Pos

Masa nifas

Masa Nifas ialah sebuah masa sesudah plasenta lahir serta juga berakhir disaat berbagai macam alat kandungan sudah kembali seperti di keadaan sebelum mengalami masaa kehamilan. Tahapan pemulihan kesehatan di era ataupun masa nifas ini membutuhkan asuhan dari seorang bidang yang secara keseluruhan serta merupakan masa yang dimana dilaluinya oleh tiap-tiap dari para wanita sesudah melakukan tindakan melahirkan. Di masa ini bisa terjadi sebuah komplikasi persalinan baik itu dengan cara yang langsung ataupun tidaklah langsung. Masa nifas tersebut juga akan berlangsungnya dari sejak plasenta lahir sampai dengan 6 minggus etelah kelahiran ataupun selama 42 hari sesudah masa kelahiran berlangsung.

Di Indonesia menurut World Health Organizations didasarkan dari data World Health Organitation (WHO) Angka Kematian Ibu (AKI) di negara Indonesia telah mencapai jumlah sebanyak 228/100.000 dari angka kelahiran hidup, angka tersebut masihlah sangat jauh lebih tinggi jika dibanding dengan negara yang mencapai jumlah Vietnam 59/100.000, serta negara China dengan jumlah 37/100.000. perihal demikian menempatkannya negara Indonesia menjadi salah satu daripada negara dengan AKI yang paling tinggi, lalu untuk cakupan Asia, negara Indonesia ada pada peringkat tertinggi nomor 3 serta salah satunya ialah infeksi dengan hjumlah persentase sebanyak 50%. Menurut dari Badan Pusat statistic mengemukakan , bahwasanya angka kematian yang ada di negara Indonesia sudah mencapai di angka 189/100.000 Kelahiran hidup, serta Angka Kelahiran hidup yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki jumlah yang mencapai 58/ 100.000 Kelahiran hidup

Penyebab dari kematiannya ibu terbanyak yakni adannya suatu infeksi puerperium yang asalnya itu dari perlukaan jalan lahir yang adalah lokasi yang baik teruntuk tumbuh kembangnya kuman. ditemukannya masalah luka perineum yang dialaminya oleh sebanyak 75% ibu melahirkan pervaginam di tahun 2013 menemukannya yakni dari total keseluruhan dengan jumlam sebanyak 1951 kelahiran spontan pervaginam, terdapat sebanyak 57% ibu memperoleh jahitan perineum dengan jumlah 28% dikarenakan episiotomi serta 29% lainnya dikarenakan adanya robekan yang secara spontan. Pada perihal demikian bisa disebabkannya dikarenakan daya tahan tubuhnya seorang ibu yang rendah sesudah pasca melahirkan, perawatan serta juga kebersihan perineum yang tidaklah begitu baik.

Pengupayaan yang bisa dilakukannya teruntuk mencegah terjadinya risiko infeksi yakni dengan melakukannya tindakan perawatan luka perineum, perawatan luka ini dilakukannya dengan cara yang baik maka bisa membuat penyembuhan luka jadi perineumserta jadi jauh lebih cepat, peranan dari keluarga di masa penyembuhannya ibu nifas dengan melakukan pemberian dukungan secara psikologi, mengawasinya pola psikologi ibu, asupan makanan, pola istrirahat serta juga juga bisa dari adanya pemenuhan akan Vitamin A, dikarenakan Vitamin A bisa memberikan bantuan untuk proses inflamasi yang terjadinya pada masa-masa penyembuhan.Vitamin A dapat diperolehnya dari jeruk, wortel, kentang, serta juga telur.

Ketidaktahuannya ibu postpartum mengenai perawatan perineum yang baik serta juga benar bisa membuat terjadinya infeksi di area luka perineum, kemungkinannya terjadi infeksi bakal jauh lebih besar kepada para ibu yang mempunyai pengetahuan yang kurang ataupun rendah dikarenakan kesalahan yang ada pada perawatannya luka perineum serta juga apkah ibu postpartum itu sudah menerapkan makanan yang tinggi protein belum dikarenakan pemenuhan akan kebutuhannya protein makin mengalami peningkatan teruntuk memberikan bantuan dalam penyembuhannya luka baik itu yang ada di dinding rahim atau yang ada di luka jalan lahir yang mengalaminya sebuah tindakan jahitan, protein tersebut diperlukan teruntuk dijadikannya sebagai zat pembangun yang melakukan pembentukan jaringan otot tubuh serta melakukan percepatan terkait dengan pemulihan luka yang kembali, serta juga mobilisasi dini apakah di terapkan tidak pada masa ibu postpartum karenajika terapakan dapat membuat berbagai otot perut serta panggul bakal kembali menjadi normalsehingga jadi kuat serta menguranginya rasa sakit, fungsi usus serta kandung kencing lebih baik serta mempercepatkannya berbagai organ tubuh kembali seperti semuadan membuat sirkulasi darah jadi lancar ataupun juga normal.

