Mental health

Maraknya kasus bullying, kekerasan, dan bunuh diri yang dilakukan oleh mahasiswa di Indonesia akhir–akhir ini membuat prihatin dan miris. Hal ini juga menjadi perbincangan hangat masyarakat. Dalam setengah tahun terakhir (Juni-Juli 2023) data dari POLRI menyebutkan bahwa tercatat sebanyak 640 kasus  bunuh diri yang ada. Periode yang sama di tahun sebelumnya tercatat 486 kasus terjadi. Artinya Indonesia mengalami 31,7 % kenaikan kasus bunuh diri dengan puncak kenaikan pada bulan Juni 2023. Sedangkan Asosiasi Bunuh Diri Indonesia menyebutkan bahwa Indonesia darurat kasus bunuh diri dengan kenaikan sebesar 303% sejak tahun 2020. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh berbagai faktor; diantaranya yaitu faktor adaptasi, genetika, keluarga, pertemanan, gaya hidup, sosial, dan berbagai faktor lainnya. Faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi mahasiswa secara positif maupun negatif. Akan tetapi, masih banyak mahasiswa yang tidak menyadari dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari faktor-faktor tersebut sehingga mereka lupa akan kesehatan mental mereka. Mereka lupa untuk berfokus pada kesehatan jiwa mereka karena mereka hanya berfokus pada tugas, organisasi, jadwal kuliah, serta tuntutan-tuntutan yang diterima dari orang-orang di sekitarnya dalam pemaknaan diri mereka. Regulasi diri dalam belajar yang baik akan membantu mahasiswa untuk memenuhi tuntutan-tuntutan yang dihadapinya. Regulasi diri adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kontrol terhadap emosi dan perilakunya di situasi apapun secara mandiri.

Masalah kesehatan jiwa di Indonesia pada masa ini masih tergolong sangat tinggi, terutama pada kalangan remaja. Mahasiswa adalah bagian dari remaja. Di periode ini, mereka masih memiliki emosi yang tidak stabil dan belum memiliki kemampuan yang baik untuk memecahkan masalah yang ada. Selain itu, adanya ego aku sebagai bagian dari pencarian jati diri menjadi salah satu faktor yang ikut bertanggungjawab terhadap masalah kesehatan jiwa di kalangan remaja. Sebab dalih pencarian jati diri membuat remaja sering kurang mempertimbangkan resiko dari pilihan yang mereka lakukan dalam mencari siapa aku dan menunjukkan akunya. Masa remaja merupakan masa dimana mereka sering mengalami stres terutama pada peristiwa-peristiwa tertentu dalam hidup mereka. Remaja dianggap sebagai golongan yang rentan untuk mengalami gangguan jiwa. Oleh karena itu, remaja perlu untuk mendapatkan perhatian lebih karena remaja merupakan aset negara dan generasi penerus bangsa.

Kesehatan jiwa memiliki peranan yang sangat penting bagi mahasiswa baru untuk beradaptasi dengan lingkungan perkuliahannya yang baru. Tentunya kehidupan di lingkungan kampus dan sekolah jauh berbeda. Mahasiswa baru akan menemukan berbagai macam pergaulan yang sangat beragam serta akan menemukan metode pembelajaran yang berbeda dibanding masa sekolah. Oleh karena itu, secara tidak langsung mahasiswa baru dituntut untuk bisa beradaptasi terhadap lingkungan barunya. Selain mahasiswa baru, mahasiswa lama pun mengalami beberapa dampak yang diakibatkan oleh kuliah daring, terutama bagi mahasiswa yang mengikuti organisasi. Dengan adanya kuliah daring, maka secara otomatis tugas-tugas perkuliahan pun akan semakin banyak. Dan sekarang, mereka perlu menyesuaikan diri kembali dengan model pembelajaran yang menuntut kehadiran mereka di kelas. Tentu ini juga akan menyita energi, emosi, tenaga, dan membutuhkan manajemen diri yang seimbang.

