z – Edukasi Nutrisi Zat Besi untuk Cegah Anemia di Desa Sendangagung, Minggir, Sleman. Gerakan ini tidak hanya informatif, tetapi juga menyenangkan dan sesuai dengan karakteristik generasi saat ini.
“Gagasan ini muncul dari keprihatinan kami terhadap tingginya angka anemia, terutama pada remaja putri, yang kami temukan melalui laporan Dinas Kesehatan dan observasi lapangan. Banyak remaja yang tidak memahami pentingnya zat besi dan enggan mengonsumsi tablet tambah darah (TTD) karena kurangnya edukasi,” ujar Dosen Keperawatan, Hamudi Prasetiyo, Kamis (24/7/2025).
Hamudi mengungkapkan anemia perlu menjadi perhatian karena karena anemia pada remaja berdampak langsung terhadap prestasi belajar, konsentrasi, kelelahan kronis, bahkan risiko komplikasi saat kehamilan di masa depan. “Hasil wawancara kami dengan perangkat puskesmas dan perangkat desa menunjukkan bahwa banyak remaja mengalami anemia ringan hingga sedang tetapi tidak mendapatkan edukasi atau intervensi yang tepat. Hal ini mendorong tim untuk melakukan skrining dan edukasi secara lebih masif,” kata Hamudi.
Program Gen Z – Edukasi Nutrisi Zat Besi untuk Cegah Anemia di Desa Sendangagung, Minggir berhasil mendapat dukungan dari Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek). Program ini akan digarap dari lintas disiplin ilmu di Unisa Yogyakarta, dari Prodi Keperawatan sebagai penanggung jawab utama edukasi kesehatan dan skrining anemia. Prodi Kebidanan akan fokus pada pendekatan remaja putri dan edukasi tentang siklus menstruasi dan kebutuhan zat besi.
“Pastinya dengan mahasiswa di unit organisasi mahasiswa HIMIKA (Himpunan Mahasiswa Ilmu Keperawatan) dan HIMABIDA (Himpunan Mahasiswa Bidan). Kolaborasi berjalan harmonis sejak awal. Mahasiswa Keperawatan menangani aspek edukasi umum dan skrining kadar Hb, sedangkan mahasiswa Kebidanan mendalami aspek reproduksi remaja, kesehatan menstruasi, dan dampak anemia pada remaja putri. Kami menggabungkan pendekatan promotif dan preventif untuk menjangkau kelompok sasaran dengan lebih tepat,” ungkap Hamudi.
Hamudi mengungkapkan secara khusus, dosen pendamping nantinya akan menjadi motor utama dalam penguatan metodologi, validasi data, dan pengawasan lapangan. Mereka membimbing dalam menyusun proposal, memetakan potensi desa, membangun komunikasi dengan mitra desa, serta membantu tim melakukan monitoring dan evaluasi. Peran mereka sangat krusial dalam menjaga integritas ilmiah program ini.
Hamudi tidak menampik sejumlah tantangan dihadapi saat penyusunan proposal. Seperti menyusun program yang komprehensif namun realistis dijalankan dalam waktu terbatas. Melakukan pemetaan kebutuhan desa secara cepat dan tepat. Menciptakan program edukasi yang inovatif dan menarik untuk Gen Z. Selain juga bagaimana merumuskan indikator keberhasilan yang terukur
Jalannya program dan harapan
Program nantinya akan berjalan di Desa Sendangagung, Minggir. Desa ini dipilih karena memenuhi tiga kriteria penting. Pertama, tingginya jumlah remaja usia 10–19 tahun di wilayah ini. Rendahnya pemahaman gizi dan tingginya angka anemia berdasarkan data dari Puskesmas Minggir. Kemudian, adanya dukungan dari perangkat desa setempat yang terbuka terhadap kolaborasi program berbasis komunitas. “Selain itu, desa ini belum banyak tersentuh program serupa sehingga intervensi kami menjadi lebih bermakna,” ungkap Hamudi.
Program Gen Z – Edukasi Nutrisi Zat Besi untuk Cegah Anemia di Desa Sendangagung, Minggir, Sleman mencakup skrining kadar hemoglobin remaja, pelatihan kader Gen Z, kemudian kampanye digital via Instagram & TikTok. Selain itu juga pemberian intervensi tablet peningkatan hemoglobin, edukasi interaktif, edukasi orang tua tentang gizi remaja, dan distribusi modul edukatif.
“Kami menggunakan pendekatan edutainment—edukasi yang dikemas menyenangkan berupa visual menarik dan infografik ringkas. Tantangan media sosial (#GenZ), kelas diskusi dengan kuis interaktif, dan story telling dari role model remaja sehat,” ucap Hamudi.
Melalui program ini diharapkan jangka pendeknya, peningkatan pengetahuan remaja tentang anemia dan zat besi, tumbuhnya kader remaja peduli anemia, adanya perubahan konsumsi makanan bergizi. Sementara untuk jangka panjang yaitu penurunan prevalensi anemia remaja, kemandirian kader desa dalam edukasi anemia, dan model program yang dapat direplikasi ke desa lain.
Keberhasilan program di lapangan akan dilihat melalui pre-test dan post-test untuk menilai peningkatan pengetahuan. Kemudian, pemantauan Hb awal dan akhir intervensi. Kemudian, FGD dengan kader dan perangkat desa, dokumentasi aktivitas dan testimoni remaja. Program ini pun direncanakan akan direplikasi ke desa lain.
“Kami sudah berkoordinasi dengan desa tetangga seperti Sidoagung. Proposal replikasi sedang kami rancang agar bisa diusulkan di periode PPK ORMAWA berikutnya atau melalui skema KKN Tematik,” kata dia.
Manfaat untuk mahasiswa dan dukungan Unisa
Hamudi menyebut melalui PPK ORMAWA mahasiswa akan dilatih untuk memimpin tim, membagi peran, dan bertanggung jawab atas keberhasilan program. Selain itu, mereka dilatih untuk peka terhadap kebutuhan masyarakat, mampu mendengar, dan menyesuaikan strategi edukasi dengan konteks lokal.
“Kami berharap program ini terus diperkuat sebagai sarana pembinaan karakter mahasiswa. Program seperti ini membuktikan bahwa mahasiswa bisa menjadi agen perubahan nyata di masyarakat, bukan hanya akademisi di kampus,” harapnya.
Hamudi juga berpesan kepada para mahasiswa untuk terus berkarya. Mahasiswa perlu memiliki keresahan, bisa dimulai dari hal kecil. “Mulailah dari keresahan kecil yang ada di sekitar. Jangan menunggu sempurna untuk bergerak. Dengan kerja sama tim, dukungan dosen, dan kemauan belajar, mahasiswa bisa menciptakan program yang bermanfaat dan berdampak,” ucap Hamudi.
Dirinya juga mengucapkan terima kasih kepada Unisa Yogyakarta yang telah memberikan berbagai dukungan. Mulai dari pelatihan proposal dan Monev, kemudian bimbingan dosen pembimbing PPK ORMAWA, pendanaan awal program. Selain juga dukungan fasilitasi publikasi program ke media internal dan eksternal. “Serta pengakuan dukungan administratif,” kata Hamudi.