Bidan sebagai seorang edukator pada praktik yang dilakukannya memberi pendidikan kesehatan pada ibu postpartum serta juga keluarga dengan cara mempergunakan leaflet ataupun media konseling secara langsung. Leaflet dipergunakan dikarenakan mempunyai kelebihan yakni adanya sebuah informasi yang jauh lebih terperinci serta mendetail maupun juga gampang teruntuk dibawa kemana saja. Diharap sesudah diberinya pendidikan kesehatan yang dilakukan denganleaflet serta konseling, pengetahuan dari ibu postpartum serta keluarganya juga bakal mengalami peningkatan. Dengan adanya pengetahuan yang mengalami peningkatan ini diharapkannya untuk bisa memberikan sebuah kontribusi pada pengupayaan dalam pencegahan infeksi ataupun komplikasi teruntuk membuat angka kematian ibu menurun dan juga meningkatkannya derajat kesehatan untuk para keluarga.

Perihal yang perlu diperhatikannya oleh ibu selama masa nifas:

  • Melakukannya tindakan kunjungan maupun kontrol dengan waktu minimal sebanyak 4 kali, yakni pada 6 jam, 6 hari, 2 minggu, serta juga 6 minggu sesudah masa persalinan.

Tujuan dari pentingnya melakukan kontrol / Kunjungan nifas adalah dengan melakukannya kunjungan sampai dengan 40 hari masa ibu nifas, bidan bisa melakukan pemantauan terhadap adanya berbagai macam perubahan yang terjadinya kepada ibu nifas seperti halnya tahapan involusio, memantau banyak tidaknya perdarahan serta juga tahapan laktasi.