Namun sayangnya, banyak mahasiswa yang tidak peduli dengan kesehatan mental mereka. Mahasiswa tergolong masih pada usia yang belum memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosi. Bahkan terkadang terdapat mahasiswa yang tidak memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah karena adanya kebiasaan yang dibawa dari rumah atau pola asuh yang membuat remaja menjadi pribadi bergantung. Sejalan dengan karakteristik dari generasi-Z yang mudah dalam mendapatkan keinginan sebagai bagian dari gaya hdup instan dan modern. Sehingga pola berperilaku sabar, menunggu proses dan menerima apa yang terjadi sebagai bagian dari pembelajaran dalam hidup menjadi sebuah PR besar di kalangan generasi Z. Berkaitan dengan ini mahasiswa membutuhkan kesehatan mental yang baik supaya mampu mengendalikan emosi dan memecahkan setiap masalah yang mereka hadapi. Salah satu cara untuk menjaga kesehatan jiwa adalah dengan menjaga pola hidup. Perlu menjaga pola makan, pola tidur, dan olahraga yang cukup. Hal yang tak kalah pentngnya adalah menjaga pola manajemen diri dalam menghadapi krisis dan maslaah hidup sehari-hari sebagai bagian dari proses bertumbuh layaknya fisik yang perlu asupan dan gizi. Demikian juga dengan kondisi jiwa, ia juga memerlukan asupan bergizi agar dapat tumbuh dengan mindset dengan kepribadian sehat. Sebab Kesehatan jiwa sama pentingnya dengan Kesehatan fisik.

            Selain itu, di tengah banyaknya tugas dan mengikuti berbagai organisasi, mahasiswa sering mengalami kesulitan dalam magemen waktu dan diri. Seringkali hanya karena tugas dan banyaknya aktivitas membuat mahasiswa justru merasa berat menjalani hari-hari yang kemudian berakhir dengan keputusasaan dan akhirnya mulai menarik diri, merasa masalah tak kunjung selesai, hingga mengalami kecemasan dan berakhir dengan jalan pintas  mulai dari memikirkan ide bunuh diri, percobaan bunuh diri, hingga memutuskan untuk bunuh diri. Sebenarnya orang yang melakukan bunuh diri bukan ingin menghilangkan nyawa dirinya namun ingin menyelesaikan masalahnya. Ia merasa dengan mengakhiri nyawa maka berakhir juga masalah hidupnya. Lingkungan sekitar juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa mahasiswa. Oleh karena itu, mahasiswa perlu menciptakan lingkungan dan relasi yang positif. Relasi yang mendukung dan saling peduli akan membuat mahasiswa merasa tentram sehingga akan menjaga kesehatan mental mereka. Menjadi mahasiswa harus tangguh dan mandiri. Saling peduli dan meningkatkan rasa empati satu sama lain. Sehingga akan tercipta lingkungan yang baik untuk kesehatan mental. Terlebih bagi mereka yang hidup kos jauh dari sanak saudara, tentu ini akan menjadi tambahan amunisi bagi tumbuhnya jiwa yang sehat.

Data yang dirilis oleh LDP MCCC PP Muhammadiyah (Layanan Dukungan Psikososial Muhammadiyah Covid-19 Command Center) dari kurun waktu Maret 2020 – Agustus 2021 menyebutkan bahwa dari sekitar 865 kasus yang masuk dan melakukan konsultasi online, terdapat sekitar 170 kasus dengan ide bunuh diri dan 56  diantaranya sudah melakukan u paya bunuh diri termasuk diantaranya WNA yang berstatus sebagai mahasiswa di salah satu PT di Indonesia. Data terbaru yang dirilis oleh WHO saat pandemi COVID-19, menunjukkan adanya penambahan kasus gangguan kesehatan jiwa secara signifikan di sejumlah negara. Menurut data dari situs resmi WHO, mereka melakukan survei di 130 negara. Hasilnya, ada dampak buruk Covid-19 pada akses layanan kesehatan mental. Hasil survei WHO menyatakan lebih dari 60% melaporkan gangguan layanan kesehatan mental bagi orang-orang yang rentan, termasuk anak-anak dan remaja (70%); orang dewasa yang lebih tua (70%), dan wanita yang membutuhkan layanan antenatal atau postnatal (61%). Sekitar 75% negara melaporkan setidaknya sebagian gangguan terjadi di sekolah (78%), dan tempat kerja layanan kesehatan mental (75%). Betapa ini menjadi PR kita bersama untuk lebih peduli, melakukan sesuatu baik untuk diri dan keluarga kita maupun orang lain di sekitar kita yang ikut menjadi tanggung jawab kita bersama. Kita juga punya tanggung jawab bersama untuk menurunkan angka ertambahan bunuh diri yang semakin mengkhawatirkan. Terutama kita sebagai bagian dari komunitas PT di lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta, kita ada di daerah rentan bunuh diri, yang tentunya perlu menjadi alarm bagi kita untuk bersama mencegah aksi bunuh diri.

