Rektor Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Warsiti menegaskan tema milad ke-34 ‘Merawat Keunggulan, Memajukan Bangsa’ bukan sekadar ungkapan seremonial, tema ini merupakan panggilan untuk terus bergerak, berbenah, dan menghadirkan kebermanfaatan. Warsiti mengajak seluruh civitas akademika mengambil peran untuk memberi dampak nyata bagi masyarakat.
“Tema milad tahun ini, Merawat Keunggulan, Memajukan Bangsa, bukan sekadar ungkapan seremonial. Ia adalah panggilan untuk terus bergerak, berbenah, dan menghadirkan kebermanfaatan. Kita patut bersyukur atas berbagai capaian, predikat unggul secara institusi,” ujar Warsiti, saat Refleksi Milad ke-34 Unisa Yogyakarta, di Masjid Walidah Dahlan, Rabu (4/6/2025).
Warsiti mengingatkan bahwa capaian yang telah diraih Unisa Yogyakarta saat ini, bukan sebuah akhir, melainkan pijakan untuk menuju fase yang lebih besar. “Menjadi kampus yang berdampak nyata bagi bangsa dan dunia,” ucap Warsiti.
Warsiti menyebut kampus berdampak adalah kampus yang hidup. Hidup oleh ide, diskusi, karya, dan nilai. “Tentu itu tidak datang dengan sendirinya, tetapi dari kerja-kerja yang konsisten, keberanian untuk berubah dan komitmen keikhlasan kolektif,” ujar Warsiti.
Warsiti mengajak civitas akademika Unisa Yogyakarta menjaga kepercayaan yang telah dirintis selama 34 tahun/ bahkan lebih dari itu. “Jangan biarkan keunggulan menjadi slogan kosong. Rawat keunggulan dengan semangat dan kerja sama, ciptakan suasana yang kondusif, saling mendukung dan bangun iklim kepercayaan, kembangkan cara berpikir positif, dan saling mengingatkan dalam kebaikan,” ujar Warsiti.
Untuk memberi dampak nyata bagi masyarakat, Warsiti mengajak dosen, tenaga kependidikan, hingga mahasiswa memaknai peran dan tanggung jawab masing-masing. Dosen diharap membangun ruang kelas, bukan hanya sebagai tempat transfer ilmu, tapi sebagai taman gagasan.
“Hadirlah sebagai penginspirasi, bukan hanya pengajar. Riset dan pengabdian yang dilakukan harus menyentuh akar masalah masyarakat, dan menjadi kontribusi solutif yang relevan dan aplikatif,” ucap Warsiti.
Warsiti meminta dosen untuk menjadikan mahasiswa sebagai partner yang baik, dan tidak pernah merasa bahwa dosen superior. “Pengetahuan/ Ilmu dapat diajarkan oleh siapa saja, tapi karakter dibentuk oleh keteladanan. Itulah letak kekuatan sejati seorang dosen,” kata Warsiti.
Warsiti juga mengingatkan untuk tenaga kependidikan yang merupakan wajah pertama Unisa Yogyakarta. Tenaga kependidikan tidak sekadar menjalankan sistem, tapi membentuk sistem yang unggul. “Jadikan setiap proses administrasi sebagai bentuk kepedulian, dan setiap interaksi sebagai bukti ketulusan,” ucap Warsiti.
Warsiti juga berpesan untuk mahasiswa yang merupakan pewaris dan penjaga masa depan. “Jangan pasif. Jadilah bagian dari inovasi, gagasan, dan gerakan perubahan. Kembangkan potensi lintas bidang, libatkan diri dalam kegiatan multidisipliner, dan bersiaplah menjadi agen transformasi di mana pun berada,” tutur Warsiti.
Ia juga menyinggung tantangan digitalisasi yang harus bisa dimanfaatkan untuk memperluas kolaborasi dan menguatkan potensi. “Rawat dan buktikan amanah orang tua saudara (mahasiswa) dengan prestasi dan kekuatan karakter yang anda miliki,” ungkap Warsiti.
Badan Pembina Harian (BPH) Unisa Yogyakarta, Mohammad Adam Jerusalem mengajak mensyukuri capaian Unisa Yogyakarta hingga 34 tahun ini. “Rasa syukur semoga karunia dan capaian Unisa Yogyakarta lebih baik,” ujar Adam.
Adam juga mengatakan pada momentum ini adalah refleksi atau yang dalam bahasa latin reflectere yang berarti membengkokkan kembali. “Secara etimologi dibengkokkan lagi ke arah yang benar, seandainya ada yang keliru,” ujarnya.
Adam mengajak momen refleksi ini untuk kembali melihat ke belakang secara kritis, serta merencanakan perbaikan ke depan. “Secara sistematis, mekanis dan organisasi yang terbaik. Perlu kita resapi refleksi ini,” kata Adam.
Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Muhammad Sayuti mengapresiasi capaian Unisa Yogyakarta selama ini. Salah satunya mencapai akreditasi unggul dalam waktu singkat. “Unisa Yogyakarta ini perguruan tinggi Muhammadiyah yang paling pendek waktunya untuk mencapai akreditasi unggul,” ujar Sayuti.
Sayuti mengajak civitas akademika Unisa Yogyakarta turut bersyukur karena menjadi bagian dari persyarikatan. Hal itu tidak lepas karena berbagai capaian positif juga telah dibuat oleh Muhammadiyah.

