Ajang internasional

Prestasi gemilang kembali ditorehkan oleh mahasiswa Universitas `Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, tak tanggung-tanggung, empat mahasiswa sekaligus berhasil unjuk gigi dan memborong gelar juara dalam ajang internasional, Ahmad Dahlan Youth Camp (ADIYC) 2025.

Perhelatan yang digelar di Khayangan Adventure Park, Kulon Progo, DIY, pada 28–30 Oktober 2025 ini bukanlah sesuatu yang biasa. ADIYC 2025 merupakan kawah candradimuka yang menggabungkan seminar, kompetisi akademik, outbound, hingga pertukaran budaya.

Ajang Internasional

Kegiatan ADIYC 2025 diselenggarakan oleh Pusat Prestasi Mahasiswa (Puspresma) Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, bekerja sama dengan Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Dengan tema “Empowering Global Youth Leadership for Sustainable Futures”, ADIYC 2025 diikuti oleh 770 mahasiswa dari berbagai negara, di antaranya Indonesia, China, Ghana, Guinea GN, Kenya, Korea, Madagascar, Malaysia, Mesir, Myanmar, Pakistan, Sudan, Suriname, Thailand, East Timor, dan Yaman.

Sorotan utama muncul pada M. Refco Refliyani Hakim, mahasiswa D4 Keperawatan Anestesiologi. Ia tampil sebagai bintang dengan menyapu bersih empat penghargaan sekaligus! Refco membuktikan keseimbangan otak kiri dan kanan dengan meraih 1st Winner Essay (Advances in Science and Technology), 1st Winner Best Critical Thinker, serta Honorable Mention di kategori Presenter dan Menari (Dancing).

Tak mau kalah, tiga rekannya juga menorehkan prestasi: Raja Ageng Adila (S1 Keperawatan): Menunjukkan jiwa kepemimpinan dengan menyabet 1st Winner Best Leader dan Juara 1 Kategori Menyanyi, Lukmannul Hakim (S1 Fisioterapi): Menonjolkan nalar kritis dan seni dengan meraih Juara 1 Menyanyi dan 2nd Winner Best Critical Thinker, Abdul Muhaimin (S1 Akuntansi): Jagoan public speaking ini sukses menjadi 1st Winner Best Presenter dan Juara 2 Pembacaan Puisi.

Kepala Biro Kemahasiswaan dan Alumni (BKA) UNISA Yogyakarta, Bdn. Yekti Satriyandari, S.St., M.Kes., tak bisa menyembunyikan rasa bangganya. Menurutnya, kemenangan ini membuktikan mahasiswa UNISA bukan jago kandang.

“Capaian ini adalah bukti nyata bahwa mahasiswa UNISA Yogyakarta mampu bersaing di level global. Mereka tidak hanya unggul secara akademik, namun juga memiliki soft skill mumpuni dalam kepemimpinan dan komunikasi internasional,” ujar Yekti.

Ia berharap, semangat juang Refco dan kawan-kawan di ADIYC 2025 ini bisa menular dan memotivasi mahasiswa lain untuk terus berprestasi membawa nama baik almamater dan bangsa di kancah dunia.

Dosen fisioterapi

Salah satu dosen fisioterapi terbaik Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, Dika Rizki Imania, SST.Ft., M.Fis., kembali menjadi sorotan berkat dedikasi dan prestasinya di bidang pendidikan, penelitian, dan inovasi. Selama 15 tahun mengabdi di UNISA Yogyakarta, Dika (sapaan akrabnya) telah menorehkan berbagai capaian yang menginspirasi sivitas akademika, khususnya mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKes).

Dosen Fisioterapi

Dalam perjalanan kariernya, Dika tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga terus belajar dari setiap pengalaman. “Bertemu orang-orang hebat di UNISA Yogyakarta menjadi motivasi bagi saya untuk terus berkembang dan memberi kontribusi terbaik,” ungkapnya.

Sebagai akademisi yang aktif dalam riset dan inovasi, Dika bersama timnya telah menghasilkan karya yang bermanfaat bagi masyarakat. Beberapa inovasi yang telah ia ciptakan antara lain, Kursi Toilet Bleksibel untuk pasien pascaoperasi patah tulang panggul, penulis buku saku Anatomi Tubuh Manusia (2020), serta penyusun buku Homecare Interprofessional Collaboration (2023).

Selain berinovasi, Dika juga aktif menulis publikasi ilmiah yang berdampak luas. Di antara karyanya antara lain, Interdisciplinary homecare improves the mental health of diabetic ulcer patients, Upaya Peningkatan Perkembangan Anak dengan Down Syndrome, Analisis Tingkat Risiko Penyakit Kardiovaskuler, Differences in the Impact of Abdominal Exercise and Swiss Ball Exercise on Abdominal Fat Reduction in Adolescents

Komitmennya terhadap pengembangan ilmu pengetahuan terus ia wujudkan dengan melanjutkan studi S3 di Universitas Sebelas Maret (UNS) melalui Beasiswa BPI, membuktikan semangatnya untuk terus belajar tanpa henti.

