Unisa Terapkan Protokol Kesehatan di Ukomnas

Pelaksanaan Ujian Kompetensi Nasional Keperawatan 2020 (Ukomnas) di Universitas `Aisyiyah Yogyakarta dimasa pandemi ini menerapkan protokol kesehatan bagi para peserta ujian, Sabtu (17/10).

Unisa Yogya ditunjuk dan dipercaya sebagai tuan rumah dalam Ukomnas Keperawatan 2020 yang diadakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) pada tanggal 17 – 19 Oktober. Ukom di masa pandemi Covid-19 ini mengharuskan pihak pelaksana dalam hal ini Unisa Yogya yang ditunjuk sebagai tuan rumah dengan menerapkan protokol kesehatan.

Fitria Siswi Utami, S.SiT., MNS. selaku Ketua Satgas Covid-19  Unisa Yogya mengatakan didalam Ukomnas kali ini Unisa para peserta sebelum memasuki ruangan mendapatkan pengecekan suhu tubuh terlebih dahulu, dan di wajibkan memakai masker serta handsanitizer.

“Kami juga menyediakan masker bagi para peserta, jadi mereka diminta untuk melepas masker yang telah mereka gunakan dari rumah untuk memakai masker bedah sesuai dengan standar kami,” ucap Fitria.

Selain itu Fitria juga menambahkan bahwa para peserta memakai sarung tangan (handscoon) pada saat ujian, serta ruangan Computer Based Test (CBT) yang digunakan sebagai tempat ujian sebelumnya sudah disinfektasi.

Ukomnas Keperawatan kali ini diikuti 177 peserta yang dibagi 3 gelombang, dan selanjutnya pada bulan November akan dilanjutkan oleh Ukomnas Kebidanan dan Ukomnas Teknologi Laboratorium Medis serta Radiologi.

7 Mahasiswa Unisa Mengikuti Program Kredit Transfer di UiTM

Sebanyak 7 Mahasiswa Program Studi Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas `Aisyiyah Yogyakarta, menjalani program kredit transfer selama 1 semester di Universiti Teknologi Mara (UiTM) Malaysia, Senin (12/10).

Kegiatan program yang diberi nama Bachelor In Architecture, Planning & Surveying (Mobility Programme) merupakan implementasi kerjasama MoU antara Unisa Yogya dan UiTM yang sudah berjalan selama 2 tahun ini.

Cesa Septiana Pratiwi, S.S.T., M.Mid., Ph.D. selaku kepala biro Kerjasama dan Hubungan Internasional mengatakan bahwa kolaborasi antara Prodi Arsitektur UiTM dan Unisa Yogya ini sangat intens, dan sering melakukan kegiatan bersama antar prodi.

“Kegiatan ini juga bertujuan untuk memperkuat jaringan dan kerjasama perguruan tinggi di level Internasional,” ucap Cesa.

Selain itu UiTM juga menyertakan sebanyak 6 mahasiswanya untuk mengikuti International Collaboration Virtual Programe with topic “planners and architects: sustainable development and social well being”.

“Dalam masa pandemi seperti ini tidak menyurutkan niat untuk tetap melakukan kegiatan Internasional, walaupun hanya melalui virtual,” tambah Cesa.

Mahasiswa Unisa Yogya Menjadi Timkes Dalam Demo Menolak Omnibus Law

Mahasiswa Universitas `Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta berpartisipasi dengan menjadi tim kesehatan dalam unjuk rasa penolakan Undang- Undang Cipta Kerja (Omnibus Law) di Yogyakarta, Kamis (8/10).

Beberapa hari ini terjadi unjuk rasa menolak disahkanya Undang Undang Cipta Kerja dibeberapa daerah di Indonesia, salah satunya yaitu di Yogyakarta yang disuarakan oleh para mahasiswa, buruh dan masyarakat. Mahasiswa UNISA Yogya ikut membantu menjadi relawan tim tenaga medis yang disediakan oleh beberapa rumah sakit di Yogyakarta.

Menurut Ainun selaku mahasiswa UNISA Yogya yang menjadi tim kesehatan tersebut mengatakan bahwa dia dan dan 15 temanya menjadi relawan dengan membantu penanganan kepada mahasiswa yang terluka dan sesak nafas akibat gas air mata.

“Kami membantu mereka yang sesak nafas dengan memasangkan oksigen, sedangkan banyak juga yang pingsan dan luka akibat pukulan,” ujar Ainun.

Meskipun demikian Ainun beserta mahasiswa yang tergabung dalam tim kesehatan tetap mematuhi dan menjalankan protokol kesehatan dengan tetap menggunakan masker.

 

Aplikasi Game Karya Dosen Unisa Yogya di PIK R MAN 2 Yogyakarta

Dosen Universitas `Aisyiyah Yogyakarta melakukan pengabdian masyarakat dengan membuat aplikasi game di PIK-R MAN 2 Yogyakarta, Senin (05/10).

