Pencegahan stunting

Maraknya kasus stunting akhir-akhir ini dimana angka kasus stunting masih cukup tinggi dan menjadi prioritas utama penanganan pemerintah kabupaten yang mendukung program pemerintah pusat dalam mencapai target penurunan prevalensi stunting menjadi 14% pada 2024. Artinya ada target untuk menurunkan angka kejadian stunting di kabupaten Sleman.

Sebagai bentuk komitmen, Pemerintah telah menetapkan sejumlah regulasi untuk akselerasi pencapaian target penurunan stunting. Saat ini Pemerintah Sleman memiliki regulasi terkait dengan penanganan stunting seperti Peraturan Bupati Sleman No.22.1/2021 tentang Percepatan Penanggulangan Stunting yang Terintegrasi; Peraturan Bupati Sleman No. 1.8/2021 tentang Jaring Pengaman Sosial; Peraturan Bupati No.28.3/2021 tentang Kewenangan Kalurahan dalam upaya Pencegahan dan Penanggulangan Stunting Terintegrasi di Tingkat Kalurahan serta Keputusan Bupati Sleman No. 12.3/2022 tentang Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Sleman. “Targetnya adalah menurunnya angka anak balita stunting di Sleman di bawah lima persen pada 2026. dengan target penurunan angka kejadian stunting dapat memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan pada anak.

Balita yang mengalami stunting meningkatkan risiko penurunan kemampuan intelektual, menghambatnya kemampuan motorik, produktivitas, dan peningkatan risiko penyakit degeneratif di masa mendatang. Hal ini dikarenakan anak stunting cenderung lebih rentan menjadi obesitas, karena orang dengan tubuh pendek berat badan idealnya juga rendah. Kenaikan berat badan beberapa kilogram saja bisa menjadikan Indeks Massa Tubuh (IMT) orang tersebut naik melebihi batas normal Kurang nya pengetahuan orang tua akan sangat berpengaruh pada asupan gizi anak. Oleh karenanya diperlukan upaya pencegahan terjadinya stunting pada balita baik secara langsung (intervensi gizi spesifik) maupun secara tidak langsung yang melibatkan lintas sektor dan masyarakat dalam penyediaan pangan, air bersih dan sanitasi, penangulangan kemiskinan, pendidikan, sosial dan sebagainya.

Berdasarkan besarnya dampak yang ditimbulkan pada balita stunting dan masih tingginya kasus stunting di Indonesia khususnya di kabupaten Sleman maka dilakukan pengabdian masyarakat yang bertujuan sebagai upaya pencegahan, serta penurunan kasus stunting berupa penguatan edukasi stunting dan pelatihan pembuatan MPASI yang difokuskan untuk meningkatkan pengetahuan para orang tua betapa penting nya menjaga asupan gizi balita bahkan pada saat kehamilan untuk mencegah stunting.

Ketua Tim Pengabdian sekaligus dosen Unisa Yogyakarta, Enny Fitriahadi mengatakan untuk mengatasi persoalan ini, tim pengabdian masyarakat dosen bidan Unisa Yogyakarta bekerjasama dengan kader balita melakukan kegiatan pencegahan stunting melalui pemberian MP-ASI berbahan dasar lokal yang dapat dimanfaatkan dari lingkungan keluarga misalnya tanaman sayuran atau hasil panen ikan di sekitar rumah di Posyandu Dewi Sartika Sleman Yogyakarta dalam bentuk penyuluhan atau penyampaian materi terkait isu terkini pencegahan stunting, praktek pembuatan MP-ASI berbahan dasar lokal dan pendampingan screening pertumbuhan dan perkembangan pada balita. 

Untuk mengatasi persoalan yang muncul, tim pengabdi yang terdiri dari Enny Fitriahadi dan Esitra Herfanda memberikan solusi melalui penguatan edukasi stunting dan pelatihan pembuatan MPASI melalui pemanfaatan bahan pangan lokal yang difokuskan untuk meningkatkan pengetahuan para orang tua betapa penting nya menjaga asupan gizi balita bahkan pada saat kehamilan untuk mencegah stunting. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan secara offline dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, memakai masker, berjarak  dan menghindari kerumunan. Secara demografi peserta kegiatan terdiri dari 100% wanita yang dominan berperan sebagai ibu rumah tangga. Kisaran umur berada pada rentang 22-45 tahun. Pendidikan ibu umumnya berada pada tingkat menengah.

