Pos

Kespro

Sebanyak 134 siswa kelas 4, 5, dan 6 dari SD Muhammadiyah Karangkajen, Yogyakarta, mendapat materi pelajaran yang tak biasa pada Kamis (11/9). Bukan matematika atau IPA, mereka justru diajak oleh tim dari Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta untuk membahas tuntas soal kesehatan reproduksi (kespro).

Langkah berani ini diambil sekolah untuk membekali para siswa dengan pemahaman yang benar menjelang masa pubertas yang krusial.

Kespro

Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Karangkajen, Novia Nuryany, S.Pd., blak-blakan menyebut edukasi ini sangat vital. Menurutnya, pemahaman kespro adalah fondasi agar anak-anak tidak salah langkah dan mampu menjaga diri serta tumbuh kembang secara sehat.

“Kami ingin anak-anak mendapatkan bekal pengetahuan yang tepat dari sumber yang tepercaya. Dengan begitu, mereka bisa lebih siap dan percaya diri saat memasuki fase remaja,” ujar Novia saat membuka acara.

Materi pun dibawakan langsung oleh dr. Windi Sawitri, M.Biomed. Ia mengupas tuntas topik-topik yang sering bikin penasaran: mulai dari perubahan fisik dan psikologis saat puber, cara menjaga kebersihan organ reproduksi, hingga etika pergaulan sehat dengan teman sebaya.

Hasilnya? Di luar dugaan. Ketua tim pelaksana dari UNISA Yogyakarta, Bdn. Fayakun Nur Rohmah, S.ST., MPH, mengaku kaget sekaligus senang melihat antusiasme para siswa.

“Para siswa sangat aktif merespons dan tidak ragu untuk bertanya. Ini menjadi sinyal kuat bahwa edukasi seperti ini memang sangat mereka butuhkan, bahkan sejak di bangku sekolah dasar,” kata Fayakun.

Ia berharap, kegiatan ini tidak hanya berhenti sebagai seremonial, tetapi benar-benar menjadi bekal bagi siswa untuk melewati masa pubertas dengan lebih bertanggung jawab.

Universitas  ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta melakukan sosialisasi pentingnya kesehatan reproduksi remaja difabel (tunagrahita) melalui pembentukan kelompok motivator kesehatan reproduksi remaja difabel (tunagrahita) di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri 1 Bantul, Kamis (2/2). Read more

Img

img_6046

Di Indonesia 41% wanita menikah pada usia 15 tahun. Kenyataan itu menyumbang pada angka kematian ibu. Kesehatan reproduksi tidak hanya ranah biologis semata namun juga membahas tentang relasi, budaya dan agama. Masyarakat harus lebih terbuka dan paham dengan masalah kesehatan reproduksi. Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Tri  Hastuti Nur Rochimah, M.Si saat Talkshow ‘’Film Bangun Generasi Melek Kesehatan Reproduksi’’, di Hall Siti Baroroh Baried, Kampus Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, Sabtu (17/12). Read more