Penerapan pembelajaran tutorial di STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta (SAY) telah dimulai sejak tahun 2009. Pembelajaran tutorial bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan pemecahan masalah, meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi , bekerja dalam tim, mengorganisasi belajar mandiri. Pencapaian tujuan pembelajaran tutorial tersebut sangat ditentukan oleh keterlibatan mahasiswa sebagai peserta didik, dosen, sarana pendukung dan lingkungan belajar yang kondusif. Berdasarkan evaluasi TA 2013/2014, pelaksanaan tutorial menunjukan fenomena pembelajaran tutorial yang cenderung monoton. Menanggapi fenomena tersebut, SAY menyelenggarakan refreshing pembelajaran turorial bagi dosen tutor di kampus terpadu SAY, Kamis (5/2).

Menurut Wakil Ketua Bidang Akademik, Ismarwati, MPH., kegiatan tersebut sebagai upaya untuk memberikan pencerahan dan penguatan strategi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tutorial seluruh program studi di SAY. Sehingga diharapkan seteleh refreshing ini teridentifikasi strategi penyelesaian permasalahan-permasalahan yang sering terjadi dalam pembelajaran. Selain itu juga teridentifikasi desain rencana pembelajaran tutorial yang mendukung pencapaian tujuan belajar serta terbentuknya skenario tutorial sebagai pemicu belajar yang berkualitas.

Dr. Wiwik Kusumawati, M.Kes sebagai narasumber memberikan beberapa materi antara lain strategi pembelajaran tutorial, penilaian pembelajaran tutorial dan optimalisasi peran mahasiswa dan peran dosen dalam tutorial. Setelah itu dilakukan simulasi tutorial oleh tim program studi dan dilanjutkan dengan diskusi. 

Tantangan perpustakaan di era digital semakin banyak. Perpustakaan kini tak lagi hanya bangga dengan banyaknya tumpukan koleksi di raknya. Karena apa? Karena perilaku pencarian informasi pemakai yang dilayani juga mengalami perubahan seiring dengan kemajuan teknologi informasi. Agar perpustakaan tetap eksis sesuai dengan kemajuan teknologi, maka harus mampu mengembangkan diri . Salah satunya adalah dengan membangun perpustakaan digital. Untuk membangun digital libraries (diglib), diperlukan pertimbangan dan perencaan yang matang, agar nantinya benar-benar bermanfaat bagi pemakai. Hal tersebut dijelaskan oleh. M. Solihin Arianto, S.Ag., SIP, M.LIS, Kepala Perpustakaan UIN SUKA, selaku pembicara dalam Seminar Nasional “Digital Library and Resourches Sharing” yang diselenggarakan oleh Perpustakaan STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, Senin, (2/2).

Lebih lanjut Arianto mengatakan sebelum membangun perpustakaan digital, benahi dulu otomasi perpustakaannya. ‘’Sebagian orang bahkan beranggapan bahwa jika perpustakaannya sudah menggunakan otomasi, berarti sudah digilib, ini tidak benar”, kata Arianto. Tujuan utama digilib adalah untuk menambah koleksi, memperluas layanan, mengelola aset, menghemat tempat, memperluas akses, menyimpan /mengarsip, memudahkan pencarian, menghemat biaya, meningkatkan citra, dan preservasi ( koleksi bisa diakses dalam waktu yang panjang). Inilah pentingnya digilib, agar semua bisa ditelusur dengan kata apapun, bisa diakses di seluruh dunia, dan bisa dicopy tanpa pernah ada kesalahan, karena tujuan utama digilib adalah untuk memperluas akses. Arianto juga mengingatkan bahwa untuk membangun digilib, ada tiga konsep dasarnya, yaitu SDM, materi digital , dan infrastruktur teknologi.

Seminar yang dipandu oleh moderator, Irkhamiyati, Pustakawan STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, yang tiga kali mendapatkan penghargaan pustakawan tingkat nasional ini, juga menghadirkan pembicara dari Perpustakaan FK UGM, yang menyampaikan akan pentingnya resouches sharing dan pentingnya berjejaring antar perpustakaan. Kususnya perguruan tinggi kesehatan, harus mampu mengimbangi tuntutan layanan perpustakaan bagi para digital native.

Acara seminar yang dihadiri Perguruan Tinggi Kesehatan DIY, Perguruan Tinggi Muhammadiyah/’Aisyiyah Indonesia, dan peserta umum lainnya, baik dari dalam DIY ataupun luar propinsi ini dilanjutkan dengan rapat Koordinasi Perpustakaan Perguruan Tinggi Muhammadiyah/’Aisyiyah.

STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta (SAY) bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kulonprogo berhasil mengembangkan kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Kesehatan Jiwa (Keswa) di Kranggan Galur Kulonprogo. Posyandu Kesehatan Jiwa di Launching oleh pejabat Dinas Kesehatan Kulonprogo, dr. Ananto Kogam, M.Kes., pada Kamis (29/1).

Dalam peresmian tersebut, dr. Ananto Kogam berpesan agar para kader posyandu keswa mampu mendampingi orang-orang gangguan jiwa disekitarnya agar bisa diterima dimasyarakat dan mampu mendapatkan pekerjaan.

Menurut Ketua STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, Warsiti, M.Kep.,Sp.Mat., tahun 2012 SAY pernah mengembangkan desa siaga sehat jiwa di Kranggan Kulonprogo dan sekarang tahun 2015 di tindak lanjuti dengan membentuk posyandu kesehatan jiwa. Warsiti juga menjelaskan bahwa posyandu kesehatan jiwa merupakan kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan dan berfokus pada kesehatan jiwa. Tujuannya untuk mengenalkan kesehatan jiwa di masyarakat agar para kader mampu mengidentifikasi orang-orang disekitarnya yang memiliki gangguan jiwa. Selain itu, mempercepat penerimaan kesehatan jiwa di masyarakat dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan kesehatan dan lainnya yang menunjang sesuai dengan kebutuhan.

Posyandu Keswa merupakan implementasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya bidang pengabdian masyarakat. Melalui program ini diharapkan kesembuhan pasien gangguan jiwa tidak tergantung dengan obat-obatan saja namun juga mendapatkan dukungan keluarga dan masyarakat. Selanjutnya para pasien mampu produktif mengembangkan keterampilan dan sebagainya.

Sementara itu menurut Kepala Puskesmas Galur II, dr.Hery Suryadi , angka gangguan jiwa di Galur cukup besar yaitu 11 % dari populasi, artinya gangguan jiwa harus menjadi prioritas dan dicarikan solusi agar tidak bertambah banyak. Gangguan jiwa bisa dikategorikan ringan dan berat. Dengan adanya program dari STIKES ‘Aisyiyah ini sangat membantu masyarakat menjadi mandiri sehingga gangguan jiwa bisa dikendalikan dan mampu produktif kembali.

Program Posyandu Keswa yang didanai oleh Hibah IBM Dikti ini, sebelum diresmikan sudah melakukan beberapa kegiatan antara lain pelatihan untuk 20 kader kesehatan jiwa, Try out posyandu kesehatan jiwa pada bulan Juli serta pelaksanaan posyandu keswa sasaran remaja dan penyuluhan pada bulan november lalu. Pada kesempatan peresmian ini para kader menerima sertifikat pelatihan keswa secara simbolik.

Pustakawan STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta (SAY), Irkhamiyati, meraih peringkat lima besar dalam seleksi nasional utusan Indonesia untuk Congress of Southeast Asian Librarians (CONSAL), Rabu-Kamis (14-15/1) di Hotel Ibis Jakarta.

Kongres Pustakawan Asia Tenggara yang diadakan 3 tahun sekali ini, salah satu agendanya adalah pemberian CONSAL Outstanding Librarian Award. Untuk memilih siapa duta pustakawan Indonesia dalam CONSAL mendatang (Mei 2015), maka Perpustakaan Nasional RI mengadakan pemilihan pustakawan terbaik yang akan mewakili Indonesia di ajang CONSAL Outstanding Librarian Award 2015 melalui seleksi Nasional. Hasil seleksi akan menentukan satu orang sebagai wakil Indonesia dalam ajang CONSAL Outstanding Librarian Award XVI mendatang di Thailand.

Para peserta yang mengikuti seleksi ini merupakan para pustakawan berprestasi tahun 2012-2014. Salah satu aspek penilaian adalah presentasi yang berisi prestasi-prestasi yang diraih selama meniti karir sebagai pustakawan.

Melalui kegiatan ini Perpustakaan SAY semakin memberikan kontribusi nyata dalam peran sertanya mengembangkan perpustakaan demi kemajuan lembaga dan masyarakat di sekitarnya. Serta sebagai salah satu upaya untuk mencapai visi Perpustakaan STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, yaitu “menjadi perpustakaan yang terbaik tingkat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan di Indonesia tahun 2016.

Kunci menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean adalah daya saing. Pendidikan di STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta ( SAY) menfgantarkan para ners menjadi tenaga kesehatan yang profesional qur’ani. Ciri terebut yang akan menjadi daya jual/daya saing yang membedakan dengan lulusan sekolah kesehatan lainnya. Hal tersebut di jelaskan oleh Ketua STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta (SAY) saat sambutan pada pengambilan dan pelantikan ners, Sabtu (24/1).

Senada dengan ketua SAY, ketua Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Drs. Kirnantoro, M.Kes menjelaskan 3 hal. Pertama, para ners baru SAY dituntut menjadi role model bagi tenaga keperawatan lain. Ners baru harus lebih maju dan menjadi tumpuan pengembangan keperawatan. Kedua, Ners SAY harus menyampaikan informasi yang benar dan memahamkan kepada para perawat di daerah terkait UU Keperawatan No 38 th 2014. Ketiga, Tingkatkan daya saing dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Dalam kesempatan tersebut 84 ners dilantik dan 85,7 % memperoleh predikat cumlaude. Serta 23 meraih IPK 4,00.