  • Memelakukan pemeriksaan terhadap tekanan darah, kondisi perineum, perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, tanda infeksi, temperatur dengan cara yang rutin, serta juga tinggi fundus.
  • Memberikan penilaian terhadap fungsi cerna, fungsi berkemih, sakit kepala, penyembuhan luka.
  • Memastikan kondisi dar psikologis ibu masih dalam keadaan yang baik. Bagaimana suasana dari emosi yang dirinya miliki, pastikan juga memperoleh sebuah dukungan dari keluarga, serta juga dari pasangan. Dikarenakan dukungan psikologis pada ibu nifas bisa mencegah terjadinya depresi serta juga kecemasan kepadanya.
  • Memberikan edukasi tanda bahaya pada ibu nifas seperti kalau terjadinya perdarahan yang secara berlebih, demam, sekret vagina berbau, sesak ataupun kelelahan, nyeri perut berat, bengkak di wajah serta juga pada alat gerak, dan payudara bengkak dan terasa nyeri. Dikarenakan pengetahuan dari keluarga serta juga ibu nifas mengenai berbagai macam tanda bahaya ibu nifas sangat di perlukan supaya ibu nifas serta keluarga bisa dengan segera datang ke fasilitas kesehatan jika sedang mengalaminya tanda bahaya pada masa-masa nifas seperti yang sudah diuraikan tersebut.
  • Memberikan edukasi tentang Vulva hygiene karena pada Masa nifas menimbulkannya suatu komplikasi yang diantaranya yakni membuat adanya infeksi di luka jahitan ataupun pada kulit, sehingga membuat proses penyembuhan luka jahitan menjadi lambat hingga diperlukannya untuk dilakukannya kebersihan terhadap vulva serta juga perineum dikarenakan bisa membuat pencegahan terhadap timbulnya iritasi serta memberi perasaan yang nyaman kepada ibu nifas.
  • Menjaga pola istirahat Pada ibu postpartum yang memerlukan istirahat serta juga tidur yang cukup yang sangat berguna teruntuk membuat ASI menjadi lancar keluarnya, melakukan percepatan terhadap tahapan involusi uterus, dan memulihkannya situasi maupun keadaan sesudah hamil maupun melahirkan supaya bisa menjalani kegiatan sehari-hari dikarenakan kalau kurang istirahat ataupun tidur pada ibu postpartum bakal membuat suplai ASI menjadi berkurang, proses involusi uterus menjadi lambat, serta juga membuat ketidakmampuannya ibu dalam merawat bayi dan merasa depresi.
  • Memberi sebuah edukasi kepada ibu mengenai gizi seimbang terutama dalam hal memperbanyak mengkonsumsi protein. Secara teori gizi seimbang ialah susunan daripada makanan sehari-hari yang memiliki kandungan akan zat gizi pada jenis serta juga jumlah yang disesuaikannya pada kondisi maupun kebutuhan tubuh, gizi seimbang salah satunya yakni teruntuk membuat penyembuhan luka pereium menjadi cepat ialah protein. Protein sangatlah begitu mempengaruhinya tahapan dari penyembuhannya luka perineum dikarenakan protein memiliki kegunaan maupun fungsi yang khas yang tidaklah bisa digantikannya oleh zat gizi yang lainnya, yakni pemeliharaan jaringan tubuh, pertumbuhan, serta juga perbaikannya sebuah jaringan, salah satu daripada contoh protein yakni seperti ikan, ayam , kacang- kacangan, serta juga telur.
  • Edukasi terkait dengan kapan senggama aman dilakukannya setelah melakukan tindakan persalinan serta juga perencanaan kehamilan berikutnya dan penggunaannya  alat kontrasepsi, tujan dari hal tersebut yakni supata organ reproduksi menjadi jauh lebih cepat pulih serta meminimalisir terjadinya risiko infeksi terhadap rahim. Serta juga mengaturkan jarak kelahiran anak, meningkatkannya kesejahteraan dari para keluarga, sekaligusnya juga membuat naik angka harapan hidup bayi serta ibu.
  1. Memberikan edukasi tentang pentingnya Bounding attachment.Bounding attachment yang dilakukan yaitu, tidak memisahkan ibu serta bayi pada masa nifas jadi ibu serta bayi berada di dalam satu ruangan, selalu memperhatikan kelekatan bayi dengan cara ibu selalu merawat bayinya. Manfaat dari Bounding attachment yaitu bayi merasa diperhatikan, dicintai, bayi merasa aman, memperkuat hubungan emosional yang ada diantara orang tua dnegan bayi, membantu orang tua lebih peka terhadap kebutuhan dan sinyal bayi
  2. Memberikan edukasi kepada ibu cara menyusui yang benar. Hal ini bemanfaat dalam mencegah lecet pada putting, mencegah bengkak pada payudara. Secara teori ibu dapat paham tentang pentingnya edukasi menyusui yang benar akan membangun sebuah ikatan emosional yang cukup kuat diantara ibu dengan bayi, dan bayi mendapatkan asupan nutrisinya secara optimal.
  3. Memberikan edukasi tentang pentingnnya mengkonsumsi vitamin dikarenakan pemberian vitamin A pada ibu nifas bertujuan teruntuk meningkatkannya kualitas daripada ASI, lalu meningkatkannya daya tahan tubuh, membantu pemulihan kesehatan pasca bersalin. Pemberian Antinyeri yang diberikan berupa Ibu Profen dengan dosis 200 gram bertujuan untuk untuk membantu mengurangi rasa nyeri penyebab ketidaknyamanan pada pasca bersalin

Dampak dari kurangnya edukasi pada masa nifas adalah infeksi jalan lahir, oedema, sehingga terjadi jahitan luka yang terbuka yang bisa menimbulkan sebuah perdarahan. Teruntuk hal demikian, sangatlah begitu penting dilakukannya sebuah kunjungan masa nifas ataupun edukasi tentang nifas sesuai pada standarisasi maupun anjuran yang telah ditetapkan. Berbagai macam perihal kecil ini bisa berefek besar kalau tidaklah dengan segera dilakukan sebuah penanganan yang baik dan juga tepat.

Oleh : Amelia Puspasari, Rosmita Nuzuliana*
Mahasiswa D3 Kebidanan Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta

Posyandu 3

Angka stunting akibat kekurangan gizi kronis pada masa pertumbuhan, bukan hanya masalah kesehatan semata, tetapi juga ancaman serius bagi generasi masa depan. Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), prevalensi stunting naik dari 16,4% menjadi 18% menurut data terbaru BKKBN tahun 2024. Ini menunjukkan perlunya langkah konkret, termasuk evaluasi mendalam terhadap metode pengukuran dan keakuratan alat yang digunakan.