Mari bergandengan tangan bersama. Sebagaimana kita mengetahui dampak yang diberikan oleh perubahan kesehatan mental yang sangat patut diwaspadai. Beberapa tips ini mungkin bisa membantu untuk mengurangi permasalahn kesehatan jiwa baik secara individu maupun kelompok.

Dalam menjaga Kesehatan jiwa kita memerlukan resiliensi. Resiliensi adalah daya tahan kita terhadap stres. Ada 4 kunci penjaga resiliensi kita yaitu Iam, “I have, I can dan I do”.

  1. I AM maknanya adalah kita mengerti, memahami apa saja kelebihan dan kekurangan diri kita, kita tahu kekuatan dan kelemahan kita, kita paham jika terjadi sesuatu terhadap diri saya seperti ini maka itu berarti saya perlu bagaimana. Mereka yang kuat dalam I am akan dapat mengelola masalahnya dengan kekuatan dirinya. Namun terkadang, kita merasa bahwa diri kita terlalu banyak mendapat masalah yang berat pada saat bersamaan, sehingga kita perlu penopang lain untuk membantu kita bertahan. Maka kita memerlukan kunci resiliensi kedua yaitu I HAVE.
  2. I HAVE maknanya adalah saya punya. Saya punya siapa? Secara pendekatan spiritual, ketahui hal mana saja yang dapat kita kendalikan dan tidak dapat kita kendalikan. Dengan mengetahui hal tersebut dan selalu bersandar kepada Sang Maha Kuasa membuat hati lebih tenang. Namun kadang saat kita dalam kondisi tertekan oleh masalah, kita perlu fignr lanagsung yang nyata dapat kita lihat dan kita ajak berkomunikasi face to face dengan bahasa yang kita pahami. Sehingga saya punya bisa dimaknai dengan support system; keluarga, teman, komunitas atau dosen dan orang-orang di sekitar yang dapat mmeberikan dukungan dan menerima kondisi kita, senantiasa hadir saat kita perlukan. Jika dalam kondisi tertentu kita memerlukan hal yang lebih dalam dan serius, maka support system dapat diartikan sebagai tenaga profesional.
  3. Selanjutnya adalah I CAN; I can adalah satu motivasi yang kita perlukan untuk membuat kita bersemangat. Ia seperti petunjuk kita untuk mencapai masa depan kita, yang dapat berupa harapan, cita dan angan untuk maju. Kita perlu memiliki harapan dan cita-cita di dalam pikiran kita untuk membuat kita merasa bahwa kita akan selalu bersemangat menyambut hari esok. Namun I can saja tidak cukup karena mimpi dan cita-cita mesti kita lakukan karenanya kunci keempat resiliensi adalah I DO.
  4. I DO adalah lakukan sesuatu untuk setiap angan cita harapan dan mimpi kita.  Sebagai seorang mahasiswa yang bermimpi lulus tepat waktu, dengan jumlah IPK tertentu, tentu membutuhkan aksi atau pelaksanaan. Maka pelaksanaan tersebut dapat berupa; berangkat kuliah, mengikuti kuliah dengan baik dan mengerjakan tugas serta mengerjakan ujian dengan maksimal menjadi bagian dari usaha bertumbuh amenyehatkan jiwa. Salah satu hal lainnya yang dapat dilakukan adalah menjaga kesehatan fisik kita dengan olahraga teratur, usahakan untuk melakukan olahraga tiap harinya sesuai dengan kebutuhan tubuh masing masing. Berolahraga terbukti menurunkan jumlah hormon kortisol yang menjadi pemicu stres dalam tubuh.

Penting bagi kita semua untuk sama sama menyadari bahwa menjadi Mahasiswa yang tangguh dan sehat jiwa mutlak adanyas. Sebab mahasiswa adalah garda depan bangsa menyongsong masa depan Indonesia. Di tangan merekalah kemajuan bangs aini di masa depan dititipkan. Saatnya satu sama lain saling peduli dan meningkatkan rasa empati. Dengan beberapa cara di atas besar harapannya bisa membantu untuk tetap menjaga kondisi kesehatan jiwa Mahasiswa.