Program Generasi Berencana (Genre) merupakan program untuk menyiapkan remaja agar memiliki perencanaan kehidupan berkeluarga dan masa depannya.  Pendidikan kesehatan reproduksi merupakan metode yang dapat meningkatkan kesehatan khususnya kesehatan reproduksi remaja. Namun kendala yang ditemui saat ini adalah metode yang digunakan dalam bentuk ceramah sehingga cenderung membosankan dan waktu yang tidak efisien karena harus bergantian dalam mencoba permainan tersebut, maka perlu dirancang metode lain seperti simulasi permainan berbasis tekhnologi sehingga lebih efektif dan tidak monoton. Mitra PKM adalah PIK-R MAN 2 Yogyakarta yang merupakan salah salah satu dari 5 Sekolah yang sudah menerapkan program Genre-Kit.

Tujuan PKM ini adalah mengoptimalkan penggunaan Inovasi Aplikasi Game Edukasi Pendidikan Kesehatan Reproduksi, dengan memberi nama aplikasi game tersebut “Si Muka Kasep” untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.

Sadr Lutfi Mufreni, S.Kom., M.Sc. selaku dosen yang melakukan PKM mengatakan bahwa sosialisasi dan pelatihan penggunaan aplikasi Si Muka Kasep, dalam proses kegiatan ekstrakurikuler PIK-R di MAN 2 Yogyakarta dengan  guru BK, pendidik sebaya atau konselor sebaya.

“Sebelumnya kami juga sudah melakukan penelitian terlebih dahulu sebelum kita memutuskan untuk membuat aplikasi game ini,” ucap Sadr.

Sadr menambahkan bahwa di era ini adalah dimana hampir seluruh kalangan menggunakan gadget di kehidupan sehari-hari. Remaja sangat senang bermain game, mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam dalam sehari untuk bermain game sehingga dimunculkanlah inovasi game edukasi pendidikan kesehatan reproduksi yang diharapkan dapat meningkatkan antusias siswa dalam mendapatkan informasi pendidikan kesehatan reproduksi dan dapat dengan mudah digunakan oleh semua remaja hanya dengan cara mengunduh aplikasi Si Muka Kasep dari aplikasi store.

ICAS 2020, Upaya Membangun Sistem Pengetahuan ‘Aisyiyah

“‘Aisyiyah bergerak dan menebarkan Islam yang berkemajuan dengan terus membawa semangat beragama yang mencerahkan yang menghadirkan risalah agama yang memberikan jawaban problem kemanusiaan berupa kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, dan persoalan lain yang bercorak struktural maupun kultural.” Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, Siti Noordjannah Djohantini dalam pembukaan International Conference on Aisyiyah Studies (ICAS) tahun 2020 yang dilaksanakan secara daring pada Sabtu (3/10).

Disampaikan oleh Noordjannah, ‘Aisyiyah yang tersebar di seluruh provinsi yang ada di Indonesia serta memiliki cabang istimewa di luar negeri ini telah memiliki puluhan ribu Cabang  dan Ranting yang menunjukkan pergerakan Islam terkuat yang ada di Asia Tenggara.

Noordjannah melanjutkan bahwa ‘Aisyiyah meniscayakan gerakannya melintas batas golongan dan lintas masyarakat yang majemuk secara luas. “‘Aisyiyah menyemaikan dakwah yang menyuburkan kebaikan akhlak mulia amal saleh kebaikan bagi masyarakat luas tanpa diskriminasi sehingga kehadiran ‘Aisyiyah benar-benar menebar Islam Rahamatan Lil Alamin,” tandas Noordjannah

Sebagai upaya untuk mengumpulkan berbagai pengalaman dan kerja-kerja ‘Aisyiyah ini maka ICAS digelar. Pengalaman-pengalaman Aisyiyah di manapun di berbagai sudut negeri ini perlu dieksplorasi untuk menjadi sistem pengetahuan yang berguna dan inspiratif bagi gerakan perempuan, gerakan Islam, dan gerak keummatan kini dan akan datang. Sistem pengetahuan ini dapat ditumbuhkan melalui riset-riset akademik maupun partisipatoris, baik yang dilakukan oleh kalangan akademisi, peneliti, aktivis, penggerak Aisyiyah, penggerak masyarakat, maupun kalangan kritis.

Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan ‘Aisyiyah (LPPA), Alimatul Qibtiyah dalam kesempatan terpisah menyatakan bahwa ICAS adalah upaya mewujudkan upaya keilmuan dalam membangun sistem pengetahuan tentang Aisyiyah secara komprehensif. “Even ini akan diselenggarakan secara reguler untuk terus-menerus menyerap berbagai temuan ilmiah berbasis pengalaman ‘Aisyiyah sebagai gerakan yang dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai kalangan, sehingga bisa menjadi sistem pengetahuan yang komprehensif tentang ‘Aisyiyah di tengah berbagai varian gerakan perempuan di Indonesia dan dunia.”

Warsiti, selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta yang hadir memberikan sambutannya menyampaikan, “Kami merasa bangga dapat terlibat dalam proses pengembangan sistem pengetahuan ‘Aisyiyah melalui penyelenggaraan konferensi ini. Apalagi keberadaan Unisa merupakan bagian dari salah satu capaian penting gerakan ‘Aisyiyah.”