BKKBN merespons kenaikan prevalensi dengan mengeluarkan Edaran Kepala BKKBN No. 3 Tahun 2024, menekankan pentingnya intervensi serentak dalam pencegahan stunting di DIY. Program intervensi melibatkan Dinas Kesehatan, Puskesmas, dan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta dalam pemberdayaan untuk melakukan intervensi yang besar.

Mahasiswa Magister Kebidanan dari Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta terlibat langsung melalui program praktek pemberdayaan di Puskesmas Umbulharjo I dan II untuk mengevaluasi kendala yang dihadapi kader posyandu dalam pelaksanaan intervensi serentak pencegahan stunting. Kader tidak hanya melakukan penimbangan secara rutin, tetapi juga berkolaborasi dengan puskesmas untuk memberdayakan ibu-ibu dalam memahami pentingnya gizi bagi anak-anak mereka. Melalui pengukuran berat badan dan pemantauan gizi setiap bulan, kader posyandu berperan kunci dalam pemantauan tumbuh kembang balita.

Evaluasi terhadap metode pengukuran dan alat yang digunakan di posyandu krusial untuk data yang akurat. Ibu Witriastuti Susani Anggraeni, SE., MM selaku Ketua Tim Kerja Ketahanan Keluarga dan Pencegahan Stunting BKKBN menekankan peningkatan kualitas layanan posyandu, pelatihan kader, dan integrasi program gizi sebagai strategi menurunkan stunting. BKKBN DIY juga telah berhasil menginisiasi program melalui pengajuan dana keistimewaan DIY dengan pemberian 2 telur sehari untuk keluarga berisiko stunting sejak tahun 2023 dan dilanjutkan sampai tahun 2024.

“Ibu-ibu kader, meskipun pengangguran, memberikan kontribusi luar biasa. Mereka adalah ujung tombak dan ujung tombok. Tomboknya luar biasa juga,” ujar seorang kader.

Peningkatan kapasitas kader posyandu tentang pengukuran antropometri, pemantauan pertumbuhan, dan makanan balita menjadi fokus utama dalam menurunkan angka stunting. Kader posyandu berfungsi sebagai garda terdepan dalam menimbang dan mengukur balita, indikator utama status stunting anak. Pelatihan kader dalam pengukuran berat dan tinggi badan memungkinkan pengambilan keputusan tepat waktu menghadapi stunting. Peningkatan kapasitas kader posyandu adalah strategi krusial dalam percepatan penurunan stunting di DIY.

Selain pelatihan tentang pengukuran antropometri dan pemantauan pertumbuhan balita, kader posyandu perlu dilatih dalam teknik advokasi. Ini mencakup strategi komunikasi efektif untuk menyampaikan pentingnya penanganan stunting kepada masyarakat, orang tua, dan pemerintah setempat. Pelatihan juga mencakup cara mengakses dan memanfaatkan sumber daya dari pemerintah dan organisasi non-pemerintah untuk mendukung program pencegahan stunting di posyandu mereka.

Kolaborasi yang baik antara pemerintah, dinas kesehatan, puskesmas, pelaku usaha, perguruan tinggi, tim percepatan penurunan stunting, masyarakat dan media merupakan kunci sukses untuk mencapai target nasional dalam mengurangi stunting menuju tahun 2024.

Menggugah kesehatan 1

Di tengah peningkatan populasi lanjut usia di Indonesia, inovasi pemberdayaan lansia semakin diperhatikan. Menurut Susenas Maret 2023, 11,75% penduduk Indonesia adalah lansia, dengan mayoritas tinggal di perkotaan. Menyikapi tantangan kualitas hidup lansia, Mahasiswa S2 Kebidanan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta dalam rangka Praktik Pemberdayaan dalam Kebidanan meluncurkan sebuah program Inovasi “Sedaya Lansia” (Sehat dan Berdaya Bersama Lansia) untuk menggugah kesehatan dan kemandirian lansia. Pada kegiatan ini Prof. Dr. Mufdillah, S.SiT., M.Sc selaku penanggung jawab praktek pemberdayaan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Program “Sedaya Lansia” dilaksanakan melalui kolaborasi antara mahasiswa Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta  dan Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Kabupaten Serang. Kegiatan ini dilaksanakan dikediaman Sekretaris Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Kabupaten Serang, program ini menyasar lansia berusia 60 tahun ke atas dengan tujuan mengembalikan semangat hidup mereka dan menjadikan lansia sebagai aset berharga dalam pembangunan berkelanjutan.