Menerima kunjungan monev 2

Universitas `Aisyiyah Yogyakarta (UNISA) telah memulai proses kunjungan Monitoring dan Evaluasi (Monev) terhadap dana Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) yang diterima dalam tahun anggaran 2023. Langkah ini diambil untuk memastikan penggunaan dana tersebut sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia.

Rektor UNISA Yogyakarta, Dr. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat. mengatakan bahwa penerimaan dana hibah PKKM akan terus mendorong komitmen Universitas dalam pelaksanaan Program Kampus Merdeka.

“Kami berkomitmen untuk menjalankan PKKM dengan baik dan efisien, dan kami akan melakukan Monev internal untuk memastikan dana ini digunakan secara tepat,” kata Warsiti.

Tim Monitoring dan Evaluasi (Monev) terdiri dari 6 evaluator, yaitu Prof. Dr. Junedi Muhidong, MSc., Irena Yolanita Maureen, S.Pd., M.Sc., Dr. Andi Dharmawan, S.Si., M.Cs., Erlia Narulita, S.Pd., M.Si., Heneria Thyar Prasetyani, S.Pd. dan Waluyo Basuki, S.T.

Kunjungan Monev ini dilaksanakan pada, Selasa (10/10) di ruang sidang gedung Siti Moendjijah kampus UNISA Jogja. Tim Monev bekerja sama dengan berbagai fakultas dan unit-unit akademik lainnya di UNISA Jogja untuk mengidentifikasi pencapaian, hambatan, dan potensi perbaikan dalam pelaksanaan program PKKM tahun anggaran 2023.

Kemendikbud Republik Indonesia telah memberikan dana PKKM sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. UNISA Jogja berusaha untuk memastikan bahwa dana ini memberikan dampak positif dalam pengembangan sumber daya manusia yang kompeten dan berdaya saing di masa depan. Dalam acara penutupan kegiatan monev Wakil Rektor I Taufiqur Rahman, Ph.D menyampaikan harapanya dengan kegiatan monev ini UNISA Jogja dapat lebih efektif dan efisien dalam menjalankan program PKKM, yang akan memberikan manfaat maksimal bagi mahasiswa dan pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.

Beasiswa 2

Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta menghadiri acara penyerahan beasiswa Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) kepada mahasiswa terpilih dari kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman.

Penyerahan beasiswa ini digelar di pendopo Parasamya Sleman, Rabu (11/10) dan dihadiri oleh Bupati Sleman Dra. Kustini Sri Purnomo dan Rektor UNISA Yogyakarta, Dr. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat. beserta jajaranya masing- masing. Sebanyak 97 mahasiswa penerima program JPS, berasal dari Kabupaten Sleman dari berbagai program studi yang ada di Unisa Jogja.

Dalam sambutannya, Bupati Sleman menyampaikan bahwa mahasiswa yang mendapatkan beasiswa JPS ini termasuk dalam kategori terpilih, mengingat hanya 200 dari 700 calon mahasiswa yang berhak menerima program ini. Ia menekankan bahwa kecerdasan moral saja tidak cukup, dan mahasiswa yang menerima beasiswa ini diharapkan juga cerdas secara sosial dan spiritual.

“Program JPS ini tidak hanya untuk mengembangkan kapasitas akademik, tetapi juga untuk membentuk karakter yang kuat dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi demi membangun Kabupaten Sleman,” ungkap Kustini.

Bupati Sleman berharap agar para mahasiswa yang menerima beasiswa ini dapat memanfaatkan sebaik mungkin kualitas yang ada di UNISA Jogja. Bupati mengingatkan kepada para mahasiswa agar selalu berkomitmen untuk belajar dan berkembang, tidak hanya sebagai individu yang cerdas, tetapi juga sebagai agen perubahan yang positif dalam masyarakat.

Rektor UNISA Jogja Dr. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat, juga memberikan sambutan dalam acara tersebut. Rektor menyampaikan harapannya bahwa para mahasiswa yang menerima beasiswa dari Pemkab Sleman akan menjadi manusia yang berkualitas dan berkontribusi dalam membangun dan memajukan Sleman, serta tentunya untuk bangsa Indonesia secara keseluruhan.

