Mahasiswa komunikasi unisa yogyakarta gelar karya fotografi secara virtual

Lebih dari 40 karya fotografi mahasiswa program studi Komunikasi Universitas Aisyiyah Yogyakarta dipamerkan secara virtual melalui platform Arsteps (31/5). Pameran virtual ini diadakan selama tiga hari berturut turut. Adapun karya yang dipamerkan merupakan output tugas ujian tengah semester kelas fotografi digital angkatan 2019.

 

“Kegiatan ini kita adakan untuk memberikan pengalaman bagi mahasiswa memamerkan karya yang mereka buat. Meskipun terbatas dengan alat dan keadaan karena kondisi Pandemi. Mahasiswa tetap semangat untuk mensuksekan acara ini” Ujar Erwin Rasyid, dosen pengampuh MK Fotografi Digital.

 

Erwin Rasyid menambahkan, terlaksananya kegiatan ini juga menjadi bukti bahwa mahasiswa tetap semangat untuk berkarya dan menjalankan kuliah praktikum secara daring.

 

“Kami senang akhirnya bisa melangsungkan pameran perdana ini. Pameran ini juga menjadi awal untuk eksebisi karya-karya lain dari angkatan kami” Ujar Haryant Putra, mahasiswa prodi komunikasi sekaligus ketua pameran.

 

40 karya fotografi yang dipamerkan oleh mahasiswa prodi komunikasi angkatan 2019 tersebut telah menjalani proses kurasi sebelumnya. Pada hari terakhir pameran juga diselenggarakan kegiatan kuliah pakar dan awarding bagi tiga foto terbaik berdasarkan hasil voting.

Muhammadiyah dan aisyiyah contoh penerapan demokrasi dalam islam

Menyambut momentum milad 108 tahun Muhamamdiyah dan 104 Aisyiyah, Fakultas Ekonomi, Ilmu Sosial dan Humaniora mengadakan kegiatan Seminar Nasional secara virtual (31/5). Seminar ini juga menjadi rangkaian kegiatan Milad ke-30 tahun Universitas Aisyiyah. Mengangkat tema Tradisi Demokrasi Persyarikatan Muhammadiyah/ ‘Aisyiyah, FEISHum UNISA Yogyakarta menghadirkan Prof Hyung-Jun Kim dari Kangwoo National University sebagai pembicara utama.

 

Selain menghadirkan Prof Hyung-Jun Kim, Seminar Feishum ini juga diisi oleh dua dosen Feishum. Dewi Amanatun Suryani dari Prodi Administrasi Publik dan Diska Arliena Hafni dari Prodi Administrasi Publik.

 

Mega Ardina, Dekan FEISHum UNISA Yogyakarta dalam sambutannya menyampaikan bahwa, di usia 108 tahun Muhammadiyah dan 104 tahun Aisyiyah menunjukan bagaimana demokrasi telah mengakar kuat pada organisasi ini. Oleh karenanya penting untuk membahas lebih jauh bagaimana tradisi demokrasi telah mengakar kuat dalam Persyarikatan Muhammadiyah/ ‘Aisyiyah.

 

“Kiprah Muhammadiyah dan Aisyiyah pada berbagai sektor kehidupan berbangsa dan bernegara menunjukan kepada kita bahwa Persyarikatan telah memberikan contoh pembelajaran demokrasi yang sangat baik” Ujar Mega Ardina menambahkan.

 

Senada dengan yang disampaikan oleh Mega Ardina, Prof Hyung-Jun Kim juga mengungkapkan bahwa selama lebih dari 100 tahun para ilmuan menganggap bahwa system demokrasi sulit untuk kompatibel dengan Islam. Ini terjadi karena adanya pandangan bahwa Islam tidak memungkinkan adanya pemisahan antara negara dan agama. Semetara system politik Islam adalah kesatuan agama dan negara.

 

“Namun, Muhammadiyah dan Aisyiyah dapat memberi contoh yang ideal untuk kita melihat bagaimana system demokrasi bisa berjalan dalam organisasi keagaaman” Ujar Prof Hyung-Jun Kim dalam paparan materinya.

 

Menurut Prof Hyung-Jun Kim, Unsur-unsur yang terdapat di dalam Muhammadiyah Aisyiyah jauh lebih kuat dari pada konsep Civil Society yang terdapat di negara-negara barat. Unsur-unsur tersebut didukung oleh beberapa pilar dalam tradisi demokrasi Muhammadiyah Aisyiyah. Di antaranya ideologi, system kepemimpinan, system keputusan, hubungan anggota, system megolah amal usaha dan system operasi.

 

Dewi Amanatun menuturkan, Muhammadiyah telah menjalankan tradisi demokrasi bahkan sejak masa kemerdekaan Republik Indonesia. Hal didukung keterlibatan beberapa kader Muhammadiyah dalam Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Di masa reformasi pun, kiprah Muhammadiyah semakin nyata hamper di segala sektor.

 

Untuk merawat tradisi demokrasi Muhammadiyah Aisyiyah, peran Kaum Muda sebagai kader sangat diperlukan. “Untuk itulah kaum muda harus menjiwai nilai-nilai demokrasi” Ujar Diska Arliena Hafni menambahkan.