Sebagai upaya pendukung bagi peningkatan system uji kompetensi nasional pada pendidikan kesehatan di Indonesia melalui penguatan institusi pendidikan tinggi kesehatan dan upaya menjadi STIKES terbaik di Indonesia, STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta (SAY) menggelar workshop item development, di kampus terpadu SAY, Jumat-Sabtu (17-18/10).

Workshop item development merupakan tindaklanjut dari kegiatan workshop serupa yang telah diselenggarakan oleh Health Professional Education Quality(HPEQ) Project. Workshop di SAY ini difokuskan pada proses pembuatan soal ujian yang berkualitas dan komprehensif sesuai dengan tingkat kompetensi yang ditetapkan oleh masing-masing profesi. Salah satu metode uji kompetensi yang akan digunakan adalah ujian tertulis dengan dukungan teknologi berbasiskan computer atau disebut juga sebagai computer-based testing (CBT). Pengembangan metode uji kompetensi tersebut memerlukan suatu bank soal yang sangat kredibel baik dari segi sistemnya maupun soal–soal yang terkandung di dalamnya. Upaya peningkatan metode uji kompetensi nasional dimulai dengan mengikuti proses pembuatan soal berkualitas. Soal diharapkan dapat terjadi bukan hanya ditingkat nasional, tapi lebih jauh sampai ke tingkat institusi pendidikan. Oleh karena itu maka diperlukan keterlibatan seluruh institusi pendidikan kesehatan sebagai upaya peningkatan sumberdaya manusia dalam hal ini staf pengajar dalam pembuatan soal yang berkualitas.

Melalui workshop ini diharapkan bahwa para peserta workshop yang terpilih dapat menjadi Item Writer, pengembang soal untuk peningkatan mutu internal dan penyumbang soal nasional. Dengan demikian upaya percepatan pembuatan soal yang berkualitas ini dapat berjalan dengan baik dan memiliki dampak yang lebih luas baik untuk institusi maupun nasional. Pada akhirnya berdampak pada peningkatan mutu lulusan tenaga kesehatan di Indonesia.

Workshop yang diikuti oleh 54 dosen SAY di laksanakan dalan beberapa bentuk antara lain penyampaian materi oleh Narasumber I Made Kariasa, SKp.,MM.,MKep.,Sp.KMB.,PG.Cert (AIPNI/FIK UI) , latihan penyusunan soal dan review soal berbasis komputer, latihan Item Bank Administrator (IBA) penggunaan SIM item development (SIPEMA) dan penyusunan bank soal oleh tim pokja masing-masing kelompok ilmu.

Sebagai upaya menumbuhkan jiwa kesadaran akan pentingnya kesehatan pada diri sendiri dan meningkatkan kebersamaam warga dusun Duwuran Parangtritis, Praktek Kerja Lapangan Program Studi Bidan Pendidik D4 menggelar acara jalan dan senam sehat, Minggu lalu.

Menurut Ketua PKL, Dwi Muharrama menjelaskan kemasan kegiatan ini membawa nuansa yang sederhana namun ramai peserta. Selain jalan dan senam sehat kegiatan lain yang dilakukan antara lain lomba anak soleh (TPA) dan gerakan cuci tangan warga Duwuran. Melalui kegiatan ini diharapkan warga Duwuran sadar akan pentingnya kesehatan diri sendiri, keluarga dan lingkungan sehingga dapat terwujud derajat kesehatan yang optimal.

Kantor Urusan Internasional dan Humas STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta (SAY) gelar Focus Group Discusions (FGD) mengenai internasionalisasi institusi. Bertempat di ruang meeting SAY, Senin (13/10), FGD dihadiri oleh pimpinan, ketua program studi dan kepala unit yang ada dilingkungan SAY.

Dalam kesempatan tersebut Ketua SAY, Warsiti, S.Kp.,M.Kep., Sp.Mat mengatakan, kegiatan ini merupakan rangkaian pelaksanaan program  Hibah Penguatan KUI. Upaya internasionalisasi SAY perlu sosialisasi yang bersifat menyeluruh dan berkesinambungan. Capaian SAY yang berhasil dilakukan dalam beberapa tahun ini seperti membangun networking dengan beberapa universitas di Taiwan, Thailand, Singapura, Filipina, India, Kairo dan Jepang. Selain itu mendapatkan dana hibah dari Dikti untuk Penguatan Kelembagaan Kantor Urusan Internasional (PKKUI) tahun 2014 yang menjadi salah satu  dari 40 institusi terpilih. Secara eksistensi  tentunya dengan adanya penguatan kelembagaan KUI di SAY, program-program yang akan dijalankan menujupada aspek pengembangan dan peningkatan sumber daya baik dalam bidang aademik ataupun non akademik. Lebih lanjut Warsiti mengatakan dengan adanya Masyarakat Ekonomi Asean 2015 berdampak pada bidang industri, termasuk juga pendidikan. Menurutnya, tantangan itu harus dijawab dengan kemampuan mumpuni civitas akademika SAY. Kegiatan lain yang dilakukan dengan universitas luar negeri antara lain, research bersama, student exchange dan staff exchange.