Kegiatan sosialisasi dan persiapan pengabdian masyarakat di Posyandu Dewi sartika menunjukkan bahwa kader balita berantusias dan mendukung adanya kegiatan pengabdian masyarakat ini di buktikan dengan semua kader balita aktif mengikuti acara sosialisasi dan bersedia ikut membantu dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini.  Seluruh kader posyandu dan pengurus posyandu mengikuti kegiatan pengabdian dengan iklas dan sukarela.

Ibu balita yang mengikuti edukasi stunting sangat berantusias dan memahami setiap materi yang di berikan, di buktikan dengan peserta banyak yang bertanya dan menyampaikan pengalaman sehari-harinya dalam memberikan MP-ASI. Diskusi yang menarik dari pemateri dan ibu balita yang mempunyai pengalaman dalam memberikan MP-ASI menjadi pengalaman baru bagi ibu muda yang baru mempunyai anak sehingga sharing materi ini sangat bermanfaat bagi ibu-ibu yang mempunyai balita.

Pengabdi menjelaskan bahan dan alat serta prosedur kerja pembuatan bubur bayi berbahan dasar lokal daun kelor dan ikan gabus. Bahan yang dibutuhkan yaitu ikan gabus sudah dibleder atau di haluskan, daun kelor di rebus dan di haluskan, beras, wortel sudah dipotong, keju parut dan bumbu bawang merah, bawang putih, jahe dan kaldu jamur. Setelah selesai pelatihan, pengabdi membagikan hasil bubur bayi kepada ibu balita. Sebelum diberikan pelatihan dan edukasi pengabdi melakukan dan membagikan soal pre test dengan hasil kategori pengetahuan tinggi sebesar 37,5% dan setelah diberika edukasi dan pelatihan pengetahuan ibu meningkat sebesar 75%.

Evaluasi dilakukan setelah kegiatan pengabdian masyarakat selesai dengan hasil 75% ibu balita paham dengan bagaimana membuat MP-ASI berbahan dasar produk lokal yang bisa di manfaatkan di rumah.

“Dengan mengkonsumsi dan menambahkan MP-ASI dari bahan pangan lokal diharapkan dapat meningkatkan daya tahan tubuh, protein dan mencegah stunting pada balita sehingga pertumbuhan dan perkembangan balita dapat mencapai secara maksimal dan angka kecukupan gizi balita dapat terpenuhi,” ucap Enny.  Enny menambahkan tim pengababdian masyarakat Unisa Yogyakarta tak hanya memberikan solusi dalam upaya pencegahan stunting, tetapi juga memberikan Buku Panduan menu gizi pada balita terutama dari bahan pangan lokal serta video kegiatan pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat yang dapat di manfaatkan oleh kadet dan ibu balita. Dari hasil evaluasi kegiatan pengabdian masyarakat ini, masyarakat atau ibu-ibu balita lebih merasa nyaman dan tidak bingung lagi dalam membuat menu makan untuk balitanya, keluhan yang biasa di rasakan seperti balita tidak mau makan sayur dan ikan sudah dapat di atasi dengan memberikan variasi dalam menu MP-ASI.

Kampanye kesehatan mental 1

Yogyakarta, 27 Oktober 2023 – Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta dengan bangga mengumumkan penerimaan mahasiswa baru untuk tahun akademik 2024/2025. Dalam upaya mendukung kesehatan mental, UNISA meluncurkan kampanye “Tenang Ada UNISA”.