Dengan moto “Sehat dan Berdaya Bersama Lansia,” program Sedaya Lansia mencakup berbagai kegiatan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan fisik dan mental lansia. Dari penyuluhan untuk menggugah kesehatan hingga kegiatan kreatif seperti ecobrick, para lansia diberikan pengetahuan mengenai pola hidup sehat, nutrisi yang baik, dan pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin.

Selain itu, mereka juga dilatih membuat kreativitas ecobrick, yang tidak hanya mengurangi limbah plastik tetapi juga memberikan kegiatan yang bermanfaat dan menyenangkan “Ini pertama kalinya saya mengikuti kegiatan seperti ini. Sangat menyenangkan dan bermanfaat,” ujar seorang peserta program dengan antusiasme. Organisasi Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah Kabupaten Serang berharap program ini berkelanjutan dan menginspirasi pemberdayaan lansia di seluruh Indonesia.

“Kami berharap dapat mengembangkan program ini karena sangat bermanfaat,” ujar perwakilan organisasi, demi tercapainya kesehatan dan kemandirian yang lebih baik bagi semua lansia.

Inovasi digital

Dalam era globalisasi yang ditandai dengan kecanggihan teknologi informasi, integrasi sistem yang efisien menjadi kunci dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Dalam cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024 salah satu solusi yang diusulkan adalah transformasi sistem pencatatan manual menjadi inovasi digital untuk meningkatkan efisiensi, akurasi, dan kualitas layanan kesehatan di Indonesia.

Mahasiswa Magister Kebidanan Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta bekerja sama dengan mahasiswa Prodi Teknologi dan Informasi  telah merumuskan sebuah inovasi dalam bidang kesehatan melalui serangkaian kegiatan Praktek Sistem Informasi Pendidikan dan Pelayanan Kesehatan yang dilaksanakan (tanggal kegiatan) periode praktik 27 Mei – 21 Juni 2024 di RS PKU Muhammadyah Gamping Yogyakarta. Inovasi ini mengusulkan integrasi asuhan kebidanan dan e-Partograf ke dalam sistem Smart’s Medical Record (SMR) milik RS PKU Muhammadiyah Gamping, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas asuhan kebidanan serta memperkuat kolaborasi interprofesional di rumah sakit tersebut.

Usulan ini berawal dari kebutuhan akan sistem yang lebih efisien dan efektif dalam mendokumentasikan serta memantau kesehatan ibu dan janin selama proses persalinan. Saat ini, RS PKU Muhammadiyah Gamping belum memiliki fitur pada SMR yang dirancang dan dikembangkan khusus untuk asuhan kebidanan. Selama ini, bidan di RS tersebut menggunakan EMR yang lebih berfokus pada standar asuhan keperawatan, sehingga kurang sesuai untuk kebutuhan spesifik kebidanan. Melihat celah ini, mahasiswa UNISA Yogyakarta, dengan dukungan dosen dan praktisi kesehatan, merancang dan mengusulkan modul asuhan kebidanan persalinan yang terintegrasi dengan e-Partograf.

Usulan integrasi asuhan kebidanan ke dalam sistem rekam medis elektronik (SMR) di RS PKU Muhammadiyah Gamping meliputi pengembangan fitur yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan praktik bidan dan mengikuti standar kebidanan. Inovasi digital ini mencakup fitur-fitur spesifik seperti pengkajian SOAP (Subjective, Objective, Assessment, Plan), catatan perkembangan persalinan, serta pemantauan persalinan secara elektronik melalui e-Partograf. Pengembangan e-Partograf memungkinkan pencatatan dan pemantauan persalinan secara elektronik, sehingga bidan dapat secara sistematis merekam dan memantau perkembangan persalinan. Fitur-fitur ini diharapkan tidak hanya memfasilitasi pencatatan yang detail dan akurat terkait asuhan kebidanan, tetapi juga memberikan dukungan yang lebih kepada bidan dalam memberikan layanan kebidanan yang berkualitas di RS PKU Muhammadiyah Gamping.

Usulan ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi kerja bidan, mempercepat proses dokumentasi, dan meningkatkan akurasi data. Selain itu, fitur e-Partograf yang disertakan memungkinkan bidan untuk memantau perkembangan persalinan secara lebih sistematis dan akurat, sehingga dapat mengambil keputusan klinis yang lebih tepat dan cepat. Hal ini tidak hanya meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan tetapi juga mendukung kolaborasi interprofesional yang lebih efektif di RS PKU Muhammadiyah Gamping.