“UNISA terus berkomitmen untuk bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Sleman demi mencerdaskan generasi masa depan. Kami berharap kerjasama ini akan memberikan manfaat yang besar bagi perkembangan pendidikan dan pembangunan di Sleman,” ujar Warsiti. Penyerahan beasiswa Program Jaring Pengaman Sosial ini adalah langkah konkret dalam mendukung pendidikan dan pembentukan karakter generasi muda yang berkualitas. Dengan dukungan dari UNISA Yogyakarta dan Pemerintah Kabupaten Sleman, diharapkan mahasiswa penerima beasiswa akan mampu mengembangkan potensi mereka secara maksimal dan menjadi agen perubahan yang positif dalam masyarakat.

Cuaca panas indonesia

Cuaca panas  Indonesia melanda  sebagian wilayah di Indonesia beberapa hari terakhir ini. Suhu panas  pada siang hari dapat mencapai kisaran 35- 38.0°C jauh melebihi dari batas maksimal kenyamanan suhu di Indonesia yg berkisar antara 22- 26 °C.

Dosen Program Studi Arsitektur Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta, Indah Pujiyanti, S.T., M.Sc menyampaikan kondisi panas ekstrem ini tentu saja menyebabkan ketidaknyamanan kita dalam beraktifitas di luar ruangan maupun di dalam ruangan. Kita mungkin bisa saja menggunakan AC untuk menurunkan suhu ruangan, akan tetapi hal tersebut tentu saja memiliki dampak dalam penggunaan energi listrik yang cukup besar dan justru dapat menjadi salah satu penyebab efek pemanasan global. Maka dari itu, sebenarnya ada beberapa alternatif dari teknik passive cooling yang sebenarnya dapat kita terapkan untuk meminimalisir penggunaan AC tersebut. Setidaknya bisa kita terapkan di desain rumah tinggal kita masing- masing.

Solusi Alternatif

Indah menjelaskan bahwa teknik passive cooling merupakan metode pendinginan alami dengan rekayasa desain arsitektur. Beberapa teknik passive cooling yang dapat kita terapkan untuk menurunkan suhu dalam ruangan antara lain dengan teknik ventilatif cooling yaitu mendesain sistem ventilasi silang pada bangunan. ventilasi silang tidak hanya menyediakan ventilasi yang terbuka di dua sisi saja akan tetapi dengan menempatkan lubang-lubang ventilasi  di dua sisi dengan ketinggian yang berbeda hal ini diupayakan untuk mengeluarkan suhu panas dari sisi ventilasi yang lebih tinggi.

Alternatif passive cooling berikutnya adalah dengan rongga udara pada atap bangunan yaitu dengan penggunaan atap limasan/pelana yang tinggi dan hindari penggunaan atap datar, karena pada dasarnya suhu panas akan bergerak ke bagian atas bangunan sehingga suhu panas tidak berada di ketinggian efektif ruang untuk beraktifitas.

Selain ventilative cooling dan pemanfaatan rongga udara, adapula teknik evaporatif cooling yaitu dengan memberikan elemen air  di sekitar bangunan kita sehingga panas matahari yang datang dapat tereduksi oleh air dan suhu yang masuk dalam ruangan akan lebih rendah dari pada suhu luar ruangan.

Teknik passive cooling terakhir yang dapat kita upayakan adalah dengan penghijauan yaitu memperbanyak area hijau dan pepohonan di sekitar rumah sehingga radiasi matahari yang masuk ke dalam ruangan dapat tereduksi dan bayangan dari tajuk pohon dapat memberikan keteduhan dibeberapa bagian rumah. Dengan menerapkan teknik passive cooling yang tepat pada bangunan diharapkan kita masih dapat beraktifitas dengan nyaman ditengah cuaca panas Indonesia yang ekstrem terjadi beberapa hari terakhir ini dan yang paling utama adalah penggunaan energi listrik dalam bangunan dapat diminimalisir seoptimal mungkin.