Acara peluncuran resmi akan dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2023. Sebelumnya, pada tanggal 27 Oktober 2023, UNISA akan mengadakan flashmob kampanye kesehatan mental di beberapa titik jalan di Yogyakarta. Dalam kampanye ini, UNISA berkomitmen untuk memberikan lingkungan belajar yang kondusif dan mendukung bagi mahasiswa. Program-program pendukung kesehatan mental akan disediakan untuk membantu mahasiswa menghadapi tantangan era terkini dengan narasumber Koordinator Promosi, Hari Akbar Sugiyantoro, MA

Pendaftaran mahasiswa baru akan dibuka mulai tanggal 28 Oktober 2023 hingga 13 Desember 2024. Informasi lebih lanjut dapat ditemukan di situs web resmi UNISA pmb.unisayogya.ac.id

Kesiapsiagaan bencana 2

Pusat Studi Perempuan, Keluarga, dan Bencana (PSPK) Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, bekerja sama dengan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Daerah Istimewa Yogyakarta, menggelar Seminar Nasional yang bertema “Membentuk Kesiapsiagaan Bencana Melalui Pendidikan: Peran Guru, Perempuan, dan Keluarga.” Acara ini dihadiri oleh 300 peserta dari berbagai lembaga pendidikan, perguruan tinggi, dan guru, yang diselenggarakan di Hall Baroroh Baried, Kamis (26/10).

Dalam sambutannya, Rektor UNISA Jogja Dr. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat. menekankan pentingnya peran perempuan dalam kesiapsiagaan bencana. Perempuan memiliki peran sentral dalam keluarga, seringkali menjadi korban dalam bencana, dan juga menjadi motor penggerak mitigasi dalam kesiapsiagaan bencana.

“Perempuan juga jadi motor penggerak mitigasi dalam kesiapsiagaan bencana, dan berperan sebagai guru,” ujar Warsiti.

Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY, dr. H. Ahmad Faesol, Sp.Rad., M.Kes., MMR, mengharapkan bahwa seminar ini akan memberikan pencerahan kepada seluruh peserta tentang bagaimana bersikap sebagai masyarakat yang siaga terhadap bencana. Dengan meningkatnya kesadaran dan persiapan terhadap bencana, diharapkan dapat mengurangi dampak negatif dan risiko yang mungkin timbul saat terjadinya bencana.

Seminar nasional ini menampilkan empat narasumber yang ahli di bidang kesiapsiagaan bencana, yaitu H. Budi Setiawan, ST. (Ketua MDMC PP Muhammadiyah), Dr. Azizah Khoiriyati, S.Kep., Ns., M.Kep (Bidang Penanggulangan Bencana LLHPB ‘Aisyiyah DIY), dan Dr. Mamnuah, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.J (Ketua PSPKB UNISA Jogja). Mereka berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang bagaimana peran guru, perempuan, dan keluarga dalam mempersiapkan diri menghadapi bencana. Seminar Nasional ini menjadi wadah penting bagi 300 peserta yang hadir untuk memahami pentingnya kesiapsiagaan bencana melalui pendidikan, dan bagaimana peran perempuan, guru, dan keluarga dapat berkontribusi dalam upaya tersebut. Semoga hasil dari seminar ini dapat memberikan wawasan yang berharga dalam menjaga komunitas dan masyarakat kita agar lebih siap menghadapi ancaman bencana.

Wakil rektor iii unisa jogja

Wakil Rektor III Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, Prof. Dr. Mufdlilah, S.SiT., M.Sc., memberikan materi kuliah umum pada acara yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran dan Kesehatan (FKK) Universitas Muhammadiyah Jakarta pada Rabu, 18 Oktober 2023. Kuliah umum ini diselenggarakan secara hybrid, mengusung tema “Komunikasi dalam Pendidikan Interprofesional.”

Pendidikan Interprofesional adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi dan koordinasi antara penyedia pelayanan kesehatan dan pendidikan kesehatan yang professional. Dalam konteks ini, Prof. Dr. Mufdlilah berbagi pandangan dan pengalamannya sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Kebidanan di UNISA Jogja.

Dalam kuliah umumnya, Wakil Rektor III menekankan pentingnya membangun kolaborasi interprofesional dalam praktik kesehatan, terutama dalam merawat pasien. Ia menyampaikan bahwa ada enam aspek penting yang harus diperhatikan dalam membangun kolaborasi interprofesional yang efektif. Kuliah umum ini memberikan wawasan berharga tentang pentingnya pendidikan interprofesional dalam dunia kesehatan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut, diharapkan bahwa kolaborasi antara penyedia pelayanan kesehatan dan pendidikan kesehatan akan semakin efektif, dan pada akhirnya, pasien akan mendapatkan perawatan yang lebih baik dan terkoordinasi.