Inovasi yang diusulkan oleh mahasiswa UNISA ini merupakan langkah strategis dalam mendukung layanan kesehatan yang lebih modern dan berkualita, serta membuka peluang bagi rumah sakit lain untuk mengikuti jejak yang sama dalam memanfaatkan teknologi demi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan. Dengan mengintegrasikan asuhan kebidanan ke dalam EMR, RS PKU Muhammadiyah Gamping dapat memanfaatkan teknologi untuk memberikan pelayanan yang lebih baik, lebih cepat, dan lebih efisien kepada para pasien. Inisiatif ini juga memperkuat otonomi bidan dalam memberikan layanan kesehatan, yang pada akhirnya berdampak positif pada kesehatan ibu dan bayi.

Pengembangan emr

Perkembangan teknologi informasi di bidang kesehatan terus mengalami kemajuan pesat. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping, sebagai salah satu rumah sakit tipe B di Yogyakarta, telah menerapkan sistem Electronic Medical Record (EMR) sejak tahun 2017. Dalam rangka praktik mata kuliah Sistem Informasi Pendidikan (SIPPKes) dan Pelayanan Kesehatan (SIPPKes), Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta mengirimkan 9 mahasiswa Magister Kebidanan Angkatan XI untuk pengembangan EMR kebidanan, 5 mahasiswa mengembangkan implementasi kegawatdaruratan kebidanan di EMR. Sementara 4 mahasiswa lainnya mengembangkan implementasi format dokumentasi persalinan di EMR RS PKU Muhammadiyah Gamping.

Laporan lahan praktik yang disusun oleh mahasiswa semester II Program Studi Kebidanan Program Magister Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta yang melaksanakan praktik pada tanggal 27 Mei  – 21 Juni 2024,  mengungkapkan bahwa implementasi EMR di RS PKU Muhammadiyah Gamping belum sepenuhnya optimal. Salah satu kendala utama adalah penggunaan format asuhan keperawatan untuk rekam medis kebidanan yang menyebabkan bidan harus mengisi beberapa form secara manual. Hal ini berdampak pada efisiensi dan kualitas layanan kesehatan.

Menurut Fitnaningsih Endang Cahyawati SST. Bdn. M.Kes, pembimbing lapangan,  integrasi penuh asuhan kebidanan ke dalam sistem EMR sangat diperlukan untuk memudahkan bidan dalam pengisian. Menurut Oki Wahyu Nugroho, S.Kom selaku Koordinator SIMRS PKU Muhammadiyah Gamping, pengembangan EMR kebidanan masih terhambat karena belum ada keterlibatan bidan dalam pengembangan fitur asuhan kebidanan di EMR, keterlibatan ini sangat penting untuk memastikan sistem yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan lapangan.

Bidan dan Tim IT RS PKU Muhammadiyah Gamping juga mengakui perlunya inovasi dalam sistem EMR, termasuk penambahan fitur untuk menangani kegawatdaruratan kebidanan. Pengembangan fitur seperti pencatatan gejala pasien, algoritma penanganan darurat, dan sistem peringatan dini dapat meningkatkan responsivitas dan efektivitas penanganan medis.

Manajemen RS PKU Muhammadiyah Gamping mendukung penuh pengembangan ini. Dukungan ini terlihat dari komitmen mereka dalam menyediakan sumber daya yang diperlukan dan regulasi internal yang lengkap. Evaluasi tahunan dan pelatihan berkelanjutan bagi staf medis juga diusulkan untuk memastikan optimalisasi penggunaan EMR.

Presentasi rancangan inovasi pengembangan EMR dihadiri oleh pembimbing lapangan Fitnaningsih Endang Cahyawati SST. Bdn. M.Kes, 2 bidan pelaksana, dan 1 bagian diklat rumah sakit. Hasil pengembangan Rancangan inovasi EMR kebidanan termasuk implementasi pengananan kegawatdarutan kebidanan yang terintegrasi di EMR ini mendapat apresiasi yang baik dari pihak RS PKU Muhammadiyah Gamping dan harapannya bisa segera diimplementasikan.

Dengan adanya usulan pengembangan ini, diharapkan kualitas layanan kesehatan, khususnya dalam asuhan kegawatdaruratan kebidanan, dapat meningkat secara signifikan. Sistem EMR yang lebih komprehensif dan efisien akan mendukung pengambilan keputusan klinis yang lebih baik, meningkatkan keselamatan pasien, dan meningkatkan kepuasan layanan di RS PKU Muhammadiyah Gamping.