Profesor perempuan pertama di indonesia 1

Universitas Aisyiyah Yogyakarta (UNISA) merayakan momen bersejarah dengan penerimaan Surat Keputusan (SK) Guru Besar,  Prof. Mufdlilah, S.Si.T., M.Sc., sebagai profesor perempuan pertama di Indonesia bidang ilmu Kebidanan.  SK diserahkan langsung oleh Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah V, Prof. Drh. Aris Junaidi, Ph.D. Acara  ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Badan Pembina Harian dan jajaran struktural universitas. Kegiatan ini digelar di ruang sidang Gedung Siti Moendjiyah UNISA Yogyakarta, Jumat (6/10).

Prof. Mufdlilah merasa sangat bersyukur atas pencapaian guru besar ini. ‘’Pencapaian prestasi ini,  sangat  membanggakan bagi saya dan UNISA tentunya,   dalam rangka mendukung penjaminan mutu institusi dengan harapan nantinya akan banyak yang mendapatkan kesempatan  memperoleh jabatan fungsional GB semoga  akan lebih banyak memberikan kebermaknaan  untuk UNISA’’, ungkapnya.

Dalam sambutanya,  Rektor UNISA Yogyakarta, Dr. Warsiti, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat mengucapkan selamat kepada Profesor Mufdlilah atas prestasi gemilangnya.

“Kami atas nama seluruh pimpinan mengucapkan selamat kepada Profesor Mufdlilah yang pada hari ini telah menuai hasil yang diperjuangkan dan didukung oleh civitas akademika. Semoga hari ini menjadi semangat dan motivasi untuk terus bisa menguatkan kapasitas dan kualitas diri’’ungkapnya.

Lebih lanjut Warsiti menyampaikan, jabatan Guru Besar adalah jabatan puncak akademik. Harapannya melalui capaian ini UNISA Yogyakarta terus berkembang menjadi universitas yang unggul.

‘’Semoga pencapaian ini menjadi virus positif untuk civitas agar kita semua semangat untuk meraih Guru Besar,’’ harapnya.

Sementara itu Ketua Badan Pembina Harian (BPH) UNISA Yogyakarta, Dr. Noordjannah Djohantini, MM., M.Si menyampaikan bahwa dengan diserahkannya SK ini, semoga UNISA semakin unggul dan berkemajuan. Prof Mufdlilah merupakan Guru besar kebidanan pertama di Indonesia,  hal ini perlu diapresiasi karena kebidanan menjadi cikal bakal berdirinya UNISA. Kebidanan sangat lekat dengan perempuan  dan UNISA dikelola oleh organisasi perempuan.

‘’Kami atas nama BPH merasa bangga atas capaian guru besar,’’ kata Noordjannah. 

Guru besar di lingkungan UNISA memiliki tanggung jawab dalam pendidikan dan juga ada misi lain yang diharapkan untuk Persyarikatan Muhammadiyah. Kehadiran Guru Besar memberikan pengaruh yang signifikan dan positif. Harapannya akan makin berkhidmat dan memberikan teladan untuk kita semua.

Kepala LLDIKTI Wilayah V, Prof. drh Aris Junaidi, Ph.D memberikan apresiasi terhadap prestasi Profesor Mufdlilah. Dedikasi dan komitmen di dunia pendidikan kebidanan adalah inspirasi bagi bidang ilmu kebidanan. Profesor Mufdlilah telah menunjukkan bahwa dengan tekun melakukan tridarma perguruan tinggi, kita bisa mencapai puncak akademik Guru Besar. Ini adalah contoh nyata bahwa perjalanan daripendidikan vokasi hingga mencapai Guru Besar adalah seuatu yang mungkin untuk diupayakan.

Lebih lanjut Prof. Aris menyampaikan bahwa  Profesor bidang kebidanan memiliki peran signifikan di era disrupsi untuk dunia kesehatan.

‘’Mendapat amanah ini wajib disyukuri dan dioptimalkan untuk kemajuan pengembangan kampus, akademik, dan bermanfaat untuk masyarakat,”pesannya.

Penyerahan SK Guru Besar Bidang Ilmu Kebidanan kepada  Profesor Mufdlilah menjadi sejarah baru dalam dunia kebidanan di Indonesia dan membawa harapan besar untuk perkembangan ilmu kebidanan dan pendidikan tinggi di Tanah Air. Dengan dedikasi dan komitmen yang tinggi, Profesor Mufdlilah telah membuktikan bahwa prestasi luar biasa dapat diraih dengan kerja keras dan tekad yang kuat.