Bagi Dika, perkuliahan dan dunia akademik bukan sekadar rutinitas, melainkan latihan untuk kehidupan yang sesungguhnya. “Nikmati perjalanan kehidupan di kampus dengan pikiran terbuka dan mengikuti kata hati,” pesannya untuk para mahasiswa.

Dengan kiprah panjang dan semangat pantang menyerah, sosok Dika Rizki Imania menjadi teladan nyata dosen inspiratif UNISA Yogyakarta, mewakili semangat kampus unggul, berdaya saing global, dan berorientasi pada kemaslahatan masyarakat.

Beasiswa

Keterbatasan bukan menjadi penghalang untuk mengenyam pendidikan tinggi. Kondisi tersebut juga dialami mahasiswi Program Studi Gizi Universitas ‘Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Larastya Sasikirana Putri penerima beasiswa KIP.

“Kondisi ekonomi keluarga saya sebelum kuliah itu hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari hari saja dan juga untuk biaya sekolah saya dengan adik,” cerita Larastya, Selasa (4/11/2025).

Perempuan asal Kepulauan Bangka Belitung itu mengaku kondisi ekonomi keluarga yang serba terbatas membuatnya harus berpikir untuk kebutuhan pokok terlebih dahulu. Penghasilan orang tuanya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

“Dikeluarga saya pun hanya ayah saja yang bekerja, sedangkan ibu menjadi IRT (Ibu Rumah Tangga). Karena hal inilah biaya untuk kuliah saya belum bisa tercukupi, saya pun mengalami masa masa struggle dalam proses seleksi kuliah ini,” ungkap Larastya.

Kondisi ekonomi membuat Larastya sempat ingin menunda kuliah. Namun, semangatnya untuk bisa tetap berkuliah, membuka harapan baru. Ia pun mencoba mendaftar beasiswa Kartu Indonesia Pintar-Kuliah (KIP-K). “Saya mendaftar beasiswa KIPK, karena saya perlu kuliah, tetapi berkuliah tanpa memberatkan orang tua, dalam hal pembiayaan,” tuturnya.

Beruntung bagi Larastya juga mendapat dukungan dari orang tua untuk tetap berkuliah. Kedua orang tuanya ingin melihat dirinya menyandang gelar sarjana kelak. Tidak hanya dari orang tua, lingkungan yang baik dari saudaranya, turut mendukung Larastya mengikuti beasiswa KIPK Unisa Yogyakarta.

“Memilih Unisa Yogyakarta sebagai tempat saya menuntut ilmu tentunya karena Kampusnya  sudah terakreditasi Unggul. Memiliki program program studi, terutama di FIKes yang mayoritas sudah unggul juga, dan fasilitas yang super memadai serta menunjang relasi positif, baik di nasional maupun internasional,” kata Larastya.

Perjalanan Mendapat Beasiswa hingga Harapan Setelahnya

Jalan Larastya terbuka ketika ia mengetahui ada beasiswa KIP di Unisa Yogyakarta. Awalnya ia mengetahui dari platform sosial media dan kemudian mencari tahu lebih lanjut. Berbagai tahapan seleksi pun ia lalui.

“Setelah serangkaian proses seleksi dilewati menunggu beberapa minggu, tibalah saatnya pengumuman beasiswa. Menjadi babak penentuan untuk bisa berkuliah di tahun ini atau tidak. Seleksi di Unisa Yogyakarta transparan dan saya rasa untuk pembagian penerimanya juga tepat sasaran. Seperti saya, karena saya sangat membutuhkan beasiswa ini,” ungkapnya.

Beasiswa itu membawa perubahan besar bagi dirinya. Ia merasa lebih tenang, karena biaya kuliah dan kebutuhan belajar dasar sudah bisa terbantu dengan beasiswa KIP. “Hal ini membuat saya fokus pada akademik dan peningkatan rasa tanggung jawab dengan berprestasi secara maksimal di Unisa Yogyakarta,” ucap Larastya.

Menjadi penerima beasiswa membuat Larastya lebih giat dalam belajar dan megasah skill lain. Ia mencoba untuk mengikuti lomba, seminar, atau apapun yang dapat menunjang kewajibannya sebagai penerima beasiwa ini. “Saya juga sudah berencana untuk mengikuti UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) dan Himpunan Mahasiswa,” kata dia.

Larastya memiliki rasa tanggung jawab dengan apa yang telah ia terima. Ia ingin mendapat prestasi akademik, menjaga keaktifan berorganisasi, dan ingin mencetak berbagai prestasi lain. Ia pun mengajak untuk penerima beasiswa lainnya untuk mensyukuri atas kesempatan yang diperoleh.

Ia juga mengajak memanfaatkan beasiswa untuk benar-benar menunjang pendidikan. Dirinya juga ingin berkontribusi mengharumkan nama Unisa Yogyakarta. “Untuk masyarakat juga tidak perlu ragu dengan beasiswa KIP Unisa ini, karena Unisa Yogyakarta memberi fasilitas beasiswa sesuai dengan kebutuhan kami dan beasiswa ini juga berpengaruh terhadap pemerataan akses pendidikan perguruan tinggi,” kata Larastya.

Meski perjalanannya untuk lulus masih panjang, namun perempuan yang saat ini menjalani semester I ini menaruh harapan saat lulus nanti. Baik dari segi pekerjaan, pendidikan selanjutnya, hingga finansial.

“Untuk dari pekerjaan, saya sangat amat berharap dapat mendapatkan posisi yang sesuai dengan passion saya sebagai ahli gizi dan bisa menebar ilmu-ilmu yang saya dapatkan selama berkuliah di Prodi Gizi ini ke masyarakat. Untuk pendidikan selanjutnya, saya berharap dapat melanjutkan pendidikan S2 dengan mendapatkan beasiswa juga. Untuk finansial, dapat memiliki finansial yang lebih agar bisa memenuhi apa yang orang tua, adik, dan saya mau,” tutup Larastya.

Asean

Mahasiswa Program Studi Administrasi Publik Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta kembali menorehkan prestasi membanggakan di kancah internasional. Wahyu Aditia Rawul (Angkatan 2022) berhasil terpilih sebagai delegasi Indonesia dalam ASEAN Youth Sustainability Forum (AYSF) 2025 yang diselenggarakan oleh ASEAN Youth Organization (AYO) di United Nations Conference Centre (UNCC), Bangkok, Thailand, pada 8–12 Oktober 2025.

Asean

Forum bergengsi ini mempertemukan para pemuda dari ASEAN, India, dan Bangladesh untuk berdiskusi dan berkolaborasi mengenai isu-isu strategis di kawasan, seperti pendidikan, teknologi, perubahan iklim, dan pembangunan berkelanjutan.

Pada hari pertama, Wahyu bersama peserta lain berdiskusi dengan pembicara inspiratif dari Indonesia, Thailand, dan Singapura mengenai peran anak muda dalam menghadapi perubahan iklim serta bagaimana teknologi dan kecerdasan buatan (AI) dapat menjadi solusi efisien dan berbiaya rendah untuk mendukung keberlanjutan kawasan.

Kegiatan dilanjutkan dengan sesi workshop di UNCC Bangkok, di mana para peserta belajar memetakan isu keberlanjutan dan merancang ekonomi sirkular dengan bimbingan para ahli. Puncaknya, setiap kelompok mempresentasikan proyek inovatif berbasis Sustainable Development Goals (SDGs) yang menawarkan solusi nyata bagi tantangan di kawasan ASEAN.

Wahyu mengaku bangga bisa menjadi bagian dari forum internasional tersebut.

“Mengikuti AYSF adalah pengalaman berharga. Saya tidak hanya mendapatkan wawasan baru, tapi juga belajar tentang pentingnya kolaborasi lintas negara untuk menciptakan masa depan Asia Tenggara yang berkelanjutan,” ungkapnya.

Melalui keikutsertaan ini, Wahyu membawa semangat “Dikti Sains dan Teknologi Berdampak”, sekaligus menunjukkan bahwa mahasiswa UNISA Yogyakarta mampu berkontribusi nyata di tingkat global, membawa nilai-nilai ‘Aisyiyah yang unggul, berdaya, dan berdampak bagi dunia.

Dukuh termuda

Sebuah gebrakan terjadi di panggung pemerintahan desa di Kabupaten Sleman. Seorang mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, Sito Apri Nurochim, sukses terpilih menjadi Kepala Dukuh Kajor, Nogotirto, Gamping, Sleman. Yang bikin heboh, usianya baru menginjak 20 tahun.

Pencapaian Sito, yang merupakan warga asli Kajor, ini sontak menjadi sorotan. Ia berhasil meraih suara terbanyak dalam pemilihan, menyisihkan kandidat-kandidat lain yang usianya jauh lebih senior. Statusnya yang masih aktif sebagai mahasiswa semester 3 di Fakultas Ekonomi, Ilmu Sosial dan Humaniora (FEISHum) UNISA Yogyakarta menjadikannya sebagai salah satu Dukuh termuda yang pernah menjabat.

Saat dikonfirmasi, Sito mengaku bekal ilmunya di bangku kuliah menjadi modal besar. Ia merasa ilmu psikologi yang ditekuninya sangat relevan untuk diterapkan langsung dalam mengelola dinamika kemasyarakatan.

“Banyak ilmu yang saya dapatkan di kampus untuk bekal menjalankan tugas saya sebagai Dukuh,” ucap Sito.

Ia mencontohkan beberapa mata kuliah yang dirasanya sangat aplikatif. “Seperti mata kuliah Psikologi Industri Organisasi, Dinamika Sosial, dan ilmu-ilmu ini sangat bermanfaat bagi saya untuk memahami masyarakat,” jelasnya.

Meski usianya masih sangat belia untuk mengemban amanah besar, Sito tak gentar. Ia bertekad membuktikan bahwa anak muda juga bisa memimpin dan membawa perubahan positif.

“Harapan saya, di usia yang masih sangat muda ini, bisa tetap berpikir inovatif dan kreatif demi membawa padukuhan kami semakin baik dan maju,” tegasnya optimistis.