Isu kekerasan 2

`Aisyiyah merupakan organisasi perempuan terbesar di Indonesia yang telah memasuki abad kedua, telah memperkuat komitmennya untuk mendorong partisipasi perempuan dalam pengambilan kebijakan publik serta upaya pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Sebagai bagian dari upaya ini, Pimpinan Pusat `Aisyiyah (PPA) berkolaborasi dengan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) dalam sebuah workshop pelatihan yang bertujuan memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada tenaga kesehatan mengenai isu-isu kekerasan seksual. Workshop ini diadakan pada tanggal 21 hingga 22 Oktober 2023.

Dalam sambutan ketua panitia workshop Widyastuti, M. Hum, mengungkapkan bahwa kekerasan terhadap perempuan dan anak adalah isu yang sangat serius dan meningkat secara signifikan, dengan peningkatan sebanyak 50 persen. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya serius dalam hal sosialisasi dan penanganan. Kerjasama antara PP `Aisyiyah dan KPPA bertujuan untuk mengatasi masalah kekerasan seksual dari sumbernya hingga penanganannya.

Dr. Warsiti, M.Kep.Sp.Mat, selaku ketua Majelis Kesehatan PP ‘Aisyiyah menyoroti peran penting tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada korban kekerasan. Dia menjelaskan bahwa sering kali korban kekerasan tidak dapat atau terbatas dalam menyampaikan informasi kepada tenaga kesehatan.

“Para tenaga kesehatan perlu belajar bagaimana memberikan pelayanan yang lebih baik, termasuk pendampingan psikologis, untuk mendukung korban kekerasan. Tujuannya adalah agar tenaga kesehatan tidak hanya memulangkan pasien kekerasan begitu saja, tetapi juga dapat memberikan rujukan yang tepat,” ujar Warsiti.

Sambutan Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan dalam Rumah Tangga dan Rentan Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Eni Widiyanti, SE., MPP., M.SE, menjelaskan bahwa perlindungan terhadap perempuan dan anak adalah kewajiban negara, dan harus ada zero tolerance terhadap kekerasan. Data yang disampaikan menunjukkan bahwa tingkat kekerasan terhadap perempuan sangat tinggi, dengan sekitar 1 dari 4 perempuan mengalami kekerasan selama hidupnya. Salah satu tantangan adalah memastikan bahwa data pelaporan kekerasan dikelola dengan baik, sehingga dapat memberikan bantuan kepada korban dan memberikan efek jera kepada pelaku.

Ketua Umum PP ‘Aisyiyah, Salmah Orbayinah menyampaikan bahwa komitmen ‘Aisyiyah untuk pencegahan dan penanganan kekerasan seksual pada perempuan dan anak sudah menjadi perhatian sejak awal berdirinya. Komitmen ini diperkuat lagi dengan komitmen perempuan berkemajuan di Muktamar ke-48 ‘Aisyiyah pada tahun 2022 yang salah satunya adalah tentang komitmen untuk peduli terhadap masalah kemanusiaan universal.

“Tidak hanya kepekaan ‘Aisyiyah pada persoalan dunia namun yang terpenting ‘Aisyiyah berdiri dan hadir dalam isu-isu pembelaan kaum yang membutuhkan, salah satunya mereka yang menjadi korban kekerasan seksual,” ucap Salmah. Workshop yang dihadiri 75 peserta yang sebagian dari perwakilan majelis kesehatan wilayah PP `Aisyiyah ini, merupakan langkah penting dalam upaya memerangi kekerasan seksual dan memberikan pemahaman yang lebih baik kepada tenaga kesehatan tentang pencegahan dan penanganan kasus tersebut. ‘Aisyiyah dan KPPA berkomitmen untuk terus bekerja sama dalam mewujudkan perlindungan hak perempuan dan anak serta mendorong peran perempuan dalam pembangunan dan kebijakan publik.