Muhadjir Effendi, Menteri Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Indonesia (PMK) menyampaikan apresiasinya atas acara ini karena menurutnya gerakan ‘Aisyiyah adalah gerakan yang turut membangun dan berkontribusi bagi Indonesia. “Kita tidak dapat menghitung jumlah anak-anak bangsa ini yang telah lulus dari lembaga pendidikan yang dikelola ‘Aisyiyah, sama seperti kita tidak dapat menghitung jumlah lembaga pendidikan seperti PAUD yang dikelola oleh ‘Aisyiyah karena jumlahnya terus bertambah.”

 

Dalam keynote speechnya Muhadjir juga meminta keterlibatan ‘Aisyiyah dalam program kementrian PMK dalam pendidikan pra nikah. “Saya mohon dukungan betul dari ‘Aisyiyah supaya pendidikan pra nikah dilaksanakan dengan baik agar keluarga baru akan berkembang dengan baik.” Muhadjir juga menyebutkan,  pentingnya menyiapkan mereka dalam berketurunan karena itu kesehatan reproduksi dan pencegahan stunting menjadi penting, serta perencanaan ekonomi keluarga. “Kami tidak ingin rumah tangga yang baru tidak siap, kami tidak ingin muncul di Indonesia rumah tangga miskin baru.”

Muhadjir juga mengajak untuk seluruh warga Muhammadiyah ‘Aisyiyah terus berpartisipasi berkontribusi dalam upaya penanggulangan Covid-19 di Indonesia. “Menangani Covid-19 ini perlu kerjasama yang kuat, tentu saja mengingatkan pemerintah sangat penting, tetapi kita cancut tali wondo, bersama menangani Covid-19. Itulah watak Muhammadiyah ‘Aisyiyah, warga Muhammadiyah selalu menjadi warga yang memberikan solusi atau solution giver, bukan hanya memberikan kritik tanpa jalan keluar, itulah selama ini yang dilakukan Muhammadiyah ‘Aisyiyah untuk ikut serta agar bangsa Indonesia keluar dari keterpurukan.”

Saat berlangsung Session kedua bertema Looking Forward ‘Aisyiyah: Contextualization of Ideology for Movement and New Generations, Guru Besar Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN SUKA) Yogyakarta dalam pemaparannya, menyampaikan bahwa Islam progresif menjadi norma baru di tengah kontestasi ideologi liberal dan konservatif, padahal persyarikatan sudah mengangkat ini 100 tahun yang lalu, dan ‘Aisyiyah merupakan bagian dari Islam Progresif tersebut dengan paham Islam Berkemajuan yang menjadi dasar gerakan ‘Aisyiyah.

Pengaruh dan dampaknya  dapat dilihat dari empat isu kunci, kesadaran akan human dignity, greater interfaith interaction, equal citizenship, dan kesetaraan gender, yang sudah menjadi perhatian ‘Aisyiyah. Ini semua, ungkap Amin, terjadi berkat terbukanya akses pendidikan. Terkait dengan salah satu pola pikir muslim progresif, bahwa perubahan penting direfleksikan dalam kebijakan maupun hukum Islam, Amin sempat menyinggung tentang RUU PKS yang belum juga masuk dalam agenda Prolegnas. Menurut Amin, penting bagi ‘Aisyiyah untuk meresponsnya karena terkait erat dengan problem yang dialami oleh perempuan.

Amin yang pernah menjadi Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah kemudian menawarkan cara pandang dunia keislaman di tengah kondisi disruptif. “Di tengah situasi disruptif saat ini, penting bagi kita untuk mengedepankan cara pandang dengan berpikir logis, rasional ilmiyah, menjunjung tinggi kedamaian hidup bersama, menjaga dan merawat kehidupan yang harmonis dalam masyarakat majemuk, memahami budaya lokal bukan menghakimi,mendukung pengarusutamaan gender (Fiqh al-nisa’ al-mu’asir), mengakui kesederajatan manusia di depan hukum, menghormati dan menjunjung tinggi HAM, tidak terjebak pola pikir sektarian-primordialistik, dan siap menerima kritik untuk perbaikan kehidupan.”

Perihal generasi baru yang tangguh agar tidak menjadi generasi yang rapuh, menurut Amin, terdapat sepuluh kecakapan yang penting dipunyai dan diasah terus menerus, “Kemampuan menyelesaikan masalah yang kompleks, berpikir kritis, kretivitas, people management, kemampuan bekerjasama dengan yang lain, berorientasi layanan, kemampuan mengambil keputusan, memiliki kecerdasan emosional, kemampuan negosiasi, dan flexibilitas kognitif.”

ICAS 2020 yang terselenggara atas kerjasama LPPA Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, ‘Aisyiyah Center UNISA, Asosiasi Lembaga al-Islam dan Kemuhammadiyahan (ALAIK) ini dijadwalkan akan berlangsung selama 4 hari tanggal 3, 10, 17, dan 24 Oktober dengan menghadirkan puluhan pemateri dari dalam dan luar negeri dan diikuti oleh seribu partisipan.