Indriani, M.Sc selaku kepala KUI SAY dalam hal ini menekankan bahwa ada 3 aspek yang akan kami fokuskan pada tahun ini sebagai program utama yaitu tata kelola, SOP, materi promosi dan aspek IT dalam hal ini website kantor internasional yang akan menjadi jendela institusi agar bisa lebih dikenal lagi oleh pihak luar negeri. ”Menjadi tantangan besar untuk tim kami untuk mengaktifkan kegiatan/program yang sudah kami rencanakan, tapi kami yakin dengan komitmen bersama, KUI SAY dapat berkontribusi dalam mengembangkan SAY menghadapi tantangan globalisasi”, ujar Indri.

FGD ini menghadirkan Tjitjik Srie Tjahjandarie, P.hd dari Kepala Bidang Perencanaan dan Pengembangan Universitas Airlangga Surabaya menjelaskan tentang aspek internasionalisasi antara lain akademik international program, mobilty student dan satff, collaboration on research, networking dan patnership. Untuk melakukan aspek-aspek tersebut diperlukan strategi agar internasionalisasi berjalan lancar misalnya membentuk unit khusus KUI. Jadi, KUI harus mampu memfasilitasi kebutuhan international programs dari tiap program studi. ”Program studi menyiapkan peluru untuk internasionalisasi dan KUI yang akan menjualnya atau sebagai fasilitatornya”, ujar Tjitjik.

Sementara itu narasumber lain, Ipan Pranashakti dari Universitas Islam Indonesia menjelaskan banyak tentang Webometric, faktor / parameter untuk mencapai tingkat yang lebih baik di situs ini, organisasi web, sampai tips dan trik untuk mempublikasikan tautan dalam atau di luar dari web SAY ini. Untuk berada di atas 10 dari Webometric bukanlah pekerjaan mudah. “Semua komponen universitas harus bekerja sama untuk memiliki peringkat yang lebih baik di Webometric” katanya.

Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat seharusnya merupakan pelayanan kesehatan yang bermutu, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien saat ini mulai dikembangkan pola kolaborasi antar beberapa profesi dalam merawat seorang pasien. Untuk dapat melaksanakan kolaborasi pelayanan dengan kolaborasi antar profesi, maka seluruh tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan dan kemampuan. Kesiapan dan kemampuan harus dibentuk sejak tahap pendidikan tinggi. Hal tersebut yang mendasari STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta (SAY) menggelar Seminar Nasional yang bertajuk Inter Profesional Education (IPE) Pembelajaran Inter Profesional menuju pelayanan kesehatan berkualitas, di Kampus Terpadu SAY, Sabtu (11/10).

Dalam kesempatan tersebut, Ketua STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta, Warsiti, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat mengatakan saat ini kolaborasi antar profesi belum bisa berjalan baik karena berbagai faktor misalnya superioritas dan sebagainya. IPE seperti puzzle yang masing-masing memilki bentuk dan karakter. Melalui IPE diharapkan semua profesi kesehatan dengan berbagai karakter dan disiplin ilmu mampu melakukan perawatan terhadap pasien secara bersama. Out come-nya pelayanan ke pasien lebih berkualitas dan pasien merasa aman.

Keynote speech Kepala bidang program dan pengembangan pusdiklatnakes BPPSDM Kemenkes RI, Sidin Hariyanto, SKM., M.Pd menjelaskan konsep IPE merupakan konsep kesehatan berbasis Patients-Centered dimana pasien adalah yang utama, tenaga kesehatan dituntut untuk memberikan segala kemampuannya untuk pasien. Sehingga tujuan utama program IPE ini adalah terjadinya teamwork yang saling melengkapi antara satu profesi dengan profesi lain sehingga dapat menutup lubang permasalahan pasien. Collaborative practice pun akan memberikan dampak positif bagi penyembuhan pasien sebagai salah satu goal dari IPE.

Kegiatan Seminar Nasional ini diikuti oleh peserta dari DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Palembang, Banjarmasin. Animo menjadi pemakalah dalam semnas ini meningkat dari tahun lalu yaitu 35 pemakalah, hal ini membuktikan bahwa dosen tidak hanya fokus dalam hal pengajaran saja namun sudah memiliki minat tinggi dalam hal penelitian dan pengabdian masyarakat.

Untuk kesekian kalinya, BPMP STIKES Aisyiyah Yogyakarta kembali menerima kunjungan studi banding dari Perguruan Tinggi lain. Pada 11 Oktober 2014, BPMP STIKES Aisyiyah Yogyakarta  menerima kunjungan dari STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.

Menurut Syaifudin, M.Kes , Kepala Badan Penjaminan Mutu dan Pengembangan STIKES Aisyiyah Yogyakarta, STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta ke Penjaminan Mutu untuk mempelajari beberapa hal. “Acara studi banding ini dikemas dalam bentuk diskusi. Dalam sesi diskusi itu, mereka mempelajari implementasi penjaminan mutu, SOP, audit internal, sertifikasi ISO 9001:2008,” paparnya.

Selain itu, STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta ini juga berdiskusi tentang Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi (AIPT) pada STIKES Aisyiyah Yogyakarta.  Hal ini karena, STIKES Aisyiyah Yogyakarta sudah  terakreditasi B (dengan nilai 352) sehingga menjadi STIKES terbaik, sesuai Visinya “Menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Terbaik di Indonesia tahun 2016.” Karena itulah, STIKES Aisyiyah Yogyakarta sekarang juga dijadikan rujukan dan bench marking dari kampus lain,” ujarnya. Peserta dari STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta yaitu Jajaran Pimpinan, Puket I, II, III,, Kepala AIK dan Kepala